Sepuluh

193 36 1
                                    


• Banyak Typo dan ini Fiksi!!

•••

Minggu, 8 Januari 2023


Waktu beranjak sore dan mereka belum sampai di lokasi tujuan meski terlihat jelas bukit besar di hadapan mereka.

Semuanya terus berjalan dan Mark, Jeno terus berusaha mencari Jalan yang aman untuk mereka lewati, Tapi tiba-tiba guncang hebat kembali lagi dan kali ini hampir sama seperti guncang sebelum tsunami tadi pagi.

Semuanya tiba-tiba panik dan berusaha untuk melindungi satu Sama lain. "Guys, tetep pertahankan posisi dan pegangan lebih kuat." ujar Mark.

Mereka saling berpegangan kuat dan mencoba untuk tetap bertahan meski tubuh mereka terhuyung-huyung. "Tuhan..." Guncangan keras itu perlahan berhenti.

Semuanya mengembuskan napas lega, "Akhirnya."

"Kita harus cepet-cepet ke tempat aman. Gue rasa bakal ada tsunami susulan." ujar Denise dengan ketakutan itu.

"Ayo guys!" Jeno membakar semangat teman-temannya dan mereka terus berjalan dan kali ini lebih cepat.

Semuanya tiba-tiba menoleh ke belakang karena Terdengar suara gemuruh yang keras. "TSUNAMI!!" Mereka berteriak serentak dan berlari secepat mungkin mendekati bukit yang sudah tidak jauh itu.

Dita dan Zuu terjatuh. Semuanya panik, Dan mencoba untuk mendekati Dita dan Zuu. "Lari!! Jangan perduli ke kita!" ucap Dita.

"Iya. Pergi Lo semua!! Pergi!!!"

Tapi tidak ada yang pergi semuanya bersama-sama mendekati Zuu dan Dita yang terluka itu.

"Lo berdua gila? Bukan saatnya buat nyerah!" ucap Sodam.

"Jangan mati!" ucap Mark.

Kedua perempuan itu dibantu bangkit. "Kaki gue." Dita meringis dan menangis.

Zuu tidak terluka parah, hanya dagunya sedikit berdarah dan tangannya dan kakinya memar. Tapi tidak dengan Dita, tulang keringnya sobek, Karena terkena paku dan darah mengalir itu.

"Sial!" Semuanya panik.

"Lo semua cepet lari! Jangan perduli gue!" Dita menangis dan berteriak.

Haechan melepaskan tas yang dia bawah sedari tadi, "Ambil alih persediaan dan gue urus Dita." Haechan berjongkok di depan Dita.

"Cepet Naik!"

"Tapi---"

"Cepet Naik!!" Dita setuju dan Naik ke pundak Haechan mereka kembali berlari dan Jeno, Mark berada di belakang Dita untuk menopang Dita yang tengah digendong oleh Haechan itu.

Mereka tiba di bukit, untuk beberapa saat mata mereka terasa kosong. Bagaimana bukit kecil itu juga telah hancur setengah akibat Gempa dan tsunami yang mengakibatkan longsor.

"Usaha yang sia-sia. Kita tetep mati." Air mata menetes dan mengalir dari semua remaja itu.

Mark mengengam erat tangannya dan merasa gagal. "Jangan putus asa. Lewat sini!" Minji melihat Sesuatu yang mungkin saja bisa menyelamatkan hidupnya.

Minji berlari ke kanan dan yang lainnya ikut. Ada sebuah mobil yang bisa menjadi pijakan untuk mereka naik ke atas bukit itu. "Minji, lo----"

"Buruan naik. Kita bisa pergi di gunung yang ketutup bukit ini." ucap Minji.

Semuanya tidak ingin banyak bicara dan mereka bergotong-royong untuk naik. Setelah semuanya naik dan berusaha untuk mencari tempat aman. Tsunami tiba dan menciptakan ombak besar dan cipratan air mengenai para remaja yang berusaha untuk memegang pohon-pohon itu agar tidak jatuh.

Hidup Atau Cinta || NCTDREAM ft SECRET NUMBER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang