Diary Book

10 0 1
                                    


Leo berjalan mendekati buku dengan cover berwarna ungu. Ukuran buku yang terlihat menebal karena sudah banyak tulisan di dalamnya. 

Leo mengambil buku itu dan sesaat menoleh kepada Alya yang masih tertidur. 

Leo kemudian duduk di kursi tempat Zea biasa merias dirinya di depan kaca dan mulai membaca satu per satu halaman dari buku tersebut. 

Memang terkesan lancang karena membaca buku diary seseorang tanpa ijin, namun Leo merasa boleh membaca karena terdapat satu kalimat yang Alya tulis di awal buku tersebut dibuka. 

"Dulu Kaka Rayn, sekarang aku cuman bisa jujur ke Rey, Lala, dan Kak Leo."

Setiap halaman yang ia baca semua mengarah kepada cerita antara Zea dan Rayn yang sedang melakukan suatu kegiatan bersama. Kedekatan antara kedua kaka beradik itu sangat hangat dirasakan dan akhirnya Leo tahu alasan mengapa Zea menarik diri dari lingkungan selama 2 tahun lamanya. 

Cerita ini bermula dengan Zea yang baru saja bangun dari tidur lelapnya di malam hari. Matanya terasa berat namun seseorang telah membuka gorden berukuran besar nan tinggi yang membuat cahaya matahari secara lancang memasuki kamar Zea. 

"Kaka Rayn! Kapan dateng?" Ucapnya ketika berhasil membuka mata secara sempurna dan melihat seorang laki-laki bertubuh tegap seperti ayahnya dengan mata dan hidung mancung seperti ibu nya. 

"Hai Ze.. Subuh pagi tadi.." jawabnya seraya mendekat ke arah Zea yang duduk di tempat tidurnya. 

"Makan yuk, laper kaka tungguin kamu bangun. Lama." Ujarnya menjahili adiknya. 

"Ish, kaka nih. Peluk dulu kangen." Minta nya dengan manja.

Rayn memeluk Zea kemudian menarik adiknya untuk lepas dari tempat tidurnya. 

Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang makan yang di mana telah ada ayah dan ibu mereka. 

"Cie yang ketemu kakanya, seneng banget kayanya." Ucap sang raja. 

"Ayah ni, udah ah ayo makan."

Mereka berempat pun makan diiringi dengan canda tawa dan kehangatan. 

"Istirahatlah Rayn, peperangan mu telah usai. Ayah dan ibu bangga kepadamu." Ucap sang raja sebelum meninggalkan kedua anak mereka diikuti oleh sang ratu yang telah mengecup putra pertamanya. 

"Kak, tidur gih. Ntar sore jalan-jalan berdua." Ajak Zea.

"Oke. Dah sana. Bye dek."

"Bye kak." Ujarnya sebelum masuk ke dalam kamar masing-masing. 

****

"Dek, selama kaka pergi ada cerita apa aja?" Tanya Rayn yang berjalan di sebelah Zea. 

"Cerita? Apa ya gaada si. Paling kak Leo aja dateng ke sini. Bikin rusuh."

Rayn hanya tertawa kecil. 

"Kamu jangan jahat-jahat ama Leo. Dia juga kaka kamu."

"Tau, tapi kaka nomer 1 kan tetep Kaka Rayn."

"Iya iya." Balasnya sambil mengelus lembut rambut adiknya. 

"Duduk sini kak." Ajak Zea. 

Sampailah mereka di satu bukit kesukaan mereka, sebab dari sana lah semua wilayah kerajaan dapat terlihat dengan jelas. Hembusan angin sore yang bertiup lembut membuat Zea menjatuhkan kepala di lengan sang kaka. 

That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang