8

1.2K 146 0
                                    

Disini renjun dan jaemin berada di depan pintu mansion keluarga Huang, lalu renjunpun membunyikan bell pintu itu.

Ceklek.

"Tuan muda? Apa kau baik-baik saja?" Kaget sang bibi yang telah bekerja saat renjun belum terlahir, bibi song.

"Aku baik-baik saja bi." Ucap renjun lalu diapun langsung melepaskan tangan jaemin yang merangkul pinggangnya.

"Aaa, baiklah " Ucap bibi song lalu diapun mempersilahkan renjun dan jaemin masuk.

Di ruang tengah.

"Bibi tolong buatkan saya susu ya."

"Baik tuan muda."

"Kau ingin istirahat dimana?" Ucap jaemin menatap renjun.

"Disini saja." Ucap renjun menunjuk sofa.

"Aku rasa tidak baik jika disitu. Bagaimana jika langsung ke kamar mu saja."Ucap jaemin dan renjun langsung memandangnya bingung.

"Aaa, aku bukan bermaksud aneh-aneh padamu. Aku hanya ingin kau istirahat dengan nyaman di kamarmu." Ucap jaemin dan renjun langsung tersenyum manis hingga jaemin kembali terpesona padanya.

"Baiklah, tolong antarkan aku. Disana." Ucap renjun menunjuk tangga ke lantai dua. Dan jaemin langsung merangkul kembali pinggang renjun lalu diapun menaiki tangga dengan renjun secara perlahan.

Ceklek.

Renjun membuka kamarnya dan jaemin cukup kagum dengan kamar milik renjun itu, laku menuntun renjun secara perlahan kedalam kamar dan mendudukkannya di atas tempat tidur milik renjun itu.

"Apa ada yang sakit?"

"Tidak Jaemin, aku sudah baik-baik saja." Ucap renjun.

"Kalau terjadi sesuatu jangan sungkan untuk meminta tolong padaku. Oke?" Ucap jaemin sembari merapikan anakan rambut renjun.

"Hmm." Angguk renjun. Bibi song yang akan mengetuk pintu kamar yang sedikit terbuka itu tersenyum melihat pemandangan ini untuk pertama kalinya. Lalu diapun memutuskan mengetuk pintu setelah beberapa menit.

Tok...tok...tok...

Keduanya menatap kearah pintu yang tak tertutup sepenuhnya itu.

"Silahkan masuk bi." Ucap renjun sedangkan jaemin hanya berwajah datar saja.

"Ini susunya tuan muda. Apa ada lagi?"

"Anio, makasih Bi." Ucap renjun dan bibi song langsung membungkuk lalu keluar dari kamar itu bahkan menutup pintu kamar itu rapat.

"Menyandarlah." Ucap jaemin membantu renjun menyandar dengan nyaman di atas tempat tidurnya.

"Makasih jaemin."

"Hmm, sekarang aku akan pulang, ah satu lagi. Jangan lupa minun vitamin ini sesuai resepnya. Jika terjadi sesuatu hubungi aku. Mengerti?"

"Hmm." Angguk renjun lalu jaeminpun pergi dari kediaman keluarga Huang.















At. Mansion Na.

Jaemin sampai dengan wajah tersenyum membuat taeyong menatap anak sematawayang nya dengan sangat bingung sekali.

"Jaemin? Kau dari mana? Dan kenapa tersenyum seperti orang gila?"

"Mommy?" Kagetnya.

"Wae? Kau kemana saja sampai tak mengatakan apapun saat keluar dan tak pulang." Kesal taeyong.

"Aku pergi ke rumah jeno mom. Lagian akukan sudah biasa begitu. Aku hanya sedang sangat bosan makanya aku pergi ke rumah jeno malam-malam karena aku tak bisa bekerja di kantor juga kan?"

"Kau tak berbohong?"

"Tentu saja." Ucap jaemin berbohong karena dia harus menepati janjinya pada renjun, kalau dia akan membawanya ke hadapan orangtuanya saat renjun siap.

"Aaa baiklah. Segera bersih-bersih dan temani mommy ke boutique."

"Siap " Ucap jaemin lalu diapun naik kelantai dua dimana kamarnya berada sedangkan taeyong hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya yang terlampau dingin dan sekarang dia malah seperti orang gila. Sangat berbanding terbalik dengan anak yang dia kenal. Padahal jaemin itu anak kandungnya tapi tingkahnya tak bisa di jelaskan.


































______________________















Hari sudah menunjukkan pukul 20:00 dimana jaemin bertemu dengan jeno di salah satu cafe yang biasa mereka datangi itu.

"Apa ada hal baik yang terjadi?"

"Hmm." Datar jaemin dan jeno hanya menghela nafas berat saja karena sekarang sih robot kembali lagi.

"Apa yang terjadi? Kau sudah bicara dengannya?"

"Hmm, kami memutuskan untuk saling mengenal dan memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya."

"Wah, benar-benar kemajuan sekali." Ucap jeno turut senang dan berharap segera dapat melihat benang merah takdir itu.

"Hmm, aku sangat nyaman bersama dengannya."

"Aku tau itu." Ucap jeno dapat melihat betapa bahagia sahabatnya itu walaupun wajahnya datar saja.

Drrtt...Drrtt...Drrtt...

"Siapa?" Ucap jeno tapi jaemin tak menjawab dan langsung mengangkat telponnya.

"Apa?! Aku akan segera kesana."

"...."

"Hmm kau tahan ya." Ucap jaemin lalu pergi begitu saja, jeno hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh sahabatnya itu.








Disini sekarang jaemin berada di mansion keluarga Huang, karena yang menghubunginya tadi adalah renjun. Dia mengeluh sangat sakit pada bagian kakinya makanya jaemin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ding! Dong!

Ceklek

"Tuan muda?"

"Dimana renjun?" Cemas jaemin.

"Di kamarnya " Ucap bibi song dan jaemin langsung masuk begitu saja tanpa perduli sama sekali dengan sopan santun, Untung saja orangtua pemuda itu tak ada di rumah.

Ceklek.

Renjun menatap pintu kamarnya yang terbuka dan menampilkan jaemin yang langsunt mendekat lalu duduk di sebelahnya yang meringis kesakitan.

"Apa sangat sakit?"

"Hmm, aku tak tau kenapa tapi hikss..."

"Tenanglah, kau tenang saja. Aku akan hubungi sungchan." Ucap jaemin lalu diapun berdiri dan menghubungi sungchan dengan terus berjalan mondar-mandir karena tak tega melihat renjun menahan rasa sakitnya.

"Sungchan kau dimana?"

"..."

"Segera ke mansion renjun."

"...."

"Aku akan kirimkan alamatnya. Cepat kemari, renjun mengeluh sakit pada kakinya."

"..."

"Cepat intinya Jung Sungchan." Renjun benar-benar senang karena dia mendapatkan soulmate seperti jaemin pada akhirnya.

"Kau masih bisa tahan bukan?" Ucap jaemin sembari memijat sedikit demi sedikit kaki renjun.

"Hmm, maaf membuatmu cemas." Ucap renjun.

"Tak masalah." Ucap jaemin dan renjun hanya menatapnya saja.



































✡✡✡

Red String of Fated (jaemren)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang