04. Mereka Lupa Tentang Mimpiku

1.2K 59 0
                                    

Happy Reading <3

Jakarta, 2007

"Astaga anak ini ...," geram Amareta, "bangun kamu, Arga!" wanita itu menggoyangkan tubuh kecil Arga yang masih memejamkan matanya.

2 hari Amareta dan Nadeem pergi ke Bogor karena ada acara saudaranya sekaligus menghadiri rapat urusan bisnisnya dari berbagai daerah. Sebetulnya Amareta sudah pulang semalam, namun Amareta dan Nadeem tidak langsung pergi ke kamar Arga untuk mengecek bagaimana kabar putranya itu.

"Arga, bangun kamu. Hei!" Amareta menepuk pipi Arga dengan pelan. "Arga, kamu denger Mama?"

Amareta menyentuh kening Arga. Ternyata hangat. Mata anak lelaki itu masih terpejam, seolah tak ingin terbangun dari lelapnya. "Arga, kamu sakit?" tanya Amareta. Namun tak ada jawaban.

Melihat hal itu. Amareta bergegas keluar dari kamar Arga, kemudian menghampiri Nadeem yang tengah sarapan di atas meja. "Yah, Arga sakit. Tubuhnya panas."

Nadeem menoleh, "kenapa lagi anak itu? Paling nanti juga sembuh,"

Amareta menghela napas gusar, "tapi kalau Arga kenapa-napa gimana, Yah? Kita harus bawa Arga ke rumah sakit. Ayo, Ayah."

Nadeem mendengus kesal, "kamu gak lihat aku sedang apa, Amareta? Kamu saja yang membawa dia ke rumah sakit."

Karena tak tahu harus bagaimana lagi. Akhirnya Amareta memutuskan untuk membawa Arga pergi ke rumah sakit terdekat. "Ga, ayo Mama bantu. Kita pergi ke rumah sakit, ya."

Amareta membopong tubuh kecil Arga dari lantai atas. Melihat Amareta yang kesulitan. Nadeem pun ikut membantu sang istri. "Anak kamu sangat menyusahkan aku," dumel Nadeem.

"Dia anak kamu juga," balas Amareta.

Sesampainya di rumah sakit. Arga ditangani baik oleh pihak medis. Dokter mengatakan, bahwa tubuh Arga kondisinya sangat lemah. Panasnya meninggi dari hari kemarin, namun Arga tak kunjung dibawa ke rumah sakit. Alhasil, kondisi anak lelaki itu melemah.

Namun, untungnya. Arga segera dibawa ke rumah sakit, karena kalau tidak mungkin nyawa anak lelaki itu tak dapat tertolong.

"Bapak Ibu, saya melihat luka lebam dipunggung Arga. Kalau boleh saya tahu, luka apa itu sebenarnya? Apa sebelumnya Arga terjatuh, atau terbentur oleh sesuatu?" tanya Dokter Mega yang menangani Arga. Dokter Mega sempat curiga pada luka lebam yang ada dipunggung Arga, mengingat itu bukanlah luka biasa. Melainkan luka bekas pukulan. Namun, Dokter Mega hanya bisa diam. Karena belum tentu penyebabnya apa.

Nadeem melirik Amareta, sebelum akhirnya ia menjawab. "Arga ini anaknya ceroboh sekali. Luka yang ada dipunggung Arga, itu hanya luka biasa. Dia terjatuh saat bermain dengan teman-temannya."

Dokter Mega tentu menaruh rasa curiga. Namun ia tak mempertanyakan lagi. "Kalau begitu. Arga perlu dirawat, mengingat kondisinya yang belum stabil." Ucap Dokter Mega sambil tersenyum.

"Oh? Gak perlu dirawat, Dok. Arga biar kami bawa pulang. Biar rawat jalan saja." Bantah Nadeem yang diangguki Amareta.

Dokter Mega mengernyit heran, "tapi, Pak. Untuk sementara ini, Arga perlu dirawat karena agar dapat ditangani oleh pihak medis. Dan tentunya, di rumah sakit menyediakan fasilitas supaya kondisi Arga lebih membaik." Tutur Dokter Mega.

Your Eyes They LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang