Kaka Rayn (2)

11 0 0
                                    

"Ze, ini kak Leo. Boleh masuk?"

"Kaka gak makan?" Jawab Zea dari dalam kamar dengan sedikit berteriak.

"Udah. Ayo kamu makan juga, ini makanannya ada di sini."

"Iya, ntar Zea ambil."

"Ze, are you okay?"

Tidak ada jawaban untuk pertanyaan kali ini. 

"Ze? Mau cerita?"

Ceklek

Suara kunci yang terbuka.

"Kak Leo masuk ya.." Pamitnya.

Leo kemudian masuk dengan membawa nampan berisi makan malam milik Zea dan meletakkan pada meja yang berada disebelah jendela besar.

Ketika ia masuk, yang ia lihat adalah Zea yang sedang tidur di kasur berukuran king size miliknya dengan posisi menghadap ke arah jendela yang saat ini telah tertutupi oleh gorden berwarna abu-abu. Di tangannya ia menggenggam sebuah gulungan kertas.

"Ze..."

"Hm?"

"Mau cerita? Atau mau peluk aja?" Ujarnya memahami perasaan Zea, namun tidak ada jawaban darinya. 

"Ze..."

Perlahan Zea mulai bangun dari tidur nya dan menegakkan tubuhnya. Walaupun masih belum menoleh pada Leo. 

"Mau nangis, nangis aja gapapa. Gausa ngerasa gaenak sama Kak Leo."

Bukannya suara tangisan, malah buangan napas besar yang terdengar. 

"Okay Ze, take your time. Kak Leo cuman pengen liat keadaan kamu gimana, soalnya tadi kamu gak ikut makan malem. Itu makan malemnya Kak Leo taruh di meja ya.. Harus makan."

"Kaka keluar dulu ya.." Lanjutnya dengan bangkit dari kasur milik Zea. 

"Kak." Ucap Zea menghentikan langkah Leo.

"Mau ke kamar Kaka Rayn?"

"Kalo kamu ngijinin." Jawabnya.

"Oke ayo." 

Zea mengikat rambutnya dengan model kuncir kuda lalu mengambil kunci dari dalam kotak yang ia letakkan di atas meja rias miliknya. 

Zea berjalan menuju kamar yang berada di sebrang kamar miliknya, yaitu pintu berwarna abu-abu dengan huruf R yang di cat menempel pada pintu. 

Ceklek

"Ze, are you serious?" Tanya Leo.

"Yes I am." Jawabnya lalu membuka gagang pintu kamar tersebut. 

"Baunya masih sama, khas punya Kaka Rayn." Ujarnya yang langsung duduk pada kasur kingsize milik Rayn.

"Tenang aja, kamar ini selalu dibersihin kok. Cuman setiap selesai bersihin, Lala selalu kasih kunci nya di aku. Karena aku pingin kunci kamar Kaka aku yang pegang."

"Iya ze.."

Leo mulai mengelilingi kamar luas tersebut selangkah demi selangkah. 

"Gak berubah dari terakhir aku main ke sini, nginep disini. Bedanya sekarang, gaada yang ngerusuhin aja pas lagi buka-bukain lemari." Batin Leo yang membuatnya tersenyum singkat.

Leo lalu duduk di kursi kerja milik Rayn dan membuka laci yang ada di sana. Hingga di salah satu laci ia melihat sebuah amplop.

Sebelum mengambil amplop tersebut, Leo sempat melirik Zea yang sedang memandangi hujan dari jendela besar di kamar tersebut. 

That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang