Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Detik jarum jam yang memepas keheningan malam, menjadi latar suara pengiring kegiatan Shaga. Ia baru menyelesaikan agenda les piano nya dan untuk melepaskan penat, ia berkutat dengan peralatan menggambarnya.
Suara gesekan pensil yang menari diatas kertas itu terdengar, semakin keras dan terkesan cepat. Seraya menghitung detikan jam, hingga jam berdentang dengan keras di dalam kamarnya menandakan waktu sudah menginjak pukul 12 malam. Kepalanya terdongak dengan perlahan menghitung detik selanjutnya.
Untuk goresan terakhir genggaman pada pensil terlepas. Senyumnya mengembang saat ia jumpai sosok lain tengah terduduk manis di atas ranjangnya.
“Aku melukismu.”
“Benarkah?”
Anggukan kecik Shaga lakoni, ia berjalan mendekat dan menunjukan lukisannya.
“Lihat dirimu, kamu tampan sekali, Wyn.” vokal Shaga yang penuh kelembutan membuat sosok yang di sebut Wyn mengulas senyum teduhnya.
Pakaian Satin putih yang membalut tubuhnya semakin membuat Wyn terlihat begitu sempurna. Aura yang mempesona itu menjerat Shaga semakin dalam mengibarkan bendera amor.
Shaga mendudukkan diri di samping Wyn, ia menyentuh jemari pucat Wyn dengan perlahan. Binaran mata yang berisikan percikan bintang itu menatap Wyn penuh takjub.
Kepalanya berlahan ia sandarkan pada bahu tegap Wyn. Memejamkan netra dan menghirup aroma cinnamon yang menguar. Tangan keduanya saling terkait, menyalurkan kehangatan ditengah dinginnya malam.
“Setelah ini aku bagaimana?” vokal Shaga kembali terdedah.
“Jalani hidup semampumu.”
Jawaban dari Wyn tidak membuat Shaga puas, pemuda itu menegakkan tubuhnya untuk menuntut penjelasan Wyn.
“Kamu perlu menikmati kehidupan untuk sesaat, meski tersiksa dengan kegiatan yang kamu jalani. Itu pilihanmu, aku tau kamu lelah.” Wyn kembali menarik Shaga untuk bersandar pada bahunya.
“Aku begitu mendambamu, tetap menjagamu dari kejauhan. Bertahan lah untuk sejenak, setelah itu kamu akan menentukan pilihan, ingin hidup bersamaku atau hanya menanti kehadiranku.”
Shaga membisu, ia tidak di berikan pilihan untuk hidup bersama orang lain. Ia tidak bisa hidup dengan terus menunggu kehadiran Wyn. Hanya waktu malam dengan pukul 00.01 ia bisa menciptakan kehadiran sosok itu.
Sosok penuh kasih sayang dan perlindungan, selama ia di kurung pun Wyn selalu hadir untuk menemani malamnya hingga penghujung pagi. Sosok yang mengerti hidupnya, menuntun jalan yang harus ia ambil ditengah kebutaannya akan dunia.
Sosok yang menjadikannya seorang yang kuat, berhenti menjadi pecundang dan membanggakan diri menjadi seorang Orlando. Shaga selama ini tidak mempermasalahkan ia yang tidak di anggap sebagai keluarga oleh sang ayah.