255 ᕼᗩᖇI. 14

2K 224 7
                                    

"Vi, muka lo kenapa"

"Gue kemarin hampir di begal, yang namanya cowok pasti ngelawan kan ya"
Ucap vion.

"Gue tebak dari muka lo, lo pasti kalah kan"

"I.. Iya sih, tapi keren kan"timpal vion.

" mana ada berantem keren"ucap chika tapi pandangannya tak mengarah ke arah vion, ia fokus ke makanannya.

"Galak bener"

Chika tak menghiraukan perkataan vion.

Trangg

Sendok christy tiba tiba terjatuh begitu saja, vion yang paham dengan kondisi christy langsung menghampiri christy.

"Kamu gapapa?"tanya vion, ia sering mendapat cerita dari kakaknya itu tentang hal hal yang kemungkinan besar terjadi pada christy karena cedera di otaknya.

" ke uks dulu yuk"

Semua tertuju pada vion dan juga christy, hanya karena sendok yang terjatuh vion begitu khawatir, begitulah yang mereka pikirkan kecuali dengan chika, ia sama khawatirnya dengan vion bahkan lebih khawatir, apalagi ia teringat dengan kejadian di meja makan di hari itu.

"Gapapa kak" ucap christy pelan, ia takut semuanya curiga terlebih lagi dengan chika, vion berjongkok menyamakan tingginya dengan christy yang masih duduk, ia menyentuh tangan christy.

"Chris, gerakin tangan kamu"vion sedikit panik sedangkan christy langsung menunduk dan menangis, kali ini tangannya tak hanya kebas tapi sama sekali tak bisa di gerakkan.

Chika yang sadar akan hal yang aneh terjadi pada christy, langsung menarik bahu christy untuk menghadap ke arah nya.

" kenapa nangis?" tanya chika, tapi christy menggelengkan kepalanya.

Christy semakin menunduk, ia tak bisa berbuat apa apa sekarang karena bukan hanya tangan kanannya yang mati rasa tapi kini sudah menjalar pada kaki kanannya.

Christy kalau di biarkan ini akan semakin bahaya.

Kecelakaan itu membuat sebagian otak kamu rusak.

Cedera kamu sangat parah christy.

Kata kata dokter rian tiba tiba tergiang di kepalanya.

"Kaki aku gak bisa gerak kak" ucap christy di sela tangisnya, suaranya sangat pelan hingga hanya bisa di dengan oleh vion dan chika.

Tanpa basa basi, vion langsung menggendong christy.

"Gifta, lo siapin mobil, gue mau bawa christy ke rumah sakit. Niel, gue minta tolong izinin gue ke guru"titah vion dan langsung pergi diikuti oleh chika di belakangnya, sedangkan muthe dan zee menuju ke kelas untuk mengambil tas christy.

***

Di rumah sakit, suasana terasa tercekam, christy masih di dalam untuk di tangani dengan dokter sementara chika, vion dan gifta saling diam dengan pikiran mereka masing masing.

Chika menghapus kasar air matanya lalu berjalan menghampiri vion yang tengah bersandar di dinding rumah sakit.

"Ikut gue" pinta chika, vion yang bingung langsung melirik ke arah gifta, sedangkan gifta memberikan isyarat pada vion untuk mengikuti chika.

***

Saat ini vion dan chika sedang berada di rooftop, vion masih bingung sedangkan sudah hampir empat menit mereka di sana.

"Chik..."sahut vion dengan penuh hati hati.

" gue yakin dokter rian banyak cerita ke lo tentang christy, gue mau tau semuany vi?" terdengar lirih pada kalimat yang terakhir di ucapkan chika.

"Tenangin diri lo,semua pasti baik baik aja"

"Kakak mana yang bisa tenang ngelihat adeknya kayak tadi tanpa tau penyebabnya"

"Gue ngerti chik..."

"Lo gak ngerti! Lo gak ngerti rasanya jadi gue vi, gue cuma takut kehilangan"

Chika menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis.

"Sebagian otak christy rusak akibat kecelakaan yang menimpahnya, itu bisa kapan saja memutus saraf pada organ sebelah kanan, fatalnya christy akan lumpuh"

Chika semakin terisak, ia menyesal kalau saja dulu ia menghentikan perbuatan mamanya yang berencana membunuh christy dan juga mamanya pasti ini semua tak akan terjadi.

"Kalau saja dia nurut untuk terapi dan mau di rawat, mungkin kejadian seperti tadi gak akan terjadi"

Vion menyentuh kedua bahu chika, hingga chika menatapnya.

"Gue tau ini berat buat lo, tapi christy butuh lo, lo harus kuat supaya christy bisa ngadepin semuanya, ada gue dan yang lainnya, lo gak sendiri chika"

***

"Non"

Chika menoleh dan ternyata bi wati sudah berdiri di depan pintu.

"Di panggil bapak di ruangannya"

"Iya bi, nanti chika ke sana"

Bi wati hanya tersenyum lalu pergi, chika meletakkan bagau kertas milik christy, yang hampir setiap harinya ia membuat bagau kertas, ia meletakkannya di atas naska, sebelum akhirnya ia menjumpai ayahnya.

Luas dan berantakan, itulah kesan pertama chika ketika melihat ruang kerja ayahnya, entahlah ia tak begitu paham dengan pekerjaan ayahnya tapi yang ia tau ayahnya adalah orang yang sangat gila kerja.

"Bagaimana keadaan adek kamu? Ayah..."

"Masih ada urusan jadi gak sempat ke rumah sakit dan besok hari ke luar kota karna ada urusan, gitu kan?" ucap chika.

Pramudya terdiam dan menatap putri nya, semua yang di ucapkan chika sangatlah tepat.

"Ayah gak perlu khawatir, selama ini aku bisa mengatasi masalah ku sendiri"

"Bukan begitu nak, ayah cuma minta pengertian kamu, nanti kalau urusan ayah sudah selesai, ayah janji akan luangin waktu untuk kalian"

"Aku gak butuh itu, aku bukan anak kecil yang merengek minta perhatian, aku cuma mau ayah ada untuk christy, tebus kesalahan ayah yang dulu pada christy dan mamanya, bukannya selama ini mereka harus di nomor duakan oleh ayah?"

Chika berjalan, ia menatap lekat ayahnya dengan mata yang berkaca kaca.

"Ayah tau? Apa yang aku rasakan, aku dan christy itu buah dari kesalahan ayah bukan dari rasa cinta ayah"

Pramudya termenung, ia menyesali semua kesibukannya selama ini dan kesalahannya yang harus menyeret anak anak nya pada masalah yang besar.

"Maaf nak"

"Bukan maaf ayah yang kita mau, tapi kehadiran ayah, ayah tau? Christy lumpuh!, ayah boleh menutup mata dan telinga ayah tentang aku, tapi jangan untuk christy, dia gak tau apa apa tentang semua ini!" tegas chika lalu pergi setelah air matanya lolos begitu saja.

Pramudya terdiam, saat ini ia seperti berkaca pada dirinya sendiri, sikap keras kepala dan tegas miliknya benar benar mengalir pada putrinya itu.

***

Chika masih setia menunggu christy, setelah pertengkarannya dengan sang ayah, chika memutuskan untuk menemani christy karena ia tau ayahnya tak cukup waktu untuk semua ini.

Chika menoleh pada christy yang sudah bangun.

"Hai"sapa chika dan tersenyum manis yang jarang sekali ia berikan.

Christy melirik pada tangannya, masih sama sekali tak bisa ia gerakan.

Christy menghela napasnya, ingin rasanya ia menangis tapi untuk apa, dari awal ia sudah tau kalau ini semua akan terjadi padanya.

5 mei 23

255 HARI (CH²) [𝐒𝐄𝐋𝐄𝐒𝐀𝐈]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang