hesitate

413 62 5
                                    

Jangan lupa pencet bintang, terima kasihh <3

happy reading

Jaehyuk tengah bersiap, menyampirkan tas pada bahu kirinya sebelum beranjak memakai sepatu hitamnya. Kali ini ia sudah menetapkan diri akan pergi menemui Asahi setelah menyelesaikan urusannya yang lagi-lagi perihal skripsi memuakkan.

Jaehyuk berjalan pelan, mengambil sandwich yang disediakan sembari melewati meja makan lalu memakai sepatunya dengan segera. Hari sudah menunjukkan siang, ia harus bergegas. Jaehyuk memilih menggunakan sepeda motor besarnya, agar mudah menyalip jika kepadatan terjadi di jalan raya.

Pria itu memajukan kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata, hingga waktu yang dibutuhkan sampai ke bangunan tempat menimba ilmu itu kurang dari tiga puluh menit. Jaehyuk melepas helm full facenya, merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum berjalan menghampiri sang dosen pembimbing nya.

"Hey!" seruan dari arah belakang itu membuat Jaehyuk menoleh, Yoshi melambaikan tangan padanya.

Pria itu sedikit berlari menghampiri Jaehyuk, merangkul bahu kawannya sambil menampakkan cengiran pepsodent nya.

"Ini hari terakhirmu bimbingan?" pertanyaan dari Yoshi dibalas anggukin kecil.

"Aku hanya perlu meminta tanda tangan dan jadwal sidang," jawabnya yang membuat yoshi sedikit terkejut.

"Eoh? Kau benar-benar ingin lulus secepatnya ya rupanya, bagaimana kau bisa setega ini meninggalin aku yang masih sisa satu setengah tahun lagi disini," Yoshi berseru dengan sedu.

Jaehyuk hanya terkekeh kecil, "Lalu aku harus bagimana? Ayah menginginkan agar aku lulus secepatnya."

"Jadi dirimu itu enak seklai ya, setelah lulus langsung dipercayakan memegang perusahaan, hahhhh, jika aku jadi dirimu aku akan menyalah gunakan privilege papa dan memilih menghamburkannya."

Jaehyuk tergelak, mendorong Yoshi agar menjauh darinya sebab pria itu sangat beromong kosong. Jika kau ingin tahu, Ayahnya pria itu bukanlah orang sembarang, tittle pejabat yang melekat pada keluarganya itu bukanlah ecek-ecek, di Jepang keluarganya lebih berkuasa.

"Papa Mama mu itu pejabat, apa sulitnya jika kau menyalah gunakan saja jabatannya." Kali ini Jaehyuk yang terdorong oleh Yoshi, bisa-bisanya pria itu malah berucap hal yang lebih omong kosong.

Tak terasa dengan macam-macam obrolan tidak jelas mereka akhirnya keduanya tiba di depan ruangan sang dosen, Yoshi memilih berlalu lebih dulu, dan Jaehyuk sedang merasakan degupan jantungnya yang semakin menjadi. Padahal ia hanya akan meminta tanda tangan, namun bagaimana bisa jantungnya berdebar hebat seperti ini? Ahh.. astaga..

Tidak berselang lama pria itu sudah keluar dari ruangan mencekam disana, tak ada sesuatu yang serius terjadi, dosen pembimbingnya akan melaksakan sidang bulan depan, Jaehyuk hanya diperintahkan untuk bersiap untuk sidang yang akan datang.

Jaehyuk memilih berlalu dengan cepat, tak sabar ingin menghampiri Asahi dan membicarakan banyak hal tentang yang terjadi beberapa hari ini. Pria itu melajukan motornya lagi sampai apartemen Asahi, menggerakan kakinya untuk memasuki lift lalu memencet angka delapan yang dimana ialah lantai apartemen sang kekasih.

Ting

Pintu lift terbuka, dari jarak yang cukup jauh Jaehyuk sudah melihat sebuah kejanggalan dalam ratusan meter di depan. Asahi tengah berbicara dengan seorang pria yang lebih tinggi darinya di depan pintu apartemen Asahi. Senyum keduanya merekah melahirkan kepulan asap dari hati Jaehyuk, keduanya tampak mesra entah sebab apa.

Jaehyuk mempercepat langkahnya, ketika sampai di hadapan kedua pria yang kini menampakkan wajah keterkejutan, Jaehyuk membubuhkan satu hantaman keras pada bibir pria itu, Asahi yang tengah dilanda bingung segera menarik Jaehyuk yang tengah beramarah. Netra yang bertubrukan dengan pria yang dia ajak bicara tadi mengisyaratkan untuk menjauh dan pergi secepatnya.

"Apayang kau lakukan?" seruan Asahi terlontar dengan nada tinggi yang membuat Jaehyuk tersenyum remeh.

Melihat pria yang diajak bicara oleh sang kekasih telah pergi, Jaehyuk menarik Asahi ke dalam apartemen dan membantingnya pelan ke belakang pintu, menatap tajam Asahi dengan tangan kanan yang mengunci pergerakan Asahi.

"Kau sudah berani berselingkuh di belakangku yah? Nakal sekali," tuduhan yang terlempar ringan dari bibir pria itu membuat Asahi ingin membantahnya dengan keras.

"Kau bisu ya tidak menjawabku? Bibirmu itu mau kau bungkam hingga kapan, Asahi?!" gertakan Jaehyuk diiringi pukulan pada pintu membuat Asahi semakin tidak kuat menatap sang terkasih.

Asahi ingin muntah! Jaehyuk membuatnya ingin muntah! Dengan refleknya Asahi mendorong Jaehyuk menjauh dan berlari dengan segera ke arah kamar mandi. Pria itu berulang kali memuntahkan cairan bening, Jaehyuk memperhatikannya dari pintu kamar mandi yang terbuka, sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Hamil dengan selingkuhanmu, huh?" lagi, pria itu memancing emosi Asahi untuk yang kesekian kali.

"Pergi ganti bajumu.. kumohon, Jaehyuk.." namun demi apapun, seingin apapun Asahi menepis tuduhan yang Jaehyuk ucapkan, ia lebih menginginkan prianya itu mengganti bajunya. Asahi sangat mual mencium parfum dari pria itu.

Jaehyuk tersenyum menyepelekan lagi, "Jika aku tidak mau?" serunya jail.

Asahi menunduk lemas, "Kumohon.. untuk kali ini saja turuti ucapanku, kumohon.."

Jaehyuk tak mengerti mengapa Asahi begitu menginginkannya mengganti baju, pria itu sampai memohon sebegininya. Jaehyuk menghela napasnya kesal, pria itu memilih memasuki kamar Asahi dan mengganti bajunya dengan kaos hitam miliknya dan menghampiri Asahi yang kini terduduk di sofa dengan pandangan kosong.

Jaehyuk ikut mendudukkan dirinya di samping Asahi, dirinya benar-benar ingin menyelesaikan kekacauan diantara mereka, namun melihat bagaimana Asahi seolah mengemban beban yang begitu berat membuatnya sedikit teriris.

"Bicaralah, apa yang terjadi padamu?" Jaehyuk membuka suara lebih dulu.

Asahi menatap Jaehyuk ragu, menyelami netra kesukaannya itu dengan penuh rasa sesal, Jaehyuk dapat melihat ketakutan yang begitu besar dalam tatapan kekasihnya.

"Aku hamil."

Jantung Jaehyuk berdebar kencang, tak kalah hebat dengan degupan yang Asahi rasakan saat ini, hening menyapa keduanya sebelum Jaehyuk yang berucap tanpa aba-aba membuat Asahi lemas setengah mati.

"ia.. Bukan anakku kan?"


to be continue

Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang