Chapter 11

284 29 3
                                    

Setelah makan malam sederhana dan dalam perjalanan pulang ke perusahaan, aku harus mendengar manajer meminta maaf terus-terus di telingaku selama perjalanan ke tujuan.

"...Jangan khawatir. Haha~ Aku akan membelikan Fotografer Lee minuman dan mencuci otaknya sampai dia berpikir itu semua cuma lelucon, jadi jangan khawatir."

Sepertinya dia berusaha mencuci otakku, bukan Fotografer Lee. Aku baru saja mau memberitahunya untuk berhenti karena aku lelah mendengarnya, saat tiba-tiba aku mendengar getaran samar di suatu tempat.

"Fotografer Lee itu peminum yang payah, jadi kalau aku mengatakannya berulang kali bahwa itu cuma lelucon..."

"Kau mendapat telepon."

Aku menunjuk ponsel yang berdering. Dia berhenti berbicara dan melihat ponselnya, lalu dengan senang menepi ke sisi jalan, dan segera memasang earphone. Saat aku bertanya-tanya siapa yang meneleponnya dan membuatnya begitu senang, aku melihat nama 'Ketua Park' di layar. Ah, si cengeng Ketua Park itu. Ketika aku mengingat orang yang mewawancaraiku, suara manajer yang duduk di sampingku menjadi aneh.

"...Maaf? Ketua Park, apa maksud Anda... Kenapa saya didisiplinkan? ...Ya. ...Ya, itu benar. Tapi, saya tidak memprotes, saya baru saja ingin bertanya pada Anda kenapa semua kelas yang Anda janjikan dibatalkan..."

Saat dia meinggikan suara, dia melirikku dan memelankan suaranya lagi.

"Awalnya, bukannya itu salah perusahaan bahwa kelas yang didaftarkan batal? ...Saya tahu. Saya tahu. Tapi apakah Ketua Park sudah mengecek kenapa mereka dibatalkan? Tidak, saya tidak mencoba mengalihkan masalah, saya hanya menjelaskan kenapa saya didisiplinkan karena protes kepada staf yang bertanggung jawab. Dan kalau saya tidak bisa berbicara sebanyak itu, bagaimana bisa saya bekerja sebagai manajer... Ya, ya... Saya paham."

Klik. Manajer, yang mematikan telepon dengan raut kaku, memandang ponsel untuk waktu yang lama. Dan dalam keadaan itu, dia membuka mulut.

"Taemin-ah, kau tidak mau bertanya apa yang terjadi?"

"Apa yang terjadi?"

Lalu dia mengangkat pandangan. Ekspresinya tidak berubah, tapi matanya, yang biasanya baik, menjadi gelap, menunjukkan bahwa dia marah.

"Aku mengobrol dengan orang yang bertanggung jawab atas kelas yang tak ada di pagi hari, kan? Itu masalahnya. Orang itu melaporkan kalau aku mengancam seorang karyawan, jadi tindakan pendisiplinan turun dari atas. Aku tidak akan dibayar atas biaya operasi dasar selama sebulan."

Lalu ada senyum sedih di wajahnya, tapi matanya tetap gelap. Aku menatapnya dan perlahan berbicara.

"Kalau begitu kurasa tidak ada pilihan lagi. Hanya bisa menyerah pada pelajarannya."

"..."

"Aku akan baik-baik saja. Kan tidak seperti aku harus ikut kelas untuk menjadi aktor."

Kemudian sisa senyumnya menghilang.

"Itu tidak baik-baik saja!! Karena ini tidak masuk akal. Pertama-tama, kelasmu yang sudah terjadwal semua dibatalkan karena Myeongshin..."

Bergumam di akhir kalimatnya, dia menutup bibirnya sekali, menundukkan pandangan seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, dan mengangkatnya lagi.

"Itu benar, memang Myeongshin yang salah. Jadi kenapa aku harus didisiplinkan? Bocah sialan itu!"

Mendengarnya mengumpati Myeongshin untuk pertama kalinya menumbuhkan senyum yang tak kusadari di wajahku.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Sialan, untuk sekarang aku harus pergi ke perusahaan dan membenarkan yang salah bahkan kalau aku harus menjungkirbalikkan semuanya. Aku seharusnya pergi ke perusahaan dulu. Seperti yang kau bilang, aku menjadi pengecut seperti orang bodoh."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang