6. Need Help?

813 45 2
                                    

"Jadi, bagaimana?" Tanya Jaemin kepada kedua sahabatnya, yang saat ini mereka tengah berkumpul di kantin gedung fakultas mereka.

Renjun yang saat ini sedang makan, ia pun langsung mengeluarkan sebuah flashdisk kepada temannya. "Aku sudah mendapatkannya, namun aku belum mengetahui apa file yang ada disini." Ujar Renjun.

"Kau belum memeriksanya?" Tanya Jaemin, yang saat ini tengah menatap flashdisk yang dipegangnya.

Renjun langsung menggelengkan kepalanya. "Belum, Na. Tadi selepas kelas, aku langsung pergi mengerjakan tugasku." Jelas Renjun,yang masih sibuk dengan kegiatan makannya.

"Lalu, kau? Bagaimana hubungan kau dengan dia?" Tanya Jaemin, kepada sahabatnya yang sedang memakan kentang goreng itu.

"Ia tidak membawaku kerumahnya." Jawab Haechan acuh. Ia kalau sudah makan emang gitu! Fokusnya akan ia tuangkan semua ka makananya. Karena bagi dia tuh makan lebih penting dari segalanya.

"Lalu?"

"Dia membawaku keapartemen miliknya." Sambung Haechan, yang terus menjawab pertanyaan yang di berikan temannya ini.

"Terus kau tidak menemukan apapun disana?" Tanya Jaemin lagi, yang masih penasaran dengan targetnya temannya ini.

Lagi lagi Haechan menggeleng. "Tidak. Bagaimana aku ingin menemukan atau memeriksa sesuatu, kalau dia saja selalu meminta itu ketika aku berkunjung, dan berakhir aku yang kelelahan." Sahut Haechan, yang selalu merasa kesal kalau mengingat ini.

Jaemin mendecak kesal mendengar penuturan temannya ini. Ia segera menggetuk kepala temannya yang berzodiak gemini ini, dengan garpu yang ia pegang. "Kau ini bagaimana sih?! Kan waktu kita tidak banyak! Kita harus selesai sebelum kuliah ini berakhir, dan segera pergi dari negara ini!" Bisik Jaemin, yang langsung mengecilkan suaranya.

"Ya mau gimana lagi?! Memangnya kau sudah sejauh mana dengan pria bermarga Lee lainnya?!" Balas Haechan yang tidak mau di salahkan sepihak, dan tak mau kalah.

"Sudah bertemu dengan keluarga besarnya!" Sahut Jaemin yang membuat kedua sahabatnya ini menganga tak percaya. Bagi mereka berdua, Jaemin ini memang luar biasa dalam menyusun strategi.

"Bagaimana bisa?" Tanya Haechan, yang masih terkejut dan masih tidak percaya akan hal ini.

"Aku bertemu keluarga besarnya diacara perjodohan yang keluarganya selenggarakan untuk dirinya." Seru Jaemin, yang membuat teman mungilnya tertawa.

"Apa?! Perjodohan?! Sudah seperti jaman joseon saja!" Gurau Renjun, yang tidak percaya kalau acara seperti ini tuh masih ada.

"Lalu apa yang terjadi denganmu setelahnya?" Tanya Haechan, yang lebih penasaran akan hal ini.

"Mereka mencari dataku. Aku dilabrak oleh tunangannya." Jawab Jaemin, diiringi dengan dengusan kesal.

"Kau disiram dengan air tidak? Atau dilempar segepok uang?" Tanya Renjun penasaran. Soalnya yang ia lihat di drama tuh seperti itu.

"Kau pikir drama?!" Rutuk Jaemin yang sangat kesal akan temannya, yang selalu di makan oleh drama yang ia tonton.

Renjun yang mendengarnya pun terkekeh, lalu mengedihkan bahunya. "Kali saja. Biasanya orang kaya seperti itu." Seru Renjun, yang memikirkan segala peluang yang akan terjadi.

"Lalu orang tuanya? Kau sudah bertemu?" Tanya Hae han lagi. Ia masih belum puas bertanya, dan menggali informasi lebih lanjut

Jaemin menggeleng. "Mungkin nanti, aku yakin orang tuanya sedang--"

"Hai!" Sapa seseorang, yang membuat Jaemim harus memberhentikan omongannya.

"Hai, Mark!" Sapa balik Haechan, akan sapaan yang diberikan bule Canada ini.

MAYBE POSSIBLE - MARKHYUCK, NOMIN, GUANRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang