meet after one month

919 69 4
                                    

୧⊰⁠⊹ฺゞ๑ノ\◠

Jam berganti hari, hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Kini sudah sebulan lamanya Jaehyuk tidak menemuinya, bahkan hanya mengabarinya jika pria itu ingat. Kini Asahi rasa dirinya seperti dilupakan.

Asahi jelas tau bahwa pria itu sibuk dengan skripsinya, Asahi juga jelas tau bahwa pria itu ingin segera lulus dan memegang perusahaan sang Ayah. Asahi cukup memaklumi jika waktu itu Jaehyuk cukup sulit dihubungi, namun kini Asahi tak bisa lagi berdiam diri.

Terakhir kali dirinya dapat menghubungi Jaehyuk seminggu yang lalu, dan setelahnya pria itu lagi-lagi bak ditelan bumi. Gila! Asahi harus bersabar bagaimana lagi?

Asahi hendak mengambil jaketnya, udara akhir-akhir ini cukup dingin, mungkin karena musim yang akan berganti menjadi hujan makanya tak heran mengapa dirinya sudah antisipasi baju hangat. Mengambil ponselnya dan beranjak keluar kamar, entah hidungnya yang tajam atau memang bau masakan yang ingin membuat orang lain muntah, Asahi sudah berlari menuju kamar mandinya.

Junkyu yang melihatnya menjadi panik sendiri, yahh kebetulan Junkyu sedang berada di apartemen Asahi, dan kebetulan juga dirinya tengah memasak mie instan dengan telur setengah matang. Tanpa memikirkan mienya yang sudah jadi, Junkyu berlari mengikuti Asahi ke kamar mandi.

Membantu menekan tengkuk pria itu pelan, lalu setelahnya Asahi mendorong Junkyu menjauh.

"Kau bau telur, huekk, aku ingin muntah," ucapnya kepayahan.

Junkyu yang bingung hanya menampakkan raut keterkejutannya, bisa-bisanya dirinya dibilang bau telur? Wahh, Asahi ini memang minta ia cekik ya.

"Kau gila! Aku tidak bau telur! Kau seperti orang hamil saja, penciumanmu an—" ucapan Junkyu terpotong karena tersadar apa yang baru saja diucapkan.

Sedang Asahi sama mematungnya. Pandang mereka bertemu, tampak Junkyu lihat ada beribu-ribu kekhawatiran yang tampak jelas di mimik wajah sahabatnya itu. Asahi.. hamil? Yang benar saja..

"Kau.. tidak benar-benar hamil kan, Asahi?" tanya Junkyu ragu-ragu.

Asahi menggeleng ribut, "Tidak lah, gila saja," meski ucapnya begitu, tak dipungkiri ada beribu rasa khawatir yang hinggap di hatinya.

"M-mungkin aku hanya masuk angin. Kau tak perlu khawatir Junkyu," ucapnya menenangkan sang sahabat.

Junkyu mengangguk kaku, ahh benar, mungkin Junkyu terlalu berpikir berlebihan. Junkyu melangkah lebih dulu ke luar kamar mandi, mendudukkan bokongnya di bangku dapur untuk memakan mie instannya, sedang Asahi tengah mati-matian melewati dapur akibat bau mie instan buatan Junkyu yang membuatnya mual.

"Junkyu aku berangkat dulu!" serunya dari arah depan.

"Hati-hati! Kabari aku jika ada apa-apa," jawabnya lantang.

Asahi menghela napasnya berat, pikirannya berkecamuk, dirinya jadi khawatir tentang ucapan Junkyu tadi. Dirinya hamil... Itu tak mungkin terjadi kan? Selama ini juga dirinya selalu bermain aman, juga Jaehyuk yang tak pernah keluar di dalam. Ahh haruskah ia memeriksakannya?

Tapi bagaimana jika.. Jaehyuk menolaknya? Asahi memukul kepalanya sendiri, dirinya merasa sangat bodoh meski perkiraannya belum terjadi. Namun dilihat dari bagaimana moodnya yang acap kali berubah selama dua minggu terakhir membuat kekhawatirannya kembali muncul.

Tanpa sadar kakinya sudah membawanya ke kampus, menelepon Jaehyuk meski tak diangkat oleh pria di sebrang sana, hingga Asahi berakhir memilih menunggu pada parkiran depan dan mendudukkan dirinya pada bangku di bawah pohon besar.

Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang