prolog...

266 12 5
                                    


Selamat membaca,,,


***

Tercatat: 13, Desember 2021


Hari itu, insiden yang tak pernah ingin ia rasakan dalam kehidupannya pun terjadi.

Ayah kebanggaan dan abang kesayangannya telah lebih dulu menemui sang tuhan melalui perantara kecelakaan mobil akibat tembakan peluru yang melesat tepat di ban mobil yang membuat mobil yang ditumpangi Adrian---ayahnya, dan Arhan---abangnya hilang kendali.

Dengan langkah tertatih-tatih gisella melangkah menemui sang mama dengan segala ketidak-berdayaannya, menangis meratapi jasad kedua laki-laki yang begitu ia sayangi.

Gisella amat terpukul, dengan isakan dan tenaga yang sudah terkuras habis.
"Ma...." cicitnya pelan, lelah bersuara, karena sudah beberapa jam ini ia terus menangis dan menjerit histeris.

Ratu---mamanya gisella dengan wajah berantakan dan mata sembabnya seketika terjatuh di lantai dingin rumah sakit.

"A...yah, abang..." ucapnya gemetaran, sementara air matanya terus bercucuran, dadanya sesak. Ini begitu menyakitkan.

Gisella tak ingin berlari, lebih tepatnya tak sanggup berlari menemui dan merengkuh tubuh rapuh mamanya.

Gadis itu terus memacu langkah beratnya.
Seketika ia diam kala tubuhnya berdiri tepat di hadapan tubuh ratu yang bersimpuh dilantai dingin.

Bukan gisella namanya jika tak menangis, isakan dan lelehan air mata itu kembali muncul ke permukaan, bahkan air mata yang keluar dari pelupuk matanya berhasil jatuh mengenai telapak tangan mamanya.

Gadis remaja berumur 15 tahun itu akhirnya merendahkan tubuhnya. Berjongkok dengan kaki dan tubuh gemeteran, merengkuh erat tubuh rapuh mamanya.

Detik itu juga, ratu mendekapnya erat, isakannya kembali terdengar, bahkan sekarang gisella dapat merasakan betapa terluka mamanya ini.

"Ma...ikhlasin..."

sialan!!!

Bahkan untuk berbicara pun ia tak bisa. Sesak didadanya semakin menguar.

"Mama ikh..lasin, ya? Papa sama abang, pas..ti bahagia disana." Tuturnya berusaha menenangkan, walau rasanya semua penuturan itu hanyalah omong kosong belaka. Jujur, gisella tak bisa dan tak akan pernah bisa mengikhlaskannya.

"Sella....hiks...mama...mama gak mau, sella. Mama... ma..ma..,mau..."

Gisella mengelus pelan punggung rapuh ratu, berusaha menguatkannya, walaupun ia sendiri tau, tak semudah itu melepaskan kedua laki-lakinya.

"Udah...ma. gausah di terusin..."

Gisella menepis kasar lelehan air mata yang sedari tadi menguasai permukaan pipinya.

"....ini udah takdir tuhan, ma."

Ratu melepaskan pelukannya, mempertemukan netra keduanya di udara.

"Mama...gak.. hiks... mau ..NGGAK!!! INI BUKAN TAKDIR!!! BUKAN!!! INI KEBOHONGAN, KAN?!...."cerca ratu frustasi.

"....bilang sama mama kalo ini semua cuma boongan." Vokalnya melemah.

Semua tau bagaimana rasanya kehilangan sosok berharga di kehidupan mereka. Namun, bagi ratu, ini adalah rasa sakit yang sebenarnya, rasa sakit yang tak akan mampu di obati dengan kata-kata, bahkan butuh waktu yang amat lama sekalipun.

Karena suami dan anaknya itu dunia ratu. Dan dunia itu telah benar-benar pergi meninggalkannya, menyisakan harta kecilnya yang amat berharga--- gisella gebrina.

AGBERIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang