Snobisme

265 18 1
                                    

Beberapa menit berlalu setelah gadis bernama Olivia itu pamit pergi. Ini sudah setengah jam semenjak kedatangannya tadi dan tiga orang di ruangan itu mulai berdiskusi dengan serius.

"Aku masih belum puas dengan jawaban tadi. Apakah tidak ada penjelasan yang lebih lengkap, Vasco?" tanya Olivia.

Tampaknya itulah alasan kenapa ia tak banyak bicara sebelumnya. Hatinya masih belum yakin apakah Tindakan meniru itu berbahaya atau tidak.

Tak hanya dia, Yurlov pun tampak kehilangan pegangan atas topik ini. Ini sesuatu yang di luar pengetahuannya. Tak seperti topik-topik filsafat itu, ini adalah hal baru menurut Yurlov.

"Yurlov mungkin lupa. Aku yakin dia sudah pernah baca" ujar Vasco memulai penjelasannya. Ia sengaja membuat suasana menjadi semakin misterius untuk membangun ketertarikan dari dua orang itu.

"Lupa?" Yurlov mengernyitkan dahi. Ia tak yakin pernah membaca seputar tiru meniru seperti ini.

"Kata kuncinya adalah snobisme" tambah Yurlov.

Hanya berselang beberapa detik dan wajah Yurlov merekah. Ia seperti baru terbangun dari tidur panjang itu. Tampak matanya bersinar penuh harapan untuk bisa show off kembali.

"Hahaha, kenapa aku malah lupa hal unik ini" tawanya.

Itu membuat Jelita menaikkan alis. Ini seolah hanya dia yang masih mengawang-awang terkait pembicaraan dua orang itu.

"Begini, snobisme adalah gaya seorang snob. Dan itu adalah Tindakan seseorang yang meniru gaya hidup ataupun selera dari orang lain yang ia anggap lebih tinggi. Ini adalah realitas zaman modern yang tak bisa dipungkiri. Bukankah banyak orang meniru gaya-gaya artis yang mereka sukai?" Jelas Yurlov.

Tampaknya benar, hanya dengan sedikit percikan dari Vasco maka pemuda ini akan memasuki mode filsafatnya dan memberikan penjelasan secara semangat.

"Yurlov betul. Namun ada arti lain dari snob itu. Salah satunya yaitu suka menghina orang lain yang dianggap lebih rendah darinya. Ini kasus yang sering muncul di kalangan orang kaya baru pada masyarakat" tambah Vasco.

Sudah kebiasaan Yurlov juga memberikan informasi secara sepotong-sepotong itu.

"Snob memiliki banyak bentuk. Bahkan ada yang disebut sebagai book snob. Misalkan ada yang suka sastra klasik dan orang lain menganggapnya keren lalu mencoba membacanya juga. Ini jenis snob yang tidak berbahaya. Tapi akan berbahaya jika definisi kedua diterapkan, yaitu meremehkan orang yang ia anggap rendah. Misalkan, pembaca buku filsafat meremehkan seseorang yang membaca buku komik atau novel detektif. Ini akan mempengaruhi minat baca masyarakat luas" terang Vasco.

Ini tak bohong. Ada banyak kasus dimana orang-orang yang membaca buku yang disebut advance itu merasa lebih intelek dan meremehkan orang yang bacaannya masih biasa. Padahal ini mempengaruhi minat baca orang lain, dan bisa saja kesadaran literasi makin rendah dan bangsa ini makin terbelakang.

"Hoo, sekarang aku mengerti" balas Jelita.

Snobisme yang menjadi obsesi seperti itu memang sangat merusak. Bahkan bisa membuat buruk nama satu golongan. Contohnya orang kaya baru, mungkin tak semua yang kurang ajar. Namun akibat secuil orang kaya baru itu maka nama yang lain dianggap negatif oleh masyarakat.

"Aku lihat dia pakai pernik K-POP dan pakaiannya juga tampaknya terinspirasi dari sana. Apakah itu masuk snobisme juga?" lanjut Jelita.

"Yep, snobisme memang melahirkan konsumerisme yang berlebihan. Dan itu menguntungkan pelaku industri. Jadi snob memang mereka jaga bahkan dipupuk agar makin tumbuh dalam sendi-sendi masyarakat. Namun itu tak merugikan orang lain, bukan? Bisa saja itu caranya mencari kebahagiaan" terang Vasco.

Detektif Kode #4: Bisnis Online Skema PonziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang