18. Let It Flow

627 74 5
                                    

Maaf ya klo banyak typo

"Lepasin tangan aku kak!" Aya mencoba melepas pegangan tangan Dikta di pergelangan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepasin tangan aku kak!" Aya mencoba melepas pegangan tangan Dikta di pergelangan tangannya. Dikta membawa Aya ke sebuah hotel dan meminta Aya untuk kembali dengannya. Aya tidak mau, dan tidak akan pernah mau kembali pada Dikta.

"Kenapa kamu nggak mau balikan sama aku, Aya?" tanya Dikta dengan mata penuh amarah.

"Udah telat kak Diktaaa! Udah telat!" teriak Aya.

"Kamu masih ada perasaan kan sama aku?" tanya Dikta.

Aya membuang muka dan menahan air matanya agar tidak jatuh. Kali ini ia tidak mau menangis di hadapan Dikta.

"Aku mau pulang kak," minta Aya.

"Dulu kamu pernah bilang kalau aku tempat kamu buat pulang juga. Kamu lupa?" pertanyaan Dikta mendapat tawaan dari Aya.

"Iya aku inget. Aku nggak lupa tentang hal itu. Tapi semua udah beda! Tolong jangan paksa aku!" Aya benar-benar sudah kesal dan rasanya ingin menendang wajah Dikta dengan kakinya. Tidak suami tidak istri, sama-sama menyebalkan. Aya tidak menyangka hidupnya dikelilingi oleh orang-orang bajingan seperti mereka.

"Gimana aku bisa hidup kalau aku lihat kamu nikah sama adik aku sendiri?" Dikta memegang kedua bahu Aya.

"Itu yang aku rasain kak. Waktu kak Dikta terima perjodohan sama kak Sonia. Aku lebih ngerasain itu semua! Jadi kak Dikta nggak perlu merasa paling tersakiti. Harusnya aku yang merasakan hal itu." Aya menekan setiap perkataannya dengan air mata yang memupuk di pelupuk matanya. Saat satu butir air mata menetes ia segera menghapusnya.

"Butuh banyak waktu buat aku bisa bangkit dan lanjutin hidup setelah aku lihat kak Dikta bahagia sama kak Sonia."

"Aku nggak bahagia sama Sonia. Kita cuma sandiwara."

"Dulu sebelum tau kalau kak Dikta sama kak Sonia sandiwara. Rasa sakitnya bukan main-main."

"Maka dari itu, ayo kita balikan Aya. Kita buat lembaran baru lagi. Kita bisa hidup jauh lebih bahagia sesuai dengan apa yang kita mau." Dikta tetap meyakinkan Aya. Aya menggeleng dan tertawa, "Mau sebanyak apapun kak Dikta paksa, aku nggak akan pernah mau. Tolong buka pintu kamarnya. Aku mau pulang!"

Dikta mengangguk dan membukakan pintu untuk Aya keluar.

"Aya! Jangan pernah lupa, apapun bisa aku lakuin, supaya kamu bisa kembali ke aku. Kalaupun itu harus melukai seseorang. Kamu, orang-orang terdekat kamu? Atau-hmmm Dipta? Tunggu nanti kalau waktunya udah tiba," ucap Dikta.

Aya menutup telinganya dan segera keluar dari hotel itu. Ia berjalan keluar hotel dan bingung harus pergi ke mana. Ia tidak membawa ponsel dan uang. Hal itu membuatnya duduk di kursi kayu warung kosong yang ada di sebelah hotel.

Tangannya bergetar.

Mendengar ucapan Dikta. Ia sedikit takut. Ia takut jika Dikta melakukan hal gila. Apalagi jika Dikta sampai melukai suaminya. Jika hal itu terjadi Aya tidak akan pernah memaafkan Dikta. Walau Aya belum mencintai Dipta, tapi Aya tidak akan membiarkan Dikta melukai suaminya.

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang