TRAUMA| 15

133 23 0
                                    


Hai:)

Happy membaca.

Kita rasakan terlalu jauh, terlalu jauh untuk kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kita rasakan terlalu jauh,
terlalu jauh untuk kembali.

-noheaayaaa

*****

31 Desember 2021 [23.45]

Sekitar 15 menit lagi tahun akan berganti. Riuh nya malam ini tidak seperti malam biasa nya. Banyak manusia berlalu lalang dijalan, merayakan malam pergantian tahun yang sebentar lagi. Jalan raya Jakarta dipenuhi pengendara, jalanan terlihat sedikit macet. Mungkin mereka akan merayakan dengan ke sebuah tempat, atau makan-makan kumpul keluarga sampai menyalakan kembang api.

"Kenapa kita disini?" Bagas menautkan alisnya bingung mendengar pertanyaan cowok yang sekarang duduk di sofa single.

"Emangnya harus kemana?"

"Kemana gitu, ngerayain tahun baru." Raffa mendengus

"Kayak yang iya aja." Raffa melotot, maksudnya apa Bagas mengatakan itu. "Lo kan jomblo."

Buk

Sebuah bantal melayang tepat ke wajah Bagas, membuat cowok itu mengaduh. Bagas menatap tajam kearah sang pelaku.

"Mau gue lempar balik?" Cowok itu bersiap mengangkat bantal ditangannya, sebelum

"E-eh enggak." Raffa bangkit segera mengibrit kearah dapur berlari secepat mungkin, jangan sampai wajahnya menjadi korban lemparan bantal lagi.


Gadis itu menatap jam yang berada didinding kamarnya. Sejak 10 menit yang lalu, hanya itu yang di lakukan nya. Tanpa mengalihkan pandangannya, Aqilla menghitung setiap jarum detikan yang bergerak memutar.

Sebentar lagi

Aqilla bukan sengaja tidak tidur hanya untuk menunggu pergantian tahun ini. Tapi gadis itu sudah tidur lebih dulu, kemudian memasang alarm tepat 20 menit yang lalu menyala. Gadis itu menatap sekilas pintu kamarnya, ruang kamar yang gelap dengan remang-remang lampu tidur di nakas nya.

Agatha pasti sudah tidur, pikir gadis itu. Sejak tadi Aqilla hanya duduk di tepi ranjang sama sekali belum bergerak.

Gadis itu bangkit, melangkah ke arah meja belajar nya. Mendudukkan diri di kursi, kemudian tangannya meraih buku berwarna coklat muda yang selalu setia berada di rak nya.

Membuka buku catatan nya, bukan buku catatan tapi orang-orang biasa menyebutnya 'buku diary' mungkin terdengar alay untuk sebagian orang. Karena menurut mereka, untuk apa mempunyai buku itu hanya untuk diisi coretan-coretan keluh kesah curhatan kan. Tapi tidak bagi Aqilla, karena menurutnya 'sebuah luka yang tidak terucap, akan tergores dilembaran itu.' tidak peduli anggapan mereka diluar sana. Biar Tuhan dan dirinya yang tau setiap kata yang ia tuliskan, kecuali orang yang nanti akan menemukan buku ini.

TRAUMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang