Di hari sabtu yang cukup terik pada siang hari ini. Azzura kembali habiskan waktunya bersama dengan Dimas. Sebab, secara tiba-tiba Dimas menghampirinya di cafe, dengan raut wajah yang sulit untuk ia gambarkan. Tapi satu yang dapat ia simpulkan, Dimas tidak baik-baik saja.
Entah akan di bawa kemana dirinya ini, setelah Dimas meminta izin pada owner cafe agar si kecil ini tak bekerja untuk hari ini. Ia hanya bisa pasrah dan berakhir mengikuti kemana ia akan di bawa.
Selama di perjalanan, si kecil tak berani bersuara. Serta ia hanya merasa takut suaranya tak terdengar, akibat motor yang dikendarai Dimas begitu melaju dengan kencang. Dengan perasaan yang cukup was-was, Azzura rapalkan doa agar Tuhan masih melindungi keduanya.
Hingga tanpa sadar, kini motor itu sudah berhenti pada sebuah tempat yang asing bagi siswa SMA itu.
“Ini tempat apa, Om?” Tak peduli dengan keadaan, Azzura tanyakan rasa keingintahuannya.
“Rumah peninggalan kakek dari nyokap.”
Secara otomatis bibir si kecil membentuk huruf O.
“Masih ada yang huni?” Tanyanya dengan berani.
“Enggak, mami anak tunggal kayak gue. Jadi gak ada yang ngurus rumah ini selain mami. Tapi karena mami sibuk jadinya rumah ini cuma bisa dibersihin sebulan sekali paling cepet.”
Anggukan kecil Azzura beri sebagai tanda ia mengerti.
“Gue ke sini mau bersihin rumah ini, tapi pengen sekalian ngajak lu buat rasain suasana di sini. Jadi selama gue beres-beres, lu keliling aja.” Ucap Dimas begitu ia membuka kunci pintu rumah tua namun tetap terlihat cukup sehat, meskipun jarang dibersihkan.
“Saya bantu aja, Om.” Seru si kecil yang langsung bergerak mencari apa saja yang bisa ia kerjakan lebih dulu.
Dimas ingin melarang, tapi ia teringat bahwa anak remaja yang ia kenal ini cukup keras kepala. Maka, ia biarkan saja apa yang ingin dilakukan manusia yang satu ini.
Hingga satu jam berlalu, keduanya baru selesai membersihkan debu-debu yang menempel pada barang-barang yang masih tersimpan apik di tempatnya.
“Minum dulu, abis ini kita keliling sebentar ke belakang. Ada ladang ilalang, kayaknya lu bakal suka.”
Tak banyak berbicara, Azzura ambil gelas yang disodorkan Dimas padanya. Meneguk habis minumannya karena memang ia sudah mulai merasakan dahaga, setelah melakulan kegiatan sebelumnya.
“Itu balkon ya?” Tunjuk Azzura pada sisi kanan yang memiliki pintu akses menuju balkon kecil.
“He'em, ke sana aja coba kalo mau liat.”
“Boleh?”
“Kenapa enggak?”
Selanjutnya si kecil langsung berjalan menuju balkon yang ia tunjuk sebelumnya.
“Wah... Ternyata di pinggir tuh ada sungai ya? Tapi ketutupan pohon-pohon gede, jadi kurang keliatan.” Ucap si kecil yang entah berbicara pada Dimas atau hanya bermonolog saja.
Dan dari kejauhan, Dimas perhatikan tiap gerakan kecil yang dibuat si anak remaja itu, hingga membuatnya gemas ketika melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You - Nomin AU (DISCONTINUED)
Fanfiction"Om-" "Stop panggil gua om." "Bodo amat, wle!" Nomin BxB Age gap