BAB5- UPAYA PERTAHANAN & PENYELAMATAN DUA ANGGOTA POLISI

176 16 0
                                    

Kembali ke markas.

Salah satu anak buah Gongjun membawa segelas air, memaksa polisi zhang meminumnya. Bukan pertama kalinya, dan juga bukan pertama kalinya zhehan menolaknya. Polisi itu tidak pernah menerima makanan atau minuman yang diberikan anak buah gongjun kepadanya, walaupun rasa dahaga dan lapar tidak lagi bisa dibayangkan. Selama dua hari disandera, selama itu dia tidak makan atau minum. Meskipun kerapkali anak buah memaksanya dengan cara menahan kepalanya seperti binatang, pada akhirnya zhehan akan tetap menumpahkan air dalam gelas karena terus meronta-ronta. Dia akan sangat berterima kasih jika mereka menyuntikkan obat bius kepadanya. Setidaknya dia tidak akan merasakan lapar dan haus. Namun satu hal yang sudah tidak bisa ia tahan, rasa sakit dikakinya lantaran terus berdiri. Zhehan memiliki cidera dilutut sehingga membuatnya tidak lagi dapat berdiri terlalu lama, ekpresi wajahnya menunjukkan keadaannya saat ini. Pucat disertai keringat dingin keluar dari pelipis kepalanya. Menit berikutnya gongjun datang dengan wajah malasnya. Mengarahkan pandangannya ke gelas yang tergeletak ditanah sekilas lalu berpindah menatap zhehan. Berjalan beberapa langkah sebelum tangannya menggenggam keras rahang polisi polisi itu, memaksanya mempertemukan pandangan denganya. Dengan mata sayu zhehan memfokuskan pandangannya kearah Gongjun tanpa bisa mengatakan apapun akibat genggaman tangan gongjun yang kuat, dia mungkin bisa saja menghancurkan wajahnya saat ini juga. Zhehan tidak lagi bisa memikirkan apapun karena hampir pingsan menahan rasa sakit dilututnya.

"...apa yang kau inginkan?" tanya Gongjun, nadanya jelas dia sangat kesal. Entah yang mana yang telah membuat gongjun marah, airnya yang tumpah? Atau justru karena zhehan menolak meminumnya?

Zhehan tidak memiliki tenaga untuk bicara karena kondisi tubuhnya, dia terus mengatakan satu kata (aku) secara berulang-ulang.

"Katakan!" bentak gonjun. Pria itu benar-benar sangat marah, bahkan membuat kedua anak buah yang berjaga ikut terkejut mendengarnya. Pasalnya gongjun jarang sekali marah, bahkan terbilang tidak pernah. Gongjun adalah tipe orang yang tidak bisa dengan mudah ditebak jalan pikirannya. Jangankan untuk marah, dia marah atau tidak, orang tidak akan bisa mengetahuinya dengan pasti. Begitupun gongjun sendiri tidak akan pernah menunjukkan perasaanya sendiri. "bisakah kau suntikkan obat bius itu padaku" zhehan kini bersuara.

Alis gongjun terangkat, "aku bahkan bisa menyuntik mati dirimu saat ini, polisi zhang" Senyum kecut diperlihatkan zhehan, dia balas berkata, "terserah, setidaknya aku tidak harus melihat wajahmu" 'Angkuh' kesan itulah yang ditangkap dari polisi satu ini. Disaat darurat seperti ini dia masih membuat marah singa didepannya. Bukankah lebih baik dia mengatakan kebohongan yang lain, jika memang ingin berbohong tentang rasa sakitnya. Salah satu sudut bibir Gongjun naik, ucapan zhehan tidak berpengaruh apapun kepadanya, dengan santai dia kembali bicara, "kau pikir aku akan dengan melepasmu begitu saja? Kematian terlalu baik untukmu polisi zhang. Jangan berpikir aku akan melakukannya" gongjun melempar wajah zhehan ke lain sisi dikalimat terakhirnya. "tunggu apa lagi? suntikkan bius itu kepadanya!" perintah gongjun dengan sedikit nada suara yang tinggi. Salah satu bergegas meraih obat bius dimeja, tiba-tiba suara tembakan dan dentingan rantai terdengar. Tubuh polisi zhehan jatuh dengan lutut menyentuh tanah lebih dulu. Dia sempat melihat langkah kaki gongjun pergi meninggalkan ruangan sandera itu sebelum akhirnya pingsan dibius.

"Rantainya putus". Ujar salah satu anak buah¹, raut wajah bingung jelas terlihat padanya. "Aku akan mengambil kursi, lalu kita akan mengikatnya" balas anak buah² lainnya Sebelum bergegas pergi mengambil kursi. Hampir satu jam pingsan, kelopak mata zhehan perlahan membuka. Pandangannnya perlahan mulai fokus, menyadari keberadaan seseorang yang sudah berdiri didepannya. Menyandarkan tubuhnya kedinding sementara jari-jarinya menjepit sebatang rokok. "Kukira kau pria kuat dan pemberani, tapi ternyata dugaanku salah" ujar pria itu beberapa saat setelahnya. Siapa lagi jika bukan pemilik tempat ini, gongjun!

BLACK HAND : Circle of Crime [Tamat] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang