Haiii~
Mari kita mulai, hope you enjoy, let's go!
._.
Hari-hari berlalu. Sudah seminggu Jay dan Jungwon tidak saling sapa walaupun mereka tinggal di atap yang sama. Setiap harinya Jungwon tak pernah absen membuatkan sarapan dan makan malam untuk Jay. Karena hanya di waktu makan mereka bisa bersama, walaupun hanya di hiasi keheningan.
Seminggu juga hubungan mereka menggantung, tanpa ada kejelasan. Tak ada yang mau memulai karena masing-masing mungkin hanya menunggu.
Pagi ini Jay dan Jungwon menikmati sarapan mereka dengan keheningan lagi. Namun hari ini ada yang aneh dengan Jungwon. Namja mungil itu terlihat pucat, membuat Jay sangat khawatir. Tapi ia hanya bisa diam, menganggap semuanya baik-baik saja.
Tiba-tiba Jungwon merasakan sakit di kepalanya.
"Aakkhh" Rintihnya pelan sambil memegangi kepalanya yang masih berdenyut.
"K-kau tak papa?" Ucap Jay akhirnya. Sungguh, ia tidak akan bisa diam jika melihat orang yang ia cintai merintih kesakitan.
"Aku tak apa" sahut Jungwon.
Jay tidak akan percaya begitu saja. Samar ia lihat sesuatu yang merah menetes dari hidung Jungwon. Segera ia berdiri dari duduknya dan mengambil tisu.
"Kau mimisan Wonnie?" Tanya Jay sambil menyodorkan tisu. Terlihat raut kekhawatiran di wajahnya.
Jungwon sedikit terkejut. Bukan hanya karena ia mimisan, tapi karena Jay memanggilnya "wonnie", sudah seminggu ia tak mendengar nama panggilan itu keluar dari bibir Jay. Betapa ia merindukannya.
"Mungkin hanya kelelahan" Jungwon mengambil tisu yang disodorkan Jay dan membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya.
Jungwon segera berdiri dan berusaha berjalan ke arah kamarnya, namun kepalanya terasa sangat sakit, seperti ada yang menusuk-nusuk. Ia menjambak rambutnya kasar agar bisa mengurangi rasa sakit, namun tidak membuahkan hasil. Itu pasti karena dia melupakan sesuatu yang seharusnya ia lakukan secara rutin.
Dan berhasil. Ia dapat membuka pintu kamar dan kembali menutupnya, tak lupa menguncinya juga. Ia tak ingin Jay melihat apa yang akan ia lakukan dikamar ini.
Jay masih diam diposisinya. Ragu apakah ia harus menyusul Jungwon ke kamar atau tidak, perasaan khawatir itu terus meliputinya.
Akhirnya ia pun memberanikan diri menyusul si namja mungil. Ditekannya ganggang pintu kamar itu namun tak bisa dibuka, Jay mengenyit bingung.
"Jungwon? Kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Jay di balik pintu.
Jungwon tidak dapat menyahut, rasanya untuk bicara pun susah. Kedua tangannya kini tengah sibuk mencari-cari sesuatu di dalam laci paling bawah. Sesuatu yang di sembunyikannya selama hampir dua bulan ini.
Sesekali ia berhenti untuk meremas rambutnya. Rasa sakit itu benar-benar menyiksanya.
"Jungwon?" Panggil Jay sambil mengetuk pintu kamar.
Namja tampan itu benar-benar khawatir sekarang.
"A-aku.... akkhhh!"
Jay mendengar itu. Ia yakin bahwa kekasihnya sangat kesakitan sekarang.
"Jungwon buka pintunya! Wonnie!" Jay berteriak sambil menggedor pintu.
Sementara Jungwon sudah menemukan apa yang ia cari. Segera dibukanya tutup botol obat yang bisa membuatnya merasa lebih baik, namun rasa sakit itu semakin menjadi.
"Aaaakkkhhhhhh!" Jungwon kembali menjambak rambutnya. Botol obat dalam genggamannya terlepas jatuh ke lantai, dan pil-pil kecil berwarna putih berhamburan. Jungwon sudah tidak kuat lagi.
Dan sebelum matanya tertutup, ia melihat Jay yang berhasil mendobrak pintu dan berlari kearahnya yang sudah terbaring di samping tempat tidur.
"Jungwon!"
._.
kkeut!
Semoga suka yeoreobun♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Jaywon
Romance[END] "Sinar bulan itu mengingatkanku pada matamu, sama-sama terang dan berbinar indah" 🌕 Jay x Jungwon 🌕 bxb 🌕 angst, mcd 🌕 fiksi 🌕 banyak typo