end of duels

997 88 0
                                    


"Baiklah, buat jarak minimal
tiga langkah dan sesudah
aku mengatakan mulai maka pertandingan dimulai, apa
kalian paham?!."

Mery dengan suara tegasnya mengatakan hal itu.

"Siap, master!!"

Melihat kedua murid didiknya paham dengan yang dia ucapkan, Merry berjalan mundur ke belakang.

"Sekarang mulai..."

Tidak seperti tadi kali ini suara Merry sedikit berbeda karena tidak menekankan ketegasan dalam kalimatnya membuat beberapa ksatria keheranan.

Akan tetapi bukan hanya itu saja yang menjadi perhatian disini dikarenakan Rian dan Alexander mampu bertarung seimbang membuat semua yang berada disana terpukau melihatnya.

"Bukannya dia baru belajar memegang pedang dua bulan lalu? Mengapa sekarang dia mampu menyaingi Alexander?."

Ujar nona Ameri kepada kepala keluarga William yaitu Henry, mereka berdua duduk dipinggir tempat latihan itu selayaknya prajurit-prajurit yang lain.

Ya ini adalah hal biasa karena keluarga William terkenal dengan sikapnya yang tidak terlalu peduli dengan status kebangsawanannya di lingkungan rumahnya.

"Aku tidak tau, aku juga penasaran selama ini semua yang melawan Alexander pasti kalah dalam waktu kurang dari tiga menit dan dia sendiri memegang title sebagai pemegang pedang terkuat generasi kedua."

"diakui sendiri oleh raja negara sebagai sang jenius, tapi ini pertama kalinya ada lawan
yang mampu bertarung imbang dengannya dalam hal  berpedang."

Ujar Henry kepada istri tercintanya Ameri, dia bahkan tidak mengedipkan matanya sekalipun hanya untuk melihat momen dimana ada seseorang yang mampu bertarung seimbang melawan anaknya.

Dimata Henry bukan sebagai Duke penguasa wilayah akan tetapi sebagai seorang ayah, dia melihat bahwa saat ini anaknya sedang senang karena memiliki lawan yang imbang.

Membuat Henry menjadi senang sekaligus iri karena tidak mampu menghabiskan banyak waktu bersama anaknya karena terlalu sibuk bekerja.

"Bukannya tempat ini kotor tuan dan nyonya?, Lebih baik kalian duduk di tempat yang lebih bersih."

Merry datang mendekati Ameri dan Henry yang sedang duduk memperhatikan anaknya yamg sedang berduel itu.

"Ah, tidak usah.. tidak apa-apa lagian juga bentar lagi selesai."

Ujar Henry menolak saran Merry.

"Huft.. kau masih sama seperti dulu tuan."

"Hahaha, benarkah? Tidak kok dari dulu aku memang begini."

Merry berdiri disamping Henry yang sedang duduk, dia terus mengawasi Alexander dan Rian yang sedang bertanding duel itu dengan seksama.

"Merry boleh aku bertanya sesuatu."

Tiba-tiba Henry menyeletuk membuat kaget Merry yang sedang mengawasi duel.

"Boleh saja."

Tatapan mata Merry masih mengarah ke kedua murid didiknya itu.

"Aku melihat bahwa Rian mampu bertarung seimbang melawan Alexander akan
tetapi aku seakan-akan melihat ada perbedaan dengan cara bertarung mereka berdua, bukannya mereka belajar padamu?."

Mendengar pertanyaan itu membuat Merry tersenyum kecil.

"Walau aku terkenal dengan ketegasan serta kebrutalan dalam bertarung tapi jika membahas soal murid aku masih memiliki belas kasihan."

"Aku menyiapkan latihan sesuai potensi yang dimiliki oleh setiap muridku, tidak banyak yang aku terima sebagai muridku bukan hanya karena tidak berbakat akan tetapi mereka belum tentu siap menerima latihan yang aku berikan."

Rian's journey in another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang