D2 : Pertamakali

45 11 9
                                    

 
HAPPY READING -!!

(TANDAI TYPO)

  ****

  Bel pertanda pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, kini Arasya telah berada di halte depan sekolahnya untuk menunggu jemputan dari supir pribadi ayahnya.

Halte terlihat ramai, dihuni oleh siswa siswi yang sedang menunggu jemputan ataupun sedang menunggu bis atau kendaraan umum lainnya.

Dua puluh menit telah berlalu, halte pun sudah sepi, hanya menyisakan Arasya seorang diri. Arasya memandang jam yang ada di pergelangan tangannya dengan tatapan lesu. Arasya merasa sangat bosan, ia ingin segera pulang dan rebahan di kasur kesayangannya.

Arasya membuka handphonenya kala ia mendengar sebuah notifikasi.

Mang Koko (Supir Ayah)
Maaf non kata bapak, non di suruh
pulang pakai angkutan umum dulu.
Soalnya saya disuruh nganterin bapak
meeting.

Begitulah kira-kira isi pesan yang ada di handphone milik Arasya. Gadis itu menghela nafasnya dengan kasar, mengapa tidak sedari tadi pikirnya. Sekarang ia harus bagaimana? Apakah ia akan pulang dengan angkutan umum seperti bis? Arasya tak pernah menaiki angkutan umum itu. Naik angkot? Itu terlalu buruk menurut Arasya. Naik ojek? Arasya tak suka helm milik tukang ojek yang kadang bau. Menunggu taxi lewat? Mungkin lebih baik namun sampai kapan menunggu.

"Ini udah sore, takut banget di sini sendiri" cicit Arasya dengan pelan.

Netra Arasya memandang ke segala arah menelusuri setiap tempat, jalan raya memang ramai namun halte ini sepi. Sangat menakutkan bagi seorang Alana Arasya Putri.

"KAK BERHENTI!" teriak Arasya kala ia melihat pemuda yang memakai sragam sama seperti dirinya.

Pemuda itu menghentikan motornya di dekat Arasya, pemuda itu membuka helm yang ia gunakan.

"Apa?" satu pertanyaan itu membuat Arasya langsung dibuat mati kutu.

Sebenarnya Arasya ingin meminta tumpangan, namun setelah melihat wajah pemuda itu Arasya jadi ragu dengan niatnya. Bukan karena wajah pemuda itu yang buruk rupa, akan tetapi karena wajah pemuda itu yang sangat tampan. Arasya takut jika di kira modus untuk minta di bonceng.

"Anu..." Arasya menggaruk kepalanya bingung.

"Apa?" Pemuda itu mengerutkan keningnya dengan heran.

"Dia kenapa?" tanya pemuda itu dalam hati.

"Sebenernya aku itu mau minta tolong, bukan modus kak sumpah!. Aku itu mau minta tolong buat anter pulang bukan modus yah ini!, tapi aku benar-benar minta tolong banget buat anterin aku pulang. Soalnya sopir papa lagi sibuk, dan aku gak berani naik angkutan umum" ucap Arasya dengan cepat, tanpa jeda.

"Hah?" Pemuda itu memandang Arasya dengan bingung, "sorry, bisa lebih singkat? Saya tidak paham" lanjut pemuda itu.

Arasya menarik napasnya panjang, lalu menghembusnya dengan perlahan. Ia sangat takut dan bimbang.

"Aku mau minta tolong, anterin pulang" cicit Arasya pelan.

Pemuda yang ada di depannya itu tersenyum tipis. Lucu juga hadis di depannya itu pikir pemuda itu.

"Kamu mau-" belum sempat pemuda itu selesai berbicara Arasya lebih dulu memotongnya dengan teriakan.

"NGGAK! AKU GAK MAU MODUS SUMPAH!" teriak Arasya membuat pemuda itu tertawa.

"Mau di antar?" pemuda itu melanjutkan ucapannya.

Arasya hanya mengangguk sebagai tanggapan, ia sangat berharap bahwa orang yang ada di depannya itu mau mengantarkannya pulang ke rumah.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang