BAGIAN TUJUH

15 4 4
                                    


Loser.

Manusia just have a planning. Tapi Allah Jelaskan pemilik kuasa Kun Fayakun yang tiada tanding. Setelah 2 hari menahan segala perasaan tidak nyaman akibat suhu yang naik dan segala mual sekaligus menurunnya nafsu makan, pagi ini akhirnya aku tumbang.

Aku yang biasanya otomatis bangun pukul setengah empat pagi, kali ini dibangunkan Mirza dalam keadaan menggigil dengan suhu 38 derajat Celcius. Mirza yang kebetulan sudah selesai salat subuh, menggoyang pelan tubuh panasku, membangunkanku. mendapati tubuh panasku, biasanya langsung mengecek lebih intens dengan menempelkan punggung tangannya ke keningku tak lupa mengecek nanti di tanganku. padahal aku tidak mati. sampai segitunya perasaan.

" kamu pusing, Ay?" Mirza masuk kamar membawa nampan berisi, entah dia membawa apa. melihatnya mendekat, aku beranjak untuk duduk.

Ternyata, Mirza membawa bubur. Sstttst, aku menjadi merasakan sakit di kepalaku. setelah meletakkan nampan di nakas, ia duduk menghadapku bersiap menyuapkan bubur. Aku menutup mulut rapat-rapat. baunya saja sudah membuatku mual.

"Sedikit aja deh, Ay. yang penting perut kamu keisi makanan" melihat wajah frustasinya, jujur, aku tidak tega. tapi mau bagaimana lagi, aku menggeleng.

" Eneg, Za. mual nanti."

" muntah pun gakpapa. asal kamu mau coba dulu, oke?" Akhirnya, aku jadi tidak punya alasan lain untuk menolak. aku pun menerima suapan pertamanya. Nothing Happen. tapi setelah sopan kedua, barulah perutku mulai bereaksi. lagi-lagi aku harus merepotkan Mirza dengan mengurusku yang tiba-tiba sakit seperti ini. dia jadi harus melakukan pekerjaan rumah seorang diri, memasak untuknya sendiri, sekaligus membuatkanku bubur seperti sekarang.

Dia yang tadinya mendapat bantuanku, ya meski sedikit, mendadak harus kembali melakukannya sendiri. eh,, saatnya sakit dulu? apa Dia juga mengurus dirinya sendiri?

" udah" aku menolak sarapan ketiga. namun bukannya menurut, Mirza malah menego seperti ibu-ibu.

"Sekali lagi, sekali lagi. Aa'..?" Aku jadi ingat Bunda.. Bunda juga begitu kalau aku tidak mau makan dulu. Bunda selalu menemukan nego -an Yang menggiurkan sehingga aku mau buka mulut.

" habis ini aku antar ke rumah sakit, ya?" setelah menyuapkan sarapan ketiga, Mirza meletakkan mangkuk buburnya.

" ngapain?" Aku ini nggak suka rumah sakit. maksudnya, tidak suka kalau aku yang sakit dibawa ke rumah sakit. Saat meninggalnya Bunda saja aku langsung melepas infusku sangking parno nya., Eh ini malah diantar menyerahkan diri.

" ya, periksalah, sayang....." tangan kanan Mirza sembari merapikan Rambutku yang nakal diam-diam menyusup dari kanan kiri kerudung.

" Masa di rumah sakit nyuci mobil." gak lucu. orang lagi deg-degan sama perlakuan sekaligus kalimat terakhirnya, juga.

aku mengeratkan selimut.

" gak usah, ah. Ayla takut tahu."

" ngapain takut? orang gak diapa-apain juga kok." aku nggak suka infus, nggak suka jarum suntik, nggak suka baru rumah sakit.

" Ayla takut disuruh opname." ini intinya.

" loh, Justru opname itu bagus, Ay. Biar kamu cepat pulih juga." ini, Nih. Dia selalu punya alasan logis Untuk mengunci jawabanku.

" enggak deh .Ayla gak mau ke rumah sakit kalau gitu . Ayla gak mau opname." titik. Ini keputusan final ku. aku memang tidak suka rumah sakit. terutama dengan ruangan berpengaruh lavender. Honda meninggal di ruangan dengan orang itu. Papa juga.Semua hal berbau lavender dan peralatan medis adalah sesuatu yang tidak aku sukai.Semua hal berbau lavender dan peralatan medis adalah sesuatu yang tidak aku sukai. Yang aku sukai itu Es buble coklat, kue brownies, dan Mirza. tentunya.

My Heavenly Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang