07. Hati-Hati Dengan Hati

853 49 3
                                    

Happy Reading <3

"Tanaya, kamu ada uang nggak?" tanya Bagas— kekasih Tanaya. Mereka sudah menjalani hubungan kurang lebih dari 2 tahun. Awal mulanya dari Asha yang memiliki seorang teman, yaitu Bagas. Asha mengenalkan Bagas pada Tanaya saat itu. Tanaya yang anaknya gampang akrab dengan orang baru, akhirnya mereka mulai dekat. Sampai pada ketika, Bagas menanyakan perihal Tanaya kerja di mana.

Dari situ, Bagas kerap kali mampir ke tempat kerja Tanaya. Bagas juga tak jarang mengirimkan makanan, atau bunga mawar merah kesukaan Tanaya.

Tak hanya di situ saja, setiap hari Bagas selalu memberi Tanaya kabar dan rayuannya yang manis. Bagas memperlakukan Tanaya bak ratu di istana. Tiada hari tanpa kata perhatian. Dan itu semua membuat Tanaya hanyut dalam rasa pada lelaki itu.

"Ada, kenapa?"

Bagas menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "boleh pinjem dulu gak? Kalau ada uangnya, aku bakal balikin lagi."

Bukan sekali atau dua kali Bagas meminjam uang padanya, selama hampir 2 tahun lelaki itu tak jarang meminta. Bahkan Bagas tak sungkan untuk meminta bayaran jika mereka selesai makan di restoran. Dengan banyak macam alasan pastinya.

Tanaya tak masalah, selama Bagas masih menjadi kekasihnya. "Boleh-boleh aja, sih. Emangnya kamu mau pinjem uangku berapa, Gas?"

"Kalau ada, 1 juta setengah," jeda, "tapi kalau nggak ada juga gak apa-apa. Aku mau pinjem ke temenku aja."

Tanaya tampak berpikir, "kalau 1 juta setengah, aku ada kok. Nanti aku transfer, ya, ke rekening kamu."

Bagas mengangguk lalu tersenyum, "makasih, ya, Sayang. Aku gak tau kalau gak ada kamu, kamu selalu ada saat aku butuhin. Kamu sendiri tau kan, orang tuaku gak kerja sama sekali, terus adikku juga butuh biaya buat sekolah. Rencananya, uang yang aku pinjem ke kamu ini, buat bangun usaha kecil-kecilan. Maaf, ya, selalu ngerepotin kamu."

Melihat wajah Bagas yang murung, membuat hati Tanaya bergerak untuk menggenggam tangan lelaki itu, "gak apa-apa, Gas. Aku ngerti banget sama kondisi kamu sekarang. Pasti berat jadi kamu, harus biayain adik-adik kamu buat sekolah, belum lagi kamu harus jadi tulang punggung keluarga. Aku juga minta maaf sama kamu karena belum banyak bantuin kamu. Tapi aku selalu siap saat kamu butuhin aku, jangan sungkan mau minta bantuan. Dan satu lagi, kamu bebas mau balikin uangku kapan aja. Yang terpenting, sekarang ini kamu fokus buat bangun usaha kecil-kecilan. Aku pasti dukung kamu."

Bagas mengangguk singkat, "makasih banget, ya, Sayang. Aku bersyukur karena kamu ada di hidup aku. Kalau nggak, aku gak tau harus ke siapa lagi."

Tanaya tersenyum, "aku bakal di sini, temenin kamu sampai kamu sukses."

"Iya, Sayang. Aku janji, kalau suatu hari nanti aku jadi orang yang sukses, aku gak bakal lupain kamu. Dan aku bakal datang ke rumah Nenek kamu, buat minta restu, supaya kita bisa nikah. Bangun keluarga yang bahagia, punya anak yang cantik dan ganteng. Ah, aku gak sabar banget sama momen itu," tutur Bagas.

"Aku tunggu, ya, janji kamu."

Bagas mengusap pucuk kepala Tanaya, "iya, Sayang. Kamu bisa pegang janjiku, aku gak bakal langgar ucapan aku sendiri."

***

"Tanaya, cepat makan dulu." Panggil Nenek dari dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Eyes They LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang