3 - Cafe

2.2K 205 10
                                    

"Mampir cafe di perempatan depan, bentar ye." Pinta Mouren pada Dimas yang ada di balik kemudi.

"Ngapain?"

"Ngumpul kerkom bentar, setor muka doang gua."

"Bantuin, tolol. Numpang nama doang bakal apaan lu kuliah coba?"

"Idih, ngaca noh. Lu kuliah juga ogah-ogahan begitu."

"Setidaknya otak gue gak kopong kek lu."

"Halah, IQ jongkok aja sok ngomongin otak gua kopong."

"Berak lu noh, jongkok."

"Lah, dimana-mana berak emang jongkok, bego. Lu pikir berak begimane gayanya, kayang?"

"Gue biasanya berak sambil ciuman sih."

"Bajingan, bool lu noh ciuman sama closet."

"Ya emang, masa ciuman sama bool lu."

"Gua tendang pala lu ye, setan. Dah ah, jorok banget lu."

Gelak tawa Dimas menggema di dalam mobil sportnya itu. Ia puas melihat ekspresi sepupunya itu yang terlihat dongkol dengan percakapan mereka sebelumnya.

Dan tanpa terasa, kini mereka telah tiba di sebuah cafe yang jaraknya tak terlalu jauh dari universitas mereka.

Dimas dan Mouren berpisah saat masuk ke dalam, karena Dimas enggan mengekori Mouren yang akan bertemu dengan kelompok kerjanya itu. Jadi ia memutuskan untuk mencari tempat duduk di pojokan cafe.

Saat netranya menelisik meja manakah yang tak diisi oleh pengunjung lain, tak sengaja ia melihat satu sosok yang tempo hari ia temui.

Si pemuda dengan pemilik senyuman manis itu, lagi-lagi Dimas temui secara tak sengaja. Tangan-tangan mungilnya itu bergerak mengambil beberapa gelas kotor bekas pengunjung, membersihkan noda-noda yang terkena meja.

Senyum simpul terpatri diwajah tampan Dimas, manik matanya tak lepas memperhatikan gerakan demi gerakan yang Azzura lakukan.

Senyum simpul terpatri diwajah tampan Dimas, manik matanya tak lepas memperhatikan gerakan demi gerakan yang Azzura lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat setelah menunggu, kini Azzura sudah datang menghampiri Dimas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa saat setelah menunggu, kini Azzura sudah datang menghampiri Dimas.

"Pulang sekolah lu langsung ke sini, Cil?" Tanya Dimas saat ia melihat kini tubuh Azzura yang kembali terbalut oleh baju seragam sekolahnya.

"Iya, Om. Kalo pulang dulu mah abis di jalan waktunya."

"Eh, Om belum pesen apapun?" Lanjut Azzura yang sadar bahwa meja yang ditempati Dimas ini kosong.

"Nggak, gue ke sini cuma nganterin si Mou setor muka."

Azzura hanya menganggukkan kepalanya kecil.

"Lu ngomong emang suka pake 'saya' gitu ya?" Tanya Dimas mencoba untuk berbasa-basi, karena dilihatnya si kecil yang berisik ini tengah banyak diam.

"Ah, nggak juga sih. Saya cuma menyesuaikan aja. Gak mungkin kan saya ngobrol sama yang lebih tua pake 'gue-lo' apalagi sama orang baru."

"Lu keren dah." Pujian Dimas itu justru malah membuat Azzura kebingungan.

"Keren? Kenapa bisa saya keren? Hahaha, Om ini suka ngaco juga ternyata."

"Karena jarang anak seumuran lu di zaman sekarang masih punya attitude yang bagus."

"Om, cukup ekonomi saya aja yang miskin, akhlak saya jangan sampe ikutan miskin juga. Nanti saya punya apa?" Balas Azzura dengan santai. Tak sedikitpun ia merasa malu atau sakit hati saat mengucapkan kalimat itu.

Selanjutnya, mereka berdua saling bertukar cerita mengenai keseharian masing-masing. Dan Azzura sedikit banyaknya bertanya mengenai dunia perkuliahan pada Dimas. Berharap kelak ia bisa mendapatkan kesempatan untuk merasakan menjadi salah satu mahasiswa.

"Ra." Panggilan itu secara otomatis membuat Azzura yang tengah asyik berbincang dengan Dimas langsung menoleh.

"Eh, Rel. Richard mana?" Tanyanya pada Harrel, sahabatnya yang baru saja tiba.

"Ada, ayo berangkat."

"Lo duluan, gue nyusul bentar."

Tak banyak berkata lagi, Harrel melangkah pergi meninggalkan Azzura.

"Om, saya pamit duluan ya. Buat risolnya besok saya hubungi lagi."

"Ok, santai aja, Cil."

"Mari, Om."

Setelahnya Azzura melangkah pergi menjauh dari Dimas yang ternyata sedari tadi gerak-geriknya diperhatikan oleh Mouren.

"Sape tuh? Tumbenan amat lu bisa ngobrol santai begitu sama stranger, kagak ada kaku-kakunya." Tanya Mouren sembari menghampiri Dimas.

"Itu bocah yang manggil gue 'om' waktu itu."

"Berarti pelet itu bocah bagus juga ye, lu bisa santai begitu kalo berhadapan sama dia."

"Bacot dah lu. Udahan belom? Gue pengen balik." Sewot Dimas.

"Udah, ayok dah pulang."

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
To Be Continued

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

New Characters Unlocked

New Characters Unlocked

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung,9 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung,
9 Januari 2023

Only You - Nomin AU (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang