Diskusi

8 0 0
                                    

"Ze.. Mau pergi kemana?" tanya sang raja ketika melihat putrinya berjalan melewati ruang kerjanya.

"Mau ketemu sama Kak Leo, yah."

Sang raja mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan pulang terlalu larut. Ingat, nanti kita harus menghadiri pertemuan kerajaan."

"Iya ayah. Zea pamit ya.."

"Jangan lupa ajak sa-"

"Zea ajak Rey, yah..."

Begitulah, tidak ada yang berani memotong ucapan raja kecuali putri nya sendiri. Itu pun tidak akan ia lakukan, jika tidak terburu-buru. 

"La, tolong bilang ke Rey. Aku tunggu dia di bawah. Aku akan mengambil kuda ku terlebih dahulu," ujar Zea pada Lala.

"Baik, putri."

Zea pun segera bergegas turun, tak lupa ia membawa robekan halaman yang ia ambil dari buku semalam. Zea meletakkan robekan tersebut di dalam saku gaunnya.

Setelah menemukan kudanya, ia mengambil pelana miliknya di sebelah tempatnya berdiri. Namun ketika akan memasangnya, ternyata Rey telah berada tepat dibelakangnya. 

"Kenapa tidak menyuruhku saja, putri?" ujarnya sembari mengambil alih apa yang tadi dilakukan Zea. 

"Tidak mengapa, hanya terkadang ingin melakukannya sendiri." Jawabnya tanpa peduli reaksi Rey yang hanya memutar matanya malas karena sudah hafal dengan jawaban itu.

"Sudah siap, silakan naik putri cantik." 

Hal itu sudah biasa Zea dengar dan jangan berpikir bahwa ia akan terbawa perasaan karena Rey mengucapkan hal itu. Zea hanya akan mendengar kalimat tersebut apabila Rey gemas dengan sikap putri berambut coklat terang itu.

Ketika akan berjalan, Rey menghentikan Zea. 

"Tunggu. Apa kau yakin akan berkuda dengan gaun seperti itu?" tanya nya melihat sang putri yang memakai gaun lebar berwarna merah dengan sedikit sentuhan emas. 

Zea sebentar mengamati gaun yang ia pakai, kemudian mengangguk. Lalu, segera melajukan kudanya keluar dari area kerajaan. 

Pagi ini, cuaca nya sangat mendukung. Langit berwarna biru cerah, awan berwarna putih, dan angin bertiup sepoi-sepoi seolah menemani Zea yang sedang tidak memacu kudanya terlalu cepat. Sesekali ia ingin menikmati pemandangan jalan yang ia lewati. 

Zea tersenyum ketika melihat beberapa kelinci yang sedang melompat dan masuk ke lubang rumahnya dengan membawa wortel. Mungkin mereka akan mengumpulkannya dahulu setelah itu baru menikmatinya dengan bersantai. 

Baru saja ia sedikit tertawa karena menghayal betapa konyolnya percakapan para kelinci yang lelah melompat demi mendapat wortel. Ia dan Rey tiba-tiba saja dikejutkan dengan beberapa anak panah yang melintas dari arah belakang mereka. Seolah mereka lah sasaran dari anak panah tersebut.

Rey yang berada di belakang Zea langsung mengingatkannya untuk mempercepat laju kudanya. 

"Ze! LEBIH CEPAT!" teriak Rey dari belakang. 

Zea yang terkejut dan panik langsung mengikuti perintah Rey. Ia pun memacu kudanya lebih cepat dan berusaha sekuat tenaga menghindari lontaran anak panah tersebut. 

Beberapa detik ia tidak mendengar suara Rey, ia pun menoleh untuk memastikan keadaannya. 

"Jangan noleh!"

"Zea ada ranting! Nunduk!!" teriak Rey lagi memperingatkan.

"Ha?!" 

Beruntung Zea cepat mengolah perkataan Rey, ia segera menunduk dan memacu kudanya kembali. 

That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang