it's yours?

365 57 4
                                    

bintangnya kakak silahkan dipencet heheheh ^^

happy reading ><

୧⊰⁠⊹ฺゞ๑ノ\◠

Suara rusuh barang beradu terdengar nyaring di seluruh penjuru rumah, pria berkulit tan itu berlari terburu menghampiri sang kakak di ruang kerja pria itu, memunculkan dirinya tanpa izin sang pemilik ruangan, mendudukkan bokongnya pada sofa disana.

"Kau kenapa?" tanya yang lebih tua dahulu.

Yang ditanya sedang mengatur napas memburunya, menelan ludah susah payah sebelum menjawab sembari tersenggal.

"Pria tadi... pacarmu kan?" pertanyaan itu terucap dari bibir sang pria.

Jaehyuk menatap sang adik dengan menaikkan sebelah alisnya, menyadari akan dibawa kemana percakapan yang tengah berlangsung kini.

"Menurutmu?" pertanyaan sarkas itu dilontarkan pada yang lebih muda, sedang yang lebih muda sudah memutar matanya malas.

"Dari caramu menjawab aku yakin kalian sedang bertengkar. Melihat bagaimana pacarmu tadi berlalu tanpa menerima penjelasanmu juga, menurutku kalian berselisih paham."

Gotcha! Hei adik, bagaimana tebakanmu bisa sebenar itu? Coba lihat wajah masam kakakmu yang sudah menatap tak minat pada lembar kerjanya. Pria itu memasang wajah jengah, menatap sang adik dengan sedikit kesal sebab pria itu seolah mengetahui segala hal di dunia tanpa diberitahukan lebih dulu.

"Apa aku benar?" pertanyaan penuh antusias dan binaran mata itu dapat Jaehyuk lihat dengan jelas.

"Jika sudah tahu, untuk apa bertanya, Jeongwoo? Hobi sekali membuang waktuku untuk hal tidak berguna."

"Hal tidak berguna?" pria yang diserukan Jeongwoo itu menatap tajam sang kakak, sangat tidak menyangka apa yang pria itu sebenarnya pikirkan.

"Kau bertengkar dengan pacarmu adalah hal tidak berguna? Coba katakan padaku sudah berapa lama kalian bertengkar?" Jeongwoo menekankan setiap kata yang ia ucapkan dengan tujuan memaksa pria itu untuk menjawab setiap pertanyaannya.

Jaehyuk tampak berpikir sebelum akhirnya menjawab ringan, "Satu minggu mungkin? Aku tak ingat."

Pernyataan yang pria itu lontarkan mendapat gebrakan pelan meja di depannya, Jeongwoo sudah berdiri di hadapan pria itu dengan muka jengkel akibat ulah sang kakak.

"Kau gila? Satu minggu kalian bertengkar dan kau belum mencoba menghubunginya?"

"Aku belum, tapi dia sudah."

"Lalu kau tidak menjawab telepon atau pun pesannya, kan?"

Pertanyaan terakhir yang Jeongwoo lontarkan tidak mendapatkan jawaban, pria itu pasti benar.

"Hyung?? Yang benar saja, dia pacarmu, tidak kah kau berpikir bahwa kau ingin mengabari nya juga?" raut wajah Jeongwoo sudah tak bisa ditebak, pria itu mengerutkan alisnya, namun matanya sedikit berkaca.

"Aku terlalu sibuk untuk mengabarinya, sebulan lalu pun ia bertahan tidak aku kabari. Jadi jika hanya untuk satu minggu mungkin ia bisa bertahan?" seruan tanpa beban itu terucap dari bibir Jaehyuk, sedang Jeongwoo sudah mengusap wajahnya kasar.

"Hyung.. ayolah, aku tau kau pintar dalam urusan pekerjaan, tapi kenapa kau terlalu bodoh dah tidak peka akan perasaan seseorang? Aku yakin pacarmu itu pasti sudah banyak menangis karenamu."

Jaehyuk sedikit tertohok akibat kata demi kata yang sang adik ucapkan. Ia juga menyadari bahwa sejak bersama Asahi, pria itu lebih banyak menangis karenanya, ia hapal betul bagaimana jarak mereka yang sedekat itu saja masih terasa sangat jauh untuk sekedar pertemuan lima menit. Jaehyuk terlalu fokus pada kelulusan dan menjadi pewaris sang ayah hingga acap kali melupakan sang kekasih.

"Aku... aku akan menemuinya besok." Ucapan mutlak pria itu keluar sendirinya, meski ia tak yakin akan benar-benar melakukannya atau tidak.

"Aku sebenarnya tidak ingin mengetahui lebih lanjut apa yang terjadi diantara kalian, tapi serius Hyung... aku penasaran! Jadi tolong katakan padaku apa yang terjadi pada kalian berdua?" mata serigala Jeongwoo memelas merayu sang kakak, nyaris saja pria itu terkena geplakan kertas tebal di tangan Jaehyuk, untungnya Jeongwoo dapat dengan segera memundurkan tubuhnya.

"Kenapa kau ini kepo sekali sih... Astaga..." Jaehyuk menggeleng pelan, menyenderkan dirinya sendiri pada kursi kerjanya, mengangkat kepalanya menatap langit-langit ruang kerja berdominasi coklat dan putih itu.

"Hanya perihal anak," baru saja ingin melanjutkan, ucapan pria itu telah terpotong oleh Jeongwoo yang tampak terkejut.

"Anak?! Kalian belum menikah bodoh! Untuk apa membicarakan hal seperti itu?!"

"Dengarkan dulu makanya!" gertak Jaehyuk gemas.

"Hah... aku dan dia terkadang melakukannya, ia terus membahas perihal apakah aku ingin mempunyai anak atau tidak setelah kami menikah nanti. Aku selalu menjawab bahwa aku sudah cukup hanya dengan memilikinya disampingku..."

"Kau..."

"Aku hanya takut," ucapan pria itu meluluhkan hati Jeongwoo, sang adik mendekatkan diri padanya, menepuk pundak sang kakak pelan sebelum berbicara lirih.

"Karenaku ya? Maaf..."

Jaehyuk menggeleng rusuh, "Bukan.. aku hanya takut aku tidak bisa menjaganya seperti waktu itu, aku hanya takut ia akan terluka."

Jeongwoo merasa bersalah lagi dan lagi, pria itu menatap Jaehyuk dengan sedu, sebab ia tau bahwa ia juga terlibat dalam masalah kala itu.

"Dia sudah tenang bersama Ibunya, apa yang perlu aku khawatirkan lagi kan, Jeongwoo?" pertanyaan Jaehyuk mendapatkan anggukan pelan dari pria di sebelahnya.

"Hyung aku minta maaf untuk itu, jika aku mengetahuinya aku akan menjaganya dengan baik waktu itu.."

"Bukan salahmu, semua bukan salahmu, semua itu salahku, Jeongwoo. Aku yang seharusnya disalahkan.."

Jeongwoo merasa kesal dan iba, Jaehyuk selalu menyalahkan segala hal atas dirinya sendiri meski itu di luar jangkauannya. Pria itu sedikit kasihan kepada sang kakak.

Hening untuk beberapa saat, sebelum akhirnya yang lebih muda lebih dulu memulai sebuah percakapan.

"Aku tiba-tiba teringat pacarmu kemarin.. ia.." Jeongwoo menatap dalam mata Jaehyuk sebelum melanjutkan lagi ucapannya.

"Membeli susu ibu hamil kan?" pertanyaan yang terlontar itu membuat Jaehyuk membeku sesaat.

"Tidak, itu milik temannya, bukan miliknya," ada keraguan dalam balasan pria itu.

"Kau yakin? Jika aku pikirkan ulang.. tidakkah Hyung ingin mengetahui nya lebih lanjut bahwa itu miliknya atau benar milik temannya? Aku merasa agak janggal dengan pernyataan ia sebelumnya."

Perkataan Jeongwoo lagi lagi membuat Jaehyuk bungkam. Ia menjadi kurang yakin atas apa yang Asahi ucapkan sebelumnya. Benarkah itu milik Junkyu? Tapi siapakah yang pria itu kencani? Pikirannya menjadi ruwet, Jaehyuk merasa berdebar atas perkataan yang Jeongwoo ucapkan sedari tadi.

Ahh, ia bingung sekali, sungguh!

to be continue

Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang