Hari Lahir

9 0 0
                                    

"SURPISE!!!" Ucap Leo mengagetkan Zea yang sudah akan meninggalkan ruang makan. 

"Ihh Kak Leo!!!! Resek banget." Ujarnya kesal. 

Zea membalikkan badan dengan niat ingin menyerang Leo. Namun langkah nya terhenti ketika melihat kue tart di tangan Leo. 

Kue tart dengan paduan warna hitam dan emas, disertai tulisan Zea di bagian tengah dan hiasan lain nya membuat kue tersebut tampak menarik dan elegan. 

"Siapa yang buat?" Tanya Zea masih menampakkan wajah kesal. 

"Kak Leo lah. Gak liat apa muka cemong begini."

"Ih sumpah? Sini Zea cobain, kali rasanya aneh."

Leo mencibir pelan sambil mendekatkan kue ke arah Zea. 

"Hmmm enak. Pinter juga kalo buat kue. Belajar dari siapa?"

"Kepo! Dah sana potong kuenya."

Leo meletakkan kue tersebut di meja makan kemudian duduk di kursi yang biasa di tempat Rayn, yaitu di sebelah Zea sembari membersihkan wajahnya yang kotor. 

"Nih, lilin nya." Ujar Lea menambahkan. 

"Make a wish." Lanjut sang Ratu. 

Zea memejamkan mata kemudian membuka nya lalu meniupkan api di lilin tersebut.

"Ayo potong kue potong kue." Jawab Zea bersemangat setelah terdiam sesaat. 

Setelah kue terpotong semua. 

"Ini untuk Ayah, Ibu, dan Kak Leo."

"Panggilkan Rey dan Galen." Minta Zea pada Lala. 

Tak lama setelah itu kedua orang yang dipanggil pun segera datang menghadap.

"Ada keperluan apa tuan putri?" Ujar Rey mewakili mereka berdua. 

"Terima kasih ya Rey, kau selalu membantuku." Ujarnya sembari memberikan piring kertas berisi kue pada Rey.

"Sudah menjadi kewajibanku tuan putri. Terima kasih."

"Ini La, untuk mu. Jangan bosan  mengirimiku makanan di kamar ya.." 

"Tidak akan pernah terjadi tuan putri." Jawabnya sambil tersenyum.

"Gaalen, tolong jaga kakakku selalu ya. Sekarang hanya dia kakak yang aku punya."

"Baik tuan putri."

Setelah itu ketiganya kembali ke tempat masing - masing. 

"Selamat ya sayang, semoga kamu bisa kembali bahagia. Ayah rindu melihat tawa dan senyum mu." 

Zea berusaha tersenyum mendengar ucapan ayahnya yang disertai anggukan sang ibu. 

"Ayah pergi dulu ya, ada yang harus ayah dan ibu kerjakan."

Tinggallah Leo dan Zea di ruang makan. 

"Tolong ambilkan barangku." Minta Leo kepada salah satu pengawalnya. 

"Happy birthday adek sayang.... Mau buka kado yang mana dulu?" Ujar Leo dengan membawa dua kado di tangan kanan maupun kirinya. 

Kado di tangan kanan jauh lebih besar wujudnya ketimbang kado di tangan kiri."

"Yang besar dulu."

"Nih buka."

Zea mulai membuka kotak yang besar itu. 

"Bunnyyyy!!!!!!" Teriaknya melihat boneka kelinci favoritnya yang sudah lama ia dambakan.

"Thank you kakak sayanggggg." Ucapnya berdiri dari kursi lalu memeluk Leo.

That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang