J

21 7 0
                                    

"GAK, MAU HIKS...GAK MAU MAH. JEJEN GAKMAU."  jejen memohon kepada kate. Ibunya, perempuan semi tua itu, tampak sehat. di usianya yang menginjak kepala empat wajahnya tidak berkeriput sama sekali.

"mama sama papa, udah mikirin ini jauh-jauh hari." kata kate lembut, sambil mengusap punggung jejen pelan.

"tapi  kenapa harus jejen mah, kenapa gak kak reva aja?" ucap jejen masih tak terima

"kak reva, bulan depan udah mau nikah, calonya juga mama udah kenal baik." kate masih berusaha menenangkan putra kedua mereka.

"lagian mama sama papa kenapa dulu taruhan sih, sampe bawa-bawa anak yang belum lahir segala." jejen kembali  merengek seperti bayi tak di belikan boneka barbie.

kate hanya diam

"kalo jejen nikah, jejen gak bisa ke salon lagi sama mama, gak bisa ikut jumba lagi sama mama, gak bisa ikutan arisan lagi sama anak mama." ucap jejen sambil terengah-engah. matanya tidak mengeluarkan air, tapi suara yang dibuat seperti menangis itu yang membuat kate tak enak hati.

"ini yang terbaik buat kamu jen, umur gak ada yang tahu. mama sama papa mau ngeliat kedua anak mereka menikah. kalo masih ada waktu, mama sama papa juga ingin ngeliat cucu-cucu kita." ucap kate panjang lebar, berusaha menjelaskan.

setengah jam yang lalu.

krekk...

"assaalamualikum jejen pulang." ucap jejen tergesa-gesa, membuka sepatu dan melempar tasnya asal.

buru-buru jejen berlari kedalam, menuju kamar mamanya. dia khawatir, apa musibah yang terjadi kepada mamanya. sebelum benar-benar menuju kamar mamanya, jejen mampir ke dapur sebentar, dia  merasa haus karena berlari dari depan gerbang sampai pintu rumah. walaupun jaraknya hanya 10 meter.

jejen mengambil gelas, mengisinya dengan pelan-pelan. kemudian meneguknya. 

"ehh udah di sini rupanya." suara itu membuat jejen kaget, hampir tersedak namun bisa ter atasi

suara itu berasal dari belakang jejen,

"mama? kok. eh- katanya kena musibah. mama sakit, atau kecelakanaan atau..." jejen langsung mengahampiri mamanya dan mengintrogasinya dengan beberapa pertanyaan.

"udah, udah yahh... semuanya udah nunggu di ruang keluarga." ucap wanita tersebut langsung menggiring jejen pergi bersamanya.

sampai di ruang tamu, jejen melihat papa, kak reva, bi muti tersenyum aneh kepadanya. merasa ada yang janggal, jejen sedikit waspada. bisa saja ini bukan keluarganya bisa saja, alien datang kerumahnya, dan membunuh keluarganya kemudian menyamar sebagai keluarganya. LOL

"kamu duduk dulu yaa..." ucap wanita yang menggiring jejen tadi. semua mata berpusat kepada jejen. jejen tersenyum kikuk, suasana menjadi aneh.

"oke, semuanya udah kumpul. jejen juga udah deteng, gimana mah? kita mulai aja?" tanya pak brimo yang langsung di respon dengan anggukan.

"jejen, sebentar lagi kamu mau lulus sma."

jejen mendengarkan baik-baik. "mama sama papa, udah pikirin ini jauh-jauh." kata mamanya yang semakin membuat jejen bingung.

"kamu tahu mama kena musibah." 

jejen mengangguk, meskipun dia belum tahu musibah apa yang menimpa mamanya.

"mama kalah taruhan."

jejen menghela nafas lega. untung saja bukan musibah yang besar. cuman kalah taruhan.

"dulu mama sempat, iseng main taruhan sama sahabat mama, tante mirna. kamu tahu, yang jadi pelatih jumba kita." 

jejen mengagguk penuh semangat. 

"kita taruhan, dan mama gak sengaja bilang 'gue pasang anak kedua gue, kalo gue kalah. kalo anak kita gendernya sama, kita jadiin mereka sahabat. kalo anak kita berbeda gender, kita nikahin.' gitu..." terang mamanya.

jejen mengerejapkan mata beberapa kali. dia tidak salah dengar, jika mamanya tadi menyebut anak kedua. itu berarti, tidak ada anak lain di keluarga ini kecuali reva dan jejen. ini gak mungkin, ini pasti cuma mimpi. sudah dapat jejen simpulkan, dia akan di jodohkan.

"jangan bilang kalian bakalan jodohin jejen." kata jejen hati-hati.

"copypaste." celetuk pak brimo. semuanya tersenyum kecuali jejen.

"jejen masih sekolah pa, masih mau kuliah, belum mau nikah." kata jejen sedikit merengek.

"ma, ini gak serius kan ma, mama sama papa bohongkan. ini prank kan, jejen tau. kan ulang tahun jejen kemarin gak ada kejuta-kejutan sama sekali. iya--ka-aan."

jejen tersenyum meyakinkan bahwa ini hanya prank.

"udah kamu sekarang mandi, siap-siap. satu jam lagi kita berangkat." ucap pak brimo santai.

"yessss... pasti liburan. kemana mah?, kita ke pantai aja gimana. kak reva, bawa  kameranya oke, kita vlog nanti di sana. kita naik apa mahh, mobil? kereta? ohhh pesawat....kita mau ke bali ya...oke jejen siap-siap dulu. tapi sebelum bera___"

"kita ke rumah calon istri kamu." perkataan jejen terpotong olah suara tegas pak brimo.

"WHAT!!!" jejen berjengit.

JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE, JEJEN UDAH MAU NIKAH NIHHH, SIAPA AJA YANG MAU JADI SAKSI. YUK IKUTIN TERUS CERITA JEJEN SELANJUTNYA DI PART 'E'

NOTE: KALO ADA TYPO, KASIH TAHU DI COMMENT.

JEJEN OR JENIE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang