E

18 6 0
                                    

seorang cowok tengah berdiri dia depan cermin besar, bukan melihat ketampanan yang di miliki, bukan pula melihat outfitnya yang serba rapi. dia sedang meratapi nasibnya. nasib buruk yang menimpa dirinya.

jejen akan di jodohkan.

"JEN, UDAH BELUM. CEPET TURUN KE BAWAH, KITA BERANGKAT." teriak kate dari ujung tangga. jejen menarik nafas berat, mengelap sebulir air mata yang baru saja akan terjatuh, kemudian dengan langakah lunglai, pergi keluar kamar menuju lantai bawah.

"gila gantengnya adik gue. awas di sana ngondek lo." reva yang baru saja keluar toilet menggoda jejen. memang benar, jejen terlihat tampan, ditambah dengan setelah resmi, kemeja putih, jas hitam dan dasi kupu-kupu. plus golep edan.

"berasa jamet lakik gue." ujar jejen kepada reva. "kak bantuin gue, bilang sama papa batalin aja." mohon jejen.

"sorry gue peduli sama lo." jawab reva ringan.

"ya kalo lo peduli bantuin gue...yaa plis..." jejen memasang mata pupy eyes.

"gue peduli sama lo, gue takut dengan keadaan lo yang super ngondek, lo jadi suka sama sejenis lo."

"ngomong sama lo gak ngebantu banget. huu pingin nangis..."

semuanya sudah beradadalam mobil, Jejen duduk paling depan bersama pak brimo yang menyetir. 

"nanti di sana kamu harus ber aura, tunjukan kharisma ketampanan kamu oke. ihhh anak mama tampan banget..." kata kete, mencubil pipi jejen pelan.

"awas ngondek looo.." reva berbisik tepat di telinga jejen. jejen harus berusa se cool mungkin, ini hari berharga baginya, meskipun terpakasa. dia harus menunjukan kepada calon isterinya bahwa dia laki-laki sejati. 'pernikahan hanya terjadi satu kali' ucap jejen dalam hati.

****

"mama suruh aku pulang cuma, buat hal beginian." ucap seorang gadis "aku belum mau sekarang ma..." dia sedikit merengek

"mama mau kamu ada yang jaga, kamu ini perempuan. minggu depan mama sama papa mau ke amerika buat urusan bisnis. jadi mau gak  mau kamu harus mau." ucap perempuat setengah baya itu tagas.

"kenapa gak di jodohin sama si dira." gadis itu masih tak terima.

"kamu pikir dong, dira masih 14 tahun, dia masih harus sekolah. kamu sebentar lagi mau lulus." terang  perempuan itu sedikit melembut.

"udah lah kamu nurut aja, ini yang terbaik menurut papa dan mama." laki-laki di ujung sofa yang tengah membaca koran bersuara.

"ini terbaik menurut kalian tapi belum tentu meurut aku."

gadis itu melesat ke atas, menaiki tangga dengan perasaan kesal menyelimutinya.

"SETENGAH JAM LAGI MEREKA DATANG, KAMU PAKE BAJU YANG UDAH MAMA SIAPIN DI  KASUR." Teriak perempuan setengah  baya itu, dan kembali merias wajahnya.

****

sebuh mobil sedan putih memasuki gerbang tinggi menuju ke area parkir sebuah rumah besar yang di dominasi dengan warna putih. mobil itu berhenti tepat di depan pintu besar dan beberapa orang mulai meluncur turun dari dalamnya.

jejen membukakan pintu bekalang untuk mamanya, kamudian mengandeng tangan mamanya memasuki rumah besar tersebut. pintu terbuka otomatis, memperlihatkan isi rumah yang begitu banyak dengan barang-barang yang sudah dapat di pastikan tidak murah.

meong...

se ekor kucing loncat di hadapan jejen membuat latahnya kambuh.

"eh kucing-kucing goblok, eh goblok. dasar KON_eugh..." 

"suitt...kamu ini kebiasaan." bentak kate mencubit tangan jejen pelan.

'aww'

saat memasuki ruang tamu, jejen di buat takjub dengan dekorasi ruangan ini, semuanya serba putih, lampu besar yang membuat perhatian jejen teralih itu sangat besar, dan jejen memperkirakan harganya bisa sampai M-M an. jejen mengehela nafas menelan  ludah.

'siapapun yang bakal gue nikahin, gue porotin hartanya.' banti jejen berucap.

"eh jeng, udah dateng. kemari duduk dulu." sambut perempuan paruh baya bernama mirna dengan lelaki di sebelahnya.

"ini anak kamu. sumpah ganteng banget. pasti anak ku langsung naksir." lanjut mirna terpesona oleh ketampanan jejen. jejen menglurkan tangan, berniat menyalami mirna.

"jejen mahardika, salam kenal om tante." katanya dengan suara manly.

"wihh...sopan lagi...seneng aku punya mantu begini." semuanya duduk di sofa ruang tengah. jejen sudah merasa tidak nyaman, dari tadi. dia meresa gugup. apa yang harus dia katakan kepada calon istrinya nanti. apakah dia akan menawarkan pergi ke salon bersamanya. sungguh tidak mungkin.

"anak ku lagi siap-siap di kamarna. maklum lah gadis, lama dandanya." ucap mirna terkekeh pelan.

obrolan random tercipta diantara mereka semua. jejen memilih diam dan menunduk memainkan handphoen nya, sampai dia tidak menyadari seseorang yang baru datang sudah duduk di hadapanya bersebelahan dengan tante mirna. sedikit waspada, jejen mulai mengangkat wajahnya perlahn, dan....'ASTAGFIRULLOH' batin jejen berucap kaget.

seorang wanita dengan ukuran tubuh di atas rata-rata terduduk di sana, tanganya yang memegang cokelat batang serta rambutnya yang di kepang dua menatap ke arah jejen sambil tersenyum. ini?, cewek ini yang akan menjadi istri seorang jejen. ohhhh tidak mungkin.

"ini dira, anak kedua aku...makanya gak bisa di kontrol, jadi wehh gendut." ujar mirna menjelaskan. dira tersenyum dan menyelami semua anggota keluarga jejen.

huft...

hati jejen mencelos tenang. untuk bukan dia orangnya. jejen sudah membayangkan bagaimana setiap hari harus mengendong perempuan sebesar dira

tuk.tuk.tuk...

suara sepatu terdengar samar beberapa menit kemudian. suara itu berasal dari tangga, semakin jelas terdengar, semakin berdebar juga hati jejen. was-was. seorang wanita sudah terlihat di ujung tangga, kepalanya menunduk, merapikan dressnya yang sedikit terlipat di pinggang. secara tidak sengaja, kaki wanita itu bersilangan dan membuatnya jatuh di atas lantang dengan keadaan berlutut.

"shh..aw, sakit. sepatu goblok." guman wanita itu pelan

jejen harus terlihat lakik an menly, melihat hal itu, jejen berdiri sedikit berlari menghampiri wanita yang barusaja jatuh, berniat menolong membangunkanya.

"lo gak apa-apa?" tanya jejen gugup. wanita itu terdiam sesaat.

"gue gak apa-apa." 

deg...suara itu jejen sangat mengenal suara itu. tidak mungkin dia, suara seseorang bisa saja sama. jejen meyakini hal itu. dia mengulurkan tangan, dan ketika wanita itu menengadahkan kepala, keduanya terdiam membeku. tak ada gerak dan tak ada kata-kata. keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

"lo...

"lo...

ucap keduanya bersamaan.

sekarang jejen tahu siapa yang akan di jodohkan dengannya. dia masih tidak percaya. apakah ini benar-benar terjadi atau hanya dalam mimpi. dia, jejen mahardika akan dinikahkan dengan mostwanted cewek di sekolah nya. tak lain dan tak bukan. lintang levronkan besari. cewek tombol sang ketua geng tenama.

****

SUDAH DIMULAI. SIAP-SIAP NAHAN GELI DAN KETAWANYA YA, SIAPIN JUGA TISUE, GAK AKAN ADA ADEGAN SEDIH KOK. CUMAN, KALO KALIAN NANTI TERUS KETAWA, MUNGKIN FUNGSI TISUEE AKAN DI BUTUHKAN...

SEE UU, SAMPAI JUMPA DI PART 'N' RUMAH TANGGA JEJEN DAN LINTANG.

JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE.

NOTE: KALO ADA TYPO COMENT NTAR AKU BENERIN

.

JEJEN OR JENIE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang