16 - Us against the world

1.1K 68 14
                                    

Jam berganti hari.

Hari berganti minggu.

Minggu berganti bulan.

Dan, kini. Empat bulan sudah dua insan yang dimabuk asmara ini menjalin kasih.

Semuanya berjalan baik, bahkan teramat baik. Seakan semesta berikan keduanya izin untuk saling berbagi kasih tanpa perlu merasa takut akan dihakimi. Meski secara diam-diam, tapi keduanya tetap merasa senang dan tenang. Karena bagi mereka saat ini, yang terpenting adalah bahagia yang mereka ciptakan berdua, cukup untuk dirasakan bersama saja. Tak perlu ada orang lain sebagai saksi, cukup berdua saja, semua sudah terasa indah.

"Ishh~ Sini ah, sama aku aja. Kamu mah malah bikin kacau!" Azzura berusaha menyingkirkan tangan Dimas yang tengah memotong wortel dengan potongan yang benar-benar kacau.

"Kacau apanya? Liat bagus gini potongannya." Dimas mengambil satu potongan wortel yang tebal.

"Bagus bagus, biji matamu. Ini mah bisa dipake buat nimpukin kepala kamu. Udah ah, kamu duduk aja sana. Nanti masakanku buat mami malah jadi aneh bentuknya."

"Kok buat mami doang? Buat aku jugalah, jadi gapapa kali. Aku mau menunjukkan kalo aku juga punya skill masak kayak chef Juna."

"Nyenyenye~ Yang ada kamu di maki abis sama chef Juna."

"Yeee, malah begitu ya kamu." Tangan Dimas langsung bergerak untuk menggelitiki si kecil.

"AHAHAHAHA~ Ampun, jangan gelitikin gitu ah."

"Ampun? Bilang dulu dong, 'Abang sayangku yang ganteng, tolong berhenti'."

"Dih, ogah- AHK! GELI~"

"Cepet, bilang dulu abang sayang-"

"Siapa sayang-sayang?" Kedua anak muda itu lantas menoleh ke arah belakang, kala suara seorang pria menggema di dalam sana.

Azzura langsung menghempaskan tangan Dimas yang masih bertengger di pinggangnya.

"Maksudnya apa ini? Kamu siapa? Kenapa berani sekali masuk ke sini?" Pria yang nampaknya sudah memasuki usia lebih dari 40 tahun itu menatap Azzura dengan tak suka.

"Jangan tunjuk dia kayak gitu." Dimas menurunkan tangan pria tersebut yang tengah menunjuk ke arah si kecil.

"Kamu makin ke sini makin kurang ajar, Dimas. Ini sebabnya saya tidak suka kamu di didik oleh perempuan itu." Nada bicara pria itu semakin meninggi, kala Dimas lakukan hal sebelumnya.

"Dimas kurang ajar? Apa bedanya sama Papi yang sembarangan tunjuk-tunjuk muka orang kayak gitu? Papi pikir yang Papi lakuin itu hal yang baik?" Dimas membalas ucapan pria yang ia sebut sebagai papi itu dengan nada yang tak kalah tinggi.

"Gak ada sopan santun ya kamu sama orang tua!"

"Papi juga gak ada sopan-sopannya nunjuk muka orang yang baru diliat kayak gitu!"

"Kurang ajar-"

"STOP! Jangan berani-berani kamu sakiti anak saya!" Mami Dimas langsung menahan gerak tangan dari lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu, ketika tangan yang jauh lebih besar darinya itu akan menampar sang buah hati.

"Anak gak tahu diri kayak dia harus dapat pelajaran supaya bisa lebih punya adab saat berhadapan dengan orang tua!"

"Kamu yang gak tahu diri!"

"Kan? Sudah saya bilang, sikap kurang ajar dia itu menurun dari kamu. Kamu yang ajarkan dia jadi anak yang gak pantas untuk dibanggakan! Mau jadi apa dia? Hidupnya saja sudah berantakan karena gak bisa hargai saya sebagai orang tua."

Only You - Nomin AU (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang