N

11 4 0
                                    

"kalian udah sama-sama kenal toh..." maira menebak kaget.

jejen dan lintang yang sudah berhadapan di sebuah meja hanya dapat tersenyum kaku. sesekali keduanya mengangkat kepala, kembali memastikan bahwa yang ada di hadapan mereka hanyalah orang yang mirip dengan mereka. maksudnya gimana?

"kita gak tahu loh, ternyata kalian satu sekolah." tutur maria ibunda lintang. keduanya mengangguk.

"tante kepo deh, jejen gimana di sekolahnya. dia bandel ya..." maira bertanya dengan raut wajah penasaran. lintang yang tidak tahu menahu tentang kepribadian jejen selama di sekolah bingung harus menjawab apa. yang lintang tahu hanyalah, jejen yang suka berdandan. jejen sang ketua circle yang  beranggotakan semua perempuan kecuali jejen, jejen yang alay, dan jejen yang selalu membut amarah lintang kambuh saat berdebat dengan nya jejen yang....pokoknya segala keburukan jejen di sekolah lintang sudah menghafalnya.

"jejen baik tante. sopan sama guru, orangnya disiplin, selalu menjaga kebersihan, ganteng lagi." itu jawaban yang keluar dari mulut lintang setelah sebelumnya melirik ke arah jejen dan mendapat pelototan tajam darinya. 

"serius, jejen menjaga kebersihan. tante sampe gak percaya loh, soalnya kalo di rumah, jejen itu suka simpen tisuee bekas ingus di mana aja." kata maira sedikit terkekeh. jejen yang merasa tersudut langsung mendelik kesal ke arah maira.

"itu kalo jejen lagi flu aja tante. kalo biasa-biasa mah gak kok. malahan kak reva yang sering pinjem ke jejen lipstick terus bekasnya di simpen di mana aja." 

semuanya terkejut ketika mendengar kata 'lipstick'. jejen yang baru saja menyadari dirinya yang telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tak dia katakan langsung membekap mulut sama terkejutnya dengan semua yang kini menatapnya curiga. reva yang baru saja tersadar langsung mencari alasan

"jadi jejen suka pinjem lipstik aku tente, katanya buat ngelukis, kan lucu ya, ngelukis pake lipstick. hahaha." reva tertawa tetapi semuanya terdiam. buru-buru reva mnyenggol sikut jejen memberi kode untuk membantunya.

"hahaha, iya tante, maksudnya gitu, iya...aku suka ngelukis soalnya..." keduanya tersenyum kikuk.

"kalo lintang jen, dia gimana di sekolahnya," tanya pak hery bapaknya lintang. keadaan yang semulanya kikuk, berubah menjadi sedia kala, semuanya merasa antusias ingn mendengar cerita jejen tentang lintang.

"lintang orangnya...eksis banget tante, nyeleb. setelanya paling cool. gayanya duh...bikin semua cowok aduh alah iye pokoknya. ya gak tang?" tanya jejen sok asik. lintang mengigit bibir bawahnya kesal. emang dia eksis di sekolah, emang dia sok nyeleb di sekolah, emang gayanya cool di sekolah. memang sih. tapi lintang tidak terima dengan sebutan 'nyeleb' terlalu alay baginya.

"ma, pa. om tante. aku boleh ngobrol sama jejen berdua gak di balkon atas. kita mau cari angin. ya jen..." pinta lintang kepada semuanya, lantas melirik jejen tajam.

tanpa aba-aba lagi lintang langsung menyeret jejen ke balkon atas rumah lintang. jejen merasa sakit tangannya yang di cengkram kuat oleh lintang mulai memerah, sepanjang langkah ke balkon, jejen mengaduh kesakitan. sesampainya di balkon atas, lintang langsung mendorong tubuh jejen hingga terbentur pelan ke tembok. lintang menunjuk wajah jejen kasar.

"maksud lo sebut gue nyeleb apa? lo mau mempermalukan gue di depan bokap sama nyokap." tanya senja melotot. jejen terkekeh, memalingkan wajahnya ke arah luar menatap pegunungan hijau. jejen merapikan rambutnya menjejalkan poni depan ke belakang kedua telinga. kemudian kembali menatap lintang yang menatapnya kesal. dengan lengatn yang terlipat di dada.

"he tu de loww...memang gaya lo sok nyeleb kan. gak usah ngelak deh lo." jawab jejen santai. lintang maju beberapa langkah kemudian berhenti tepat satu meter di depan jejen. matanya memerah, tanganya terkepal kuat. 

"ingat urusan lo sama gue belum selesai. gue gak tahu kenapa ortu gue bisa jodohin gue sama lo, laki laki tulen. hidup lo akan berubaha setelah lo menikah sam gue." lintang menunjuk kembali wajah jejen. jejen yang tak terima, berjalan lebih mendekat ke arah lintang. "lo pikir, gue mau di jodohin sama laki-laki lagi. gue masih normal boy...cih. najis."

"jaga mulut bau lo ya, gue terpaksa ngiyain permintaan nyokap karena diancem gak akan dapet warisan dari mereka."

keduanya saling tatap menatap garang. wajah keduanya memerah. jarak jejen dan lintang hanya sepuluh senti. jika keduanya maju selangkah saja, sudah pasti dahi mereka bersentuhan. untungnya bukan nafsu yang sedang menyelimuti mereka berdua. amarah, dendam dan rasa tidak suka yang sedang membendung keduanya.

"mah, pah, kayaknya udah ada yang gak sabar nih pengeng empok encoy..." teriakan itu membuat jejen dan lintang mundur lantas memalingkan wajah mereka berdua ke arah yang berbeda. keberadaan reva yang tiba-tiba membuat keadaan yang awal mula penuh nafsu amarah, berganti seperti tertangkap basah. semoga tidak terjadi salah paham.

JEJEN OR JENIE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang