Prolog

3.6K 303 14
                                    

Hujan cukup deras membasahi kota Bangkok dan membuat malam cukup sunyi. Hanya terlihat beberapa orang berlalu-lalang mengenakan payung dan terlihat terburu-buru. Cuaca malam itu sangat teramat dingin, bahkan saat kalian menghembuskan nafas, akan terlihat dengan jelas uap dari mulut kalian.

Mereka tak peduli suasana sekitar, untuk saat ini mereka memikirkan pulang cepat dan menghangatkan diri di rumah.

Dari kejauhan, terlihat seseorang dengan tubuh gemetaran, tubuhnya telah basah oleh air hujan, bibirnya terlihat pucat, mungkin karena ia telah menahan dingin sedari tadi. Ia tidak terlihat ingin beranjak dari tempat dimana ia berada, bahkan jika semakin kita mendekat, tubuh itu gemetar bukan karena udara dingin, melainkan ia menangis. Terlihat luka-luka lebam dari lengan tangannya yang putih, terlihat pula sudut bibirnya yang terluka. Ia menangis dengan memeluk tubuhnya.

"Disana!"

Pemuda itu terkejut ketika mendengar suara, bahkan ia berusaha bangkit dan berlari semampunya. Ia mencoba berlari walau darah mengalir dari kakinya yang terluka. Ia benar-benar takut. Sangat takut. Ia mencoba meminta pertolongan, tetapi mereka semua menghindarinya. Ia bukanlah orang jahat, percayalah.

Langkah kakinya mulai melemah, jujur saja ia bahkan hampir tidak dapat merasakan kakinya. Ia terjatuh dengan tubuh menghantam aspal jalan dengan cukup keras. Ia sudah tidak dapat berlari lagi. Ia sudah tidak mampu berlari lagi. Ia sudah sangat pasrah kali ini.

Perlahan mata pemuda itu terpejam, ia berharap bahwa Tuhan mencabut nyawanya saat ini juga.

....

....

"Bagaimana? Sudah berhasil membawa anak itu?" Tanya seorang lelaki paruh baya, ia sangat begitu tenang menerima panggilan tersebut. Sesekali ia menghisap rokok yang ada pada jarinya.

"Tuan muda sudah kami dapatkan Tuan. Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang." Ujar seseorang diseberang sana, pria itu hanya tersenyum.

"Anak nakal. Sudah aku katakan ia tak dapat pergi tanpa izinku. Bagaimana pun aku tidak akan pernah untuk membiarkan siapapun merenggut Orang yang aku cintai. Yasudah, aku akan menunggunya dan aku akan memberikan anak itu hukuman." Ujarnya, setelah itu ia memutuskan komunikasi tersebut. Sesaat ia memejamkan mata.

"Kau mencintaiku? Katakan kau mencintaiku Dyne!"

"Aku mencintaimu, tetapi aku tidak mungkin membunuh anak ini, ini anakmu."

"Buat apa?! Kau dengar tadi apa yang mereka katakan? Kau bisa mati karena anak ini! Kau mengatakan kau mencintaiku, kau tidak akan meninggalkanku, ku mohon. Aku mohon. Aku hanya memilikimu, aku tidak ingin kehilanganmu."

"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu."

"BOHONG!" Pria itu memegang kuat lengan wanitanya. "Jika kau mencintaiku, kau hanya memilihku, bukan anak sialan itu!"

"Dia anakmu, ku mohon. Mengertilah. Aku mencintaimu, tetapi aku pun mencintai anak ini."

Pria tersebut membuka matanya, ia bahkan mengumpat dengan apa yang terjadi pada wanitanya. Ia bahkan tak memaafkan apapun dan siapapun yang membuat wanitanya pergi, meskipun itu adalah anaknya sendiri. Terkadang cinta memang sangat menakutkan.

...

...

Build Jakkapan Puttha, atau mereka biasanya memanggil dirinya Biu. Ia adalah pemuda malang yang kini berada dalam mobil sedan mewah. Pemuda kisaran 20 tahun ini terlihat begitu kacau. Jika ditanya, siapa pelakunya, kalian pasti mampu menebaknya. Sang Ayahnya yang memperlakukannya layaknya sampah tidak berguna, ia hanya mencoba pergi dan hasilnya? Ia diburu layaknya mangsa, bahkan sebenarnya untuk apa ia dipertahankan dalam rumah teraebut? Bukannya sang Ayah membencinya? Ia menginginkan Build tersiksa, mengapa tidak membunuhnya saja? Setidaknya, sang Ayah tidak muak melihatnya, dan Build sendiri tidak lelah akan penyiksaan ini.

Mobil tersebut terhenti, Build sudah sadar sejak itu, tetapi ia tetap memejamkan mata agar mereka tidak terlalu memperhatikannya.

"Ada apa?" Tanya seseorang yang berada disamping Build.

"Sepertinya ada balapan liar, dan mobil kita dihadang." Jelasnya.

"Gila, hujan seperti ini melakukan balapan? Sepertinya mereka mencari penyakit."

Build hanya diam, mobil ini sedang berhenti, dan disana ada orang, ini kesempatannya untuk pergi. Jika kali ini ia kembali gagal, ia lebih memilih untuk mengakhirinya saat ini juga. Perlahan tangannya membuka pintu dan bergegas berlari, aksinya cukup cepat sehingga pengawal tersebut tidak dapat meraih Build. Ia berlari, sedikit ia tersenyum penuh harap akan banyaknya orang dihadapannya saat ini.

Build terus berlari, ia tahu bahwa saat ini mereka berada dibelakangnya. Ia hanya ingin lepas dari neraka yang dibuat oleh Ayahnya.

Build segera menarik tangan seseorang sesaat sebelum orang tersebut menarik gas motornya.

"Tolong aku. Aku mohon, tolong aku." Mohonnya, akan tetapi pemuda itu terlihat kesal dan menepis kasar tangan Build.

"Brengsek!" Beberapa orang pun menghampiri Build dan mencoba menariknya menjauh, bagaimana pun karena Build, pertandingan liar itu gagal.

Build mencoba berontak, ia melihat mata pemuda yang ada dibalik helm.

"Aku akan melakukan apapun, apapun itu. Tapi, tolong aku, aku mohon." Pemuda itu tidak menjawab, Build sendiri semakin cemas karena para pengawal keluarganya sudah terlihat. Wajahnya terlihat sangat panik. Ia pun mengabaikan pemuda tersebut dan berlari tidak tentu arah. Ia tak tahu harus kemana. Jika saja ada jurang, mungkin ia akan menjatuhkan dirinya saat ini juga. Kakinya sudah sangat sakit.

Tak lama, suara motor terdengar.

"Cepat naik, aku tidak akan membiarkan pengacau lari sebelum mendapat hukuman." Ujarnya mengulurkan tangan. Build tersenyum senang. Akhirnya ia tertolong. Ia segera naik motor tersebut. Pemuda itu meraih kedua tangan Build dan melingkarkannya pada tubuhnya.

"Berpegangan yang erat, aku akan melajukannya dengan cepat." Ujarnya dengan menutup kaca helm miliknya, Build mengangguk. Motor tersebut melaju dengan begitu cepat menghilangkan jejak dari para pengawal keluarga Build.

Ia tahu, ia akan berhutang dengan pemuda ini.

Tetapi, ia bahkan tak pernah tahu bahwa ini adalah awal ceritanya dengan pemuda tersebut.


Next?

Next?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang