VII. AS Card

36 9 5
                                    

"Bukankah ini aneh, eonnie? Aku yang mendapat beasiswa, tapi kenapa alasannya adalah karena usaha eonnie?" Hea menatap sang kakak.

Mendengar ucapan itu, Hera membisu.

"Jadi, aku hanya ingin bertanya. Apakah semua ini ada kaitannya dengan kasus Agensi Star yang menuduh eonnie sebagai tersangka?"

Mata Hera terbelalak. Satu pertanyaan itu membuat tubuhnya lemas.

Hea sudah mengetahui apa yang sedang terjadi. Terlebih, dia tahu sebelum Hera menceritakan yang sebenarnya. Rasa sesak menyelimuti hati Hera. Meskipun dia dan Hea suka bertengkar layaknya saudara pada umumnya, tetapi Hera paham betul satu hal yang sangat dibenci oleh Hea, yaitu tidak diakui.

Hea mengeluarkan handphone miliknya. Ia pun menekan tanda "play" pada layar dan menayangkan satu video berita.

"Apakah eonnie memintaku untuk tidak menonton berita karena hal ini?" Hea mengungkit permintaan Hera semalam. Kakak perempuannya itu meminta Hea untuk tidak membuka berita sementara waktu dengan alasan agar Hea fokus mempersiapkan ujian.

Namun, setelah bertemu dengan Kim Taeri PD-nim, Hea merasa ada sesuatu yang ganjal. Gadis itu memutuskan untuk membuka berita. Dari situlah Hea mengetahui bahwa Hera sedang ada masalah.

"Mengapa eonnie tidak menceritakan masalah ini padaku?" tanya Hea.

"Itu bukan masalah besar, Hea. Kau hanya perlu fokus dengan ujianmu. Eonnie akan-"

Hea tertawa sarkas. "Eomma dan Eonnie sama saja. Apa kalian tak pernah menganggap aku ada?"

"Hea, eonnie akan jelaskan semuanya." Hera mencoba menenangkan Hea.

"Bukankah aku sudah memberikan kesempatan pada Hera Eonnie untuk menjelaskannya tadi? Kenapa eonnie memilih untuk membohongiku?"

"Eonnie bukan berbohong padamu, hanya saja ini demi kebaikanmu, jadi-"

"Hentikan omong kosong itu!" Hea bangkit dari duduknya dan memukul kasar meja ruang tamu.

"Hea.." panggil Eomma, lirih.

"Bukankah kalian tahu bahwa aku tidak suka tidak diakui? Kenapa kalian selalu menanggung beban sendiri? Aku bukan anak kecil lagi," ucap Hea. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kali ini apa yang eonnie korbankan?" Hea mendekati Hera.

Hera terkejut. "Apa maksudmu?"

"Apa eonnie melakukan perjanjian dengan Kim Taeri PD-nim? Apa kalian akan terus menjadikanku sebagai alasan?" sarkas Hea.

Sontak Eomma berusaha melerai Hera dan Hea. Perlahan eomma mendekati Hea.

"Hea, eonnie memiliki alasan tersendiri. Eomma juga bersalah karena telah menyembunyikan hal ini, jadi maafkan eomma dan Hera Eonnie, ya?" ujar Eomma, pelan.

Hea menghela napas berat. Air hangat mulai membasahi pipi perempuan kecil itu. Netranya memandang sosok Ibu dan Kakak yang ada di hadapannya.

"Aku hanya memiliki kalian berdua, jadi bisakah kalian juga menganggap kehadiranku?"

Tepat setelah mengatakan itu Hea berlari keluar rumah. Hera pun segera mengejar Hea.

"Hea!" Panggil Hera.

Tiba-tiba saat membuka pintu, Hera menabrak seseorang. Atensi wanita berambut pendek itu pun teralihkan pada sosok pria yang sedang mengaduh sakit di tanah.

"K? Apa yang kau lakukan disini?!" Hera membantu K berdiri.

"Tasmu tertinggal tadi, jadi aku ingin mengembalikannya padamu." K menyodorkan tas pinggang milik Hera.

Season 2 Who Are You? [Enhypen Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang