D6 : Depan Atau Devan?

39 7 1
                                    

  HAPPY READING -!!

(TANDAI TYPO)

****

  Pagi hari di SMANJHA. Hari ini Arasya datang lebih pagi dari biasanya, entah mau melakukan apa sehingga gadis itu datang pagi-pagi kesekolah.

Arasya, gadis yang memiliki paras cantik itu berjalan di koridor sekolah dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah cantiknya, wajahnya yang cantik dan terkesan lucu membuat beberapa orang tertarik untuk menatap gadis cantik itu.

"Eh itu kan...," monolog Arasya.

Dengan segera gadis itu berlari, menghampiri seseorang pemuda laki-laki tampan dengan tas hitam berada di pundak kanannya. Gadis cantik itu memandang pemuda laki-laki itu dengan tatapan kagum.

"Kakak itu Kak Depan kan!" ucap Arasya dengan antusias.

"Bukan, saya Devan bukan Depan." setelah mengatakan Devan pergi meninggalkan Arasya yang masih berdiri mematung itu.

"Apa bedanya?," tanya Arasya pada dirinya sendiri.

Gadis cantik itu memandang punggung pemuda laki-laki yang barusan berlalu dengan tatapan yang semua terbinar menjadi sendu.

"Jadi salah ya, ish Raya gimana sih!. Katanya kan namanya kak Depan eh ternyata kak Devan," ucap Arasya setengah melirih.

Setalah itu Arasya melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dengan perasaan kesal. Itu alasannya, Arasya datang pagi-pagi untuk mengunjungi perpustakaan. Arasya memang sangat menyukai buku, apapun jenis bukunya Arasya selalu menyukainya entah itu berupa novel ataupun buku pelajaran.

***

"Raya," panggil Arasya kepada Raya.

"Apaan?" jawab Raya dengan malas.

Hari ini adalah hari pertama Raya PMS, untuk melakukan apapun rasanya sangat malas termasuk berbicara. Ingin saja rasanya Raya tidur dirumah tanpa gangguan, namun apa boleh buat hari ini bukan hari libur.

"Pendaftaran eskul masih buka gak si?" tanya Arasya.

Rencananya arasya akan mendaftarkan dirinya di esktrakulikuler musik. Tadi malam Arasya berfikir rasanya akan sia-sia jika ia bersekolah di sekolah yang memiliki banyak eskul tapi ia tidak mengikutinya sama sekali, Arasya masih kelas XI jadi masih ada waktu untuk ikut eskul.

Raya memandang Arasya dengan malas, lalu menguap, "sebenernya sih gak di buka, tapi lo kan murid baru jadi siapa tau bisa daftar. Coba aja siapa tau bisa."

"Oke deh, aku coba."

Arasya pun memutuskan untuk menuju keruang eskul musik, menuruti ucapan Raya. Ia akan mencoba mendaftarkan diri.

Setelah beberapa saat berjalan, Arasya kini telah tiba di ruang musik. Pintunya terbuka, mungkin saja ada anak yang sedang memainkan alat musik.

Arasya mengetuk pintu, menyembulkan kepadanya untuk melihat kedalam ruang.

"Permisi," ucap Arasya.

Seketika Arasya dibuat matu kutu, di dalam ruangan ini ternyata ada lima rema laki-laki yang parahnya semua menatapnya, mungkin mereka semua penasaran dengan kehadiran Arasya.

Arasya tersenyum canggung, ia berdiri dengan kaku. Arasya merasa semakin canggung kala netranya tidak dengan bertubrukan dengan Devan. Arasya rasnya sangat malu dengan kejadian tadi pagi yang ia rasa terbilang sok kenal.

Lima remaja laki-laki itu adalah Devan, Alkan, Mahes, Aksa, dan Samudra. Mereka adalah anggota dari DAMAS BAND. Mereka berlima yang malas ke kantin saat jam istirahat pun memutuskan untuk keruang musik, memainkan alat musik lebih menyenangkan daripada di kantin mendengarkan suara-suara berisik yang tak berfaedah didengar telinga itu.

"Lo siapa?" Tanya Samudra.

"A-aku Arasya," jawab Arasya kikuk.

"Aelah, santai aja kali. Gak usah kaku gitu, mau apa lo kesini?" ucap Alkan.

"Yoi, santai aja kali" sahut Mahes.

"Anu itu kak, aku mau itu, mau..." Tangan Arasya saling menggenggam erat.

Arasya rasanya sangat gugup, bahkan untuk mengucapkan satu kata terasa sangat sulit. Remaja laki-laki yang berjumlah lima orang itu memandang Arasya dengan tatapan bingung.

"Kamu sebenernya mau apa?" Akhirnya setelah beberapa saat diam, Devan angkat bicara.

"Itu anu, aku mau mau daftar eskul musik kak," cicit Arasya pelan.

"Oh mau gabung eskul musik, santai aja kali" sahut Mahes.

"Lo kalau mau masuk eskul musik daftar aja sama pak Hera, dia pembimbing eskul musik," jelas Samudra.

"Terimakasih kak,"

Setelah itu buru-buru Arasya membalikkan badannya lalu melangkah pergi.

"Tunggu." Suara dari Aksa menghentikan langkah Arasya.

Arasya membalik badannya dan menghadap kearah Aksa. Ia memandang bingung remaja laki-laki tampan yang berdiri memandangnya itu.

"ada apa kak?"

"Emang lo tau pak Hera?" tanya Aksa.

Arasya menepuk keningnya pelan, ah ya ia melupakan itu. Ia murid baru sudah jelas ia tidak tahu nama-nama guru. Untung saja remaja laki-laki yang tak diketahui namanya oleh Arasya itu mengingatkannya.

"Eh iya, aku gak tahu hehe"

"Gu-"

"Ayo, saya antar ke pak Hera." Devan menyela ucapan Aksa.

Semua orang yang ada di ruangan itu memandang Devan dengan tatapan aneh, terutama Alkan dan Mahes yang memandang Devan dengan tatapan menggoda.

Atasnya mengangguk. Setelahnya Arasya dan Devan keluar dari ruang musik untuk menuju ruang guru, mencari pak Hera.

***

Perjalanan menuju ruang guru ini di selingi dengan perbincangan ringan antara Devan dan Arasya.

"Ekhm, kakak udah lama di eskul musik?" Arasya mencoba membuka topik percakapan.

"Iya, sejak kelas X,"

Lenggang beberapa saat, namun Arasya kembali melemparkan pertanyaan kepada Devan.

"Em... Sebenarnya nama kakak itu siapa?"

"Kita udah kenalan dulu."

"Itu mah nama lengkapnya, dipanggilnya apa?" Arasya memandang Devan dari samping.

Jika di lihat dari samping Devan memang terlihat sangatlah tampan, hidung mancung, rahang tegas, dan alis yang sempurna di wajahnya.

"Terserah kamu mau panggil saya apa." Devan melirik Arasya lalu kembali mengarahkan pandangannya ke depan.

"Aku bingung, banyak yang manggil Depan. Tadi aku panggil kak Depan kata kakaknya bukan." Arasya mencebikkan bibirnya.

"Ya memang, saya bukan Depan."

"Ya terus aku manggilnya apa dong!"

"Terserah."

"Nyebelin," ucap Arasya pelan.

Devan memberhentikan langkahnya, dan Arasya pun ikut memberhentikan langkahnya. Didepan mereka berdua terpampang pintu coklat besar dengan tulisan 'Ruang guru'.

"Mau saya temani ke pak Hera, atau kamu sendiri?" tanya Devan.

"Makasih udah nganterin aku ke ruang guru, aku kedalam sendiri aja. Nanti aku nanya guru yang ada didalam,"

"Ya sudah, saya tunggu di luar."

"Eh? Kakak nungguin aku? Gak usah deh kak." Arasya memandang Devan dengan tatapan tidak enak.

"Gapapa, saya tunggu diluar. Sana masuk"

Setelahnya Arasya masuk kedalam ruang guru, dan Devan yang menunggu Arasya didepan ruang guru.

****

Jangan lupa pencet tanda bintangnya yaaa!!

-TERIMA KASIH TELAH MEMBACA-

(220623)

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang