6

1.4K 160 1
                                    

Renjun membuka matanya secara perlahan dan diapun kaget melihat dia telah berada di salah satu ruang rawat dan diapun melihat pria yang merupakan sepupu sungchan itu tengah tertidur di sofa ruangan itu, lalu diapun melihat tangannya dimana benang merah itu terikat dengan kuat dan bersambut dengan benang merah milik jaemin.

"Apa dia orang baik?" Monolog renjun sembari menatap jaemin. Bahkan dia tak sadar kalau jaemin telah terbangun dan mendekat bahkan duduk disebelah bangsalnya itu.

"Kau baik-baik saja?" Ucap jaemin dan renjun langsung tersadar begitu saja hingga membulatkan matanya begitu saja. Jujur itu sangat menggemaskan bagi jaemin.

"Ne." Angguk renjun.

"Syukurlah. Setidaknya saya berhasil menemukanmu tepat waktu." Ucap jaemin sangat lega dan renjun hanya menatapnya.

"Ah, maafkan saya. Saya Na Jaemin. Mungkin ini terlihat sangat aneh dan terlalu tiba-tiba. Tapi, benang merah takdir ini yang membuat saya sampai disini. Dan benang merah takdir ini juga yang membuat saya yakin." Ucap jaemin walaupun dengan ekspresi datarnya tapi ini kali pertama seorang Na Jaemin bicara panjang lebar.

"Tak masalah. Saya juga mengerti semua ini sangat tiba-tiba. Saya Huang Renjun." Ucap renjun tersenyum kecil dan jaemin sudah sangat terpesona dengannya.

"Jadi? Apa kau mau kita saling mengenal satu sama lainnya sebelum memutuskan akan melakukan apa?" Ucap jaemin.

"Hmm baiklah." Ucap renjun tersenyum dan berharap semoga keputusannya benar saat ini. Jaemin ikut tersenyum untuk pertama kalinya karena lega dengan jawaban renjun yang setidaknya tidak langsung menolaknya seperti yang dia bayangkan.

Ceklek.

Keduanya lantas mengalihkan pandangan pada pintu ruang rawat renjun yang terbuka dan menampilkan Haechan yang masuk dengan raut cemas dan sungchan mengikuti dari belakang dengan tatapan penuh selidik miliknya.

"Renjun, bagaimana keadaanmu saat ini? Kau tau aku sangat cemas karena kau tak kunjung pulang dan bibi win menghubungiku."

"Apa kau memberitahu orangtuaku?"

"Tidak, aku hanya mengatakan kalau kau ada pergantian jadwal piket tadi malam. Apapun itu, sekarang katakan apa yang kau rasakan?" Ucap Haechan.

"Aku sudah jauh lebih baik Haechan." Ucap renjun tersenyum. Dan Haechan baru sadar kalau disana ada orang yang tak dia kenal lalu menatapnya.

"Siapa dia njun?" Ucap Haechan.

"Nanti akan aku ceritakan." Ucap renjun pada haechan.

"Dokter Huang bisa kembali pulang, kata direktur dokter Huang akan diberikan waktu dua hari untuk pulih dulu. Setelah ini kau bisa pulang." Ucap sungchan.

"Ne." Angguk renjun mengerti.

"Hyung, ikut aku." Ucap sungchan datar dan jaemin hanya mengikuti sungchan keluar dari ruangan itu. Haechan hanya menatap bingung lalu kembali menatap renjun.

"Ada apa ini njun?"

"Dia Na Jaemin, kau pasti tau soalnya Haechan."

"Kau serius? Dia anak sematawayang konglomerat Na Jaehyun dan na taeyong? Dia Na Jaemin sang CEO muda itu?"

"Ne." Angguk renjun.

"Lalu kenapa dia bisa dipanggil sungchan dengan sebutan Hyung?"

"Sungchan adik sepupunya." Ucap renjun.

"Ne?!" Kagetnya dan renjun hanya memaklumi sahabatnya itu.

"Lalu? Bagaimana kau bisa mengenal orang sepertinya?" Penasaran Haechan.

"Dia soulmateku Haechan."

"Maksudmu?"

"Aku bisa melihat benang merah takdir itu sore saat aku selesai operasi. Dan dia juga telah kemari kemarin karena benang takdir ini." Ucap renjun.

"Wah, kau mendapatkan kehidupan yang sangat layak. Aku iri padamu. Lalu apa selanjutnya?" Ucap Haechan penasaran.

"Kami akan mencoba saling mengenal dan memutuskan apa yang akan dilakukan setelahnya."

"Wah, aku sangat iri denganmu. Aku jadi berharap bisa melihat benang merah takdir milikku." Ucap Haechan menunduk sedih dan renjunpun menggenggam tangan Haechan hingga Haechan mengangkat kepalanya dan melihat Renjun tersenyum yang mengartikan kalau semuanya pasti akan segera terwujud hanya tinggal menunggu waktu saja.












Di ruangan sungchan.

"Kenapa?" Datar jaemin yang duduk dihadapan adik sepupunya itu. Dan sungchan pun memberikan dokumen pada jaemin.

"Apa ini?"

"Kesehatan dokter Huang." Ucap sungchan dan jaemin langsung membukanya dengan raut wajah cemas membuat sungchan cukup salut karena bisa melihat ekspresi lain dari wajah kakak sepupunya itu.

"Apa terjadi sesuatu yang buruk?"

"Ne. Ternyata perkiraan ku salah, hasil tes darah labnya. Membuat dia akan sedikit memiliki masalah pada imun nya. Dia akan gampang sakit dan kelelahan mulai saat ini karena virusnya menyerang imun nya lebih cepat dari perkiraan ku."

"Lalu?kau memberitahu padaku?"

"Karena Hyung adalah soulmatenya melalui benang merah takdir. Bukankah dia tanggung jawabmu Hyung?"

"Baiklah, lalu bagaimana caranya membuat dia tak gampang terserang penyakit?"

"Dia akan aku berikan beberapa vitamin. Ini resepnya Hyung bisa menebusnya." Ucap sungchan.

"Hmm." Angguk jaemin dengan wajah datarnya dan diapun segera pergi dengan membawa dokumen kesehatan renjun juga resep vitamin dari sungchan.







Kembali lagi ke ruangan rawat renjun, diapun duduk dengan tenang di bangsalnya sedangkan Haechan kembali bekerja dan diapun melihat ponselnya dimana panggilan dari sang ibu tertera pada layarnya.

"Iya ma?"

"Mama dan baba akan ke Jepang selama seminggu. Apa tak masalah jika kau kami tinggalkan? Atau Mama tinggal saja untuk menemanimu."

"Tak masalah ma. Aku tak masalah sendiri, lagian ada bibi juga."

"Baiklah, jangan terlalu lelah dalam bekerja. Mengerti?"

"Ne." Lalu panggilan pun berakhir dan renjunpun kembali meletakkan ponselnya diatas nakas sebelah bangsal nya. Lalu melihat kearah pintu yang terbuka dan membulatkan matanya kaget.

"Na Jaemin?!"





























✡✡✡

Red String of Fated (jaemren)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang