Kejujuran

1.7K 217 28
                                    

Jungkook tidak menjawab hingga waktu bergulir ke menit ketujuh. Karena tak mampu menjawab, dengan cepat pemuda itu meraih gelas yang sudah diisi minuman lalu meneguknya.

"Aku tidak tahu harus menjawab apa," sahutnya.

Taehyung mengulas senyum tipis yang bisa dilihat oleh Jungkook—sebagai sesama lelaki. Bahwa itu senyum palsu untuk menutupi sakitnya hati.

"Lanjut ke pertanyaan kedua!" sambung Jungkook setelah meletakkan gelas yang isinya sudah tandas, ke meja.

"Sekarang giliranku!" Jungkook menunjuk dirinya sendiri, bersendawa sebentar sebelum melanjutkan pertanyaan.

"Masih tentang Jungkook," mengelus dagu, "menurutmu ..." suara sendawa lagi, "apa Jungkook lebih tampan darimu?"

Taehyung mengernyit, menatap aneh pada Yuna, tapi tetap saja ia harus menjawabnya. Pertanyaan yang sangat mudah untuk ia jawab.
"Menurutku dia tidak tampan," sahut Taehyung tanpa berpikir panjang.

"Hei ... kau tidak bisa lihat!" Jungkook langsung protes tak terima, dibilang tidak tampan oleh pesaingnya. Sampai lupa jika ia sekarang ada di tubuh Yuna.

"Maksudku dia itu bukan tampan, tapi cantik, lihat saja bentuk mata dan bibirnya!" Taehyung bersikeras, dari sudut pandangnya sebagai lelaki. Jungkook memang memiliki lebih banyak alasan untuk dikatakan cantik, daripada tampan. Yang tidak ia mengerti, kenapa pertanyaan itu yang diajukan kekasihnya.

Jungkook menggeleng keras, tapi pipinya malah semerah tomat. Ia berusaha menyembunyikan perasaan aneh yang menjalar di dada. Selama ini ia selalu menolak dibilang cantik oleh teman sejawatnya. Maka ia berusaha mati-matian terlihat sangar. Menato tubuh, membentuk otot, dan memakai tindik di beberapa bagian tubuhnya. Agar kesan cantik itu hilang berganti kata macho.

Pernah sekali ia memukul Jaehyun karena mengejeknya lebih cantik dari wanita. Jaehyun harus menerima bogum mentah di rahangnya yang membuat pertemanan mereka sempat renggang.

Baru kali ini kalimat cantik itu terdengar seperti pujian yang tulus. Karena Taehyung mengatakan itu secara jujur, dan Jungkook sungguh amat tersentuh. Ia lekas menoleh ke arah lain. Pipinya hangat, dan sepertinya ia butuh cermin besar besok untuk melihat dengan jelas apakah ia benar-benar cantik seperti yang pria itu katakan.

"Sekarang giliranku!" Taehyung memecah lamunan Jungkook, tentang seberapa cantik darinya. Sampai seorang yang populer seperti Taehyung dengan tegas menyuarakan itu.

"Ah, iya. Sekarang giliranmu!" Jungkook membetulkan posisi duduknya. Menoleh pada Taehyung yang menatapnya dengan wajah serius. Jika begini, Taehyung jadi menyeramkan tapi sangat tampan.

"Apa kau bisa membantu merawatku? Menyembuhkan kelainanku?"

Jungkook tersedak, ia terbatuk beberapa kali. Hingga wajah dan telinganya memerah. Ia meraba-raba meja, mencari sesuatu untuk meredakan cegukan—yang tahu-tahu hadir untuk menyela—Taehyung menyodorkan gelas berisi soju. Tanpa banyak komen, Jungkook menegaknya. Dan tak butuh waktu lama untuk membuat pemuda itu pusing berkunang-kunang.

Belum bisa menjawab pertanyaan yang Taehyung ajukan. Pemuda itu sudah bersendawa lagi, sampai dadanya sakit. Ia tidak mengira tiga gelas soju akan membuatnya tumbang.

Taehyung yang melihat Yuna mulai mabuk, segera berlari ke kulkas untuk mengambilkan air dingin. Jungkook masih di ambang halusinasi, saat ia merasa seperti ja*** gatal.

Tubuhnya memanas, reaksi alkohol pada tubuh wanita yang seketika membuat rahimnya, dan jalan menuju ke sana hangat dan gatal. Jungkook ingin sesuatu untuk menggaruknya. Sesuatu yang panjang, keras tapi lembut, dan panas. Sepertinya Taehyung memiliki alat yang Jungkook inginkan.

LAYOVER Crocodile (Tamat Di Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang