1

2.9K 217 2
                                    

"Hai renjun." Ucap pria berkulit Tan tersenyum pada salah satu koleganya di rumah sakit yang sama.

"Ada apa?" Datar dokter yang bernama Huang Renjun itu.

"Ayolah dokter Huang. Jangan terlalu datar padaku. Kau sangat berbeda kalau dengan pasien dan aku? Apa aku ada salah?" Ucap pria yang juga seorang dokter, Lee Haechan.

"Karena kau tak pantas mendapatkan sifat ramahku itu."

"Baiklah, oh iya renjun. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Apa? Jika tidak masuk akal aku tidak akan menjawab."

"Apa kau pernah mengenal benang merah takdir? Aku tau soal itu karena menjadi legenda di China. Karena kau adalah orang China. Bisakah kau ceritakan?"

"Kau tinggal cari saja di internet atau paling tidak buku yang bersangkutan. Aku malas menceritakannya padamu."

"Kau harus menceritakannya padaku renjun. Kau tau, semua keluargaku bisa melihat benang merah takdir itu. Terakhir kali hyungku sudah bisa melihatnya dan akan menikah. Tinggal aku yang belum mendapatkannya." Rengek Haechan.

"Kau juga keturunan benang merah takdir?"

"Hmm, tapi apa maksudmu dengan juga?"

"Aku juga salah satunya. Keluargaku hanya memilikiku sebagai anak tunggal dan hanya aku yang belum bisa melihatnya."

"Jadi itu benar?" Ucap Haechan penasaran.

"Iya."

"Tolong ceritakan padaku." Ucap Haechan memohon dan ini adalah waktu yang tepat karena mereka sedang istirahat. Renjunpun mulai menceritakan soal read string of fated itu dengan bahasa yang mudah di mengerti.

"Apa kau mengerti?"

"Hmm, tapi bagaimana jika hanya salah satu yang bisa melihat benang merah takdir itu?"

"Mungkin dia tak akan percaya. Karena itu hanya legenda." Ucap renjun.

"Berarti apa benang itu akan putus?"

"Iya, itu yang terburuknya."

"Bagaimana jika kedua orang itu bisa melihatnya?"

"Itu tergantung keduanya. Sekarang kau paham?"

"Hmm." Angguk Haechan. Dan renjun melanjutkan makan siangnya dengan Haechan yang masih terus melihat jarinya tapi tak juga kunjung ada benang merah takdir sama sekali. Apa tandanya jodohnya belum lahir atau sudah tiada?

"Renjun? Apa kau menginginkan orang itu juga bisa melihat benang merah takdir yang akan mengikat kalian nantinya?"

"Kalau bisa sih iya."

"Aku berharap hal yang sama denganmu. Semoga saja jodohku orang yang baik." Ucap Haechan tersenyum dan renjun hanya menganggukkan kepalanya.


















Sementara itu di sebuah perusahaan besar terlihat pria tegap dan tampan tengah melihat semua berkas-berkas kerjanya. Hingga suara pintu ruangan yang terbuka mengalihkan fokusnya saat tau yang datang adalah sahabatnya, diapun kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Ayolah Na Jaemin. Ini jam makan siang." Ucap sang sahabat.

"Lalu? Kenapa kau kemari? Kenapa tak makan siang dengan orang-orang yang selalu kau temui di kencan buta itu?"

"Aku ragu sekarang." Ucap sang sahabat.

"Maksudmu?"

"Aku mendengar dari ibuku kalau keluarga kami adalah keturunan yang akan berjodoh karena Red string of fated. Kau tau kan legenda itu?"

"Hmm." Angguk pria yang bernama Na Jaemin itu.

"Bagaimana caranya aku bisa menemukan jodohku? Sementara aku tak melihat ada benang merah takdir yang mengikat jariku sama sekali."

"Ayolah Lee jeno, jika saatnya telah tepat, benang merah takdir itu akan terlihat sendiri."

"Kenapa kau sangat santai sekali na jaemin?" Ucap sang sahabat, Lee jeno.

"Karena keluargaku juga merupakan salah satu keturunan yang menemukan jodoh lewat Red string of fated itu." Datar jaemin.

"Lalu? Apa kau sudah melihat benang merah takdir itu mengikat jarimu?"

"Belum, lagian itu akan datang sendiri jadi tak perlu ditunggu. Sudahlah kau mengacaukanku bekerja. Keluar kalau sudah tak ada lagi yang ingin kau bicarakan." Ucap jaemin datar.

"Aku salah datang kesini. Tapi, aku doakan kalau jodohmu kelak akan tahan dengan sifatmu." Ucap jeno kesal pada sahabatnya itu dan pergi begitu saja sedangkan jaemin hanya menggelengkan kepalanya.


















Kembali lagi ke rumah sakut, renjun sedang berada didalam ruang operasi dan melakukan operasi dengan teliti hingga operasi selesai dan diapun membersihkan tubuhnya karena terkena darah dari pasien yang dia operasi. Setelah selesai bersih-bersih, renjunpun menatap pantulan dirinya di cermin wastafel dan tanpa sengaja melihat tangannya dan kaget melihat sekarang dikelingking sebelah kanannya terlilit benang merah itu.

"Apa aku berkhayal?" Monolog renjun lalu diapun mulai mencoba melepaskan benang merah yang terlihat rapuh itu tapi tak bisa bahkan terikat sangat kuat tapi tak berniat menyakitinya. Diapun terus melihat tangannya itu.

Ceklek.

"Renjun? Kenapa kau melihat tanganmu begitu? Ada apa dengan tanganmu?" Ucap Haechan yang masuk ke toilet dan melihat renjun bingung.

"Aaa, bukan apapun. Kau baru selesai operasi juga?"

"Hmm, hanya operasi kecil. Kau juga bukan? Aku dengar-dengar kau terkena semprotan darah pasien, kau sudah bersih-bersih bukan?"

"Ne." Angguk renjun yang telah menurunkan tangannya dan masih melihatnya.

"Kalau begitu ayo kita pulang, ayo." Ucap Haechan setelah selesai membersihkan tangannya dan menarik renjun. Renjun hanya mengikuti sahabatnya itu dan tak bisa melepaskan tatapannya dari benang merah takdir yang mengikat jari kelingkingnya itu.


















Sementara itu, jaemin sedang berada di sebuah cafe karena sang adik sepupu ingin bertemu dengannya. Saat sedang menunggu sang kakak sepupu, jaeminpun mengangkat cangkirnya untuk meminum kopi tapi tak jadi karena teralihkan dengan benang merah yang mengikat kelingkingnya. Diapun mencoba melepaskannya tapi tak bisa bahkan benang merah itu sangat kuat mengikat jarinya tanpa ada niatan untuk menyakitinya. Hingga jaemin sadar kalau itu adalah benang merah takdir.

"Kenapa harus muncul sekarang? Apa aku harus mengikuti benang merah ini untuk tau siapa jodohku? Atau tidak? Bagaimana jika orang itu tak bisa melihatnya dan menganggap ku gila?" Monolog jaemin.











✡✡✡

Red String of Fated (jaemren)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang