D4 : DAMAS BAND

41 9 3
                                    

  HAPPY READING -!!

(TANDAI TYPO)

****

  Sabtu, 28 Januari di ruang musik SMANJA. Lima orang remaja laki-laki tengah berbincang-bincang, mendiskusikan tentang event yang akan diadakan OSMAJHA.

"Tadi Bu Naina bilang, DAMAS wajib tampil di event ini," ucap seorang remaja laki-laki dengan gitar di pangkuannya.

Dia adalah Mahes, cowok tampan yang menduduki posisi sebagai gitaris di DAMAS BAND.

"Itu mah udah pasti!" seru cowok dengan rambut gondrongnya.

Cowok itu adalah Alkan, ia memegang posisi gitaris di DAMAS BAND. Alkan mempunyai sifat yang humoris dan terkesan receh.

"Gak mungkin kita gak tampil," celetuk pemuda lain.

Dia adalah Aksa, pemuda yang memiliki sifat irit bicara. Aksa memegang posisi drummer di DAMAS.

"Kalo lo gimana Dev?" tanya seorang remaja lain yang tengah melihat-lihat alat musiknya.

Remaja itu bernama Samudra, dia memegang posisi sebagai Bassist.

Devan yang ditanya itupun menolehkan pandangannya kearah Samudra. Dia menganggukkan kepalanya.

"Setuju, sudah lama DAMAS tidak perfomance," ujar Devan membuat empat remaja lainnya mengangguk, setuju dengan ucapan Devan.

DAMAS BAND adalah salah satu band milik SMANJHA. DAMAS band memiliki singkatan yaitu, Deven, Alkan, Mahes, Aksa, dan Samudra. DAMAS terbentuk saat mereka berlima masih kelas X, memiliki minat hobi di bidang yang sama membuat mereka menjadi teman. Sekarang mereka sudah kelas XI jadi, kurang lebih sudah setahun DAMAS terbentuk.

Tak hanya DAMAS, SMANJHA juga memiliki beberapa kelompok band lainnya. SMANJHA memang sangat mendukung minat para siswa siswinya dalam bidang non akademik, berharap agar seorang siswa siswinya mampu berkembang dengan bakat masing-masing.

Banyak ekstrakulikuler yang ada di SMANJHA, contohnya adalah musik, seni lukis, sastra, voli, basket, PMR, Pramuka dan masih banyak lagi ekstrakulikuler lainnya.

***

"Selamat siang teman-teman, setelah panggilan ketua kelas perkelas tadi. Saya mendapatkan informasi bahwa hari Sabtu dan Minggu di Minggu depan event musikal akan dimulai. Setiap kelas wajib ada perwakilan, minimal dua dan maksimal 4" ucap Riko memberitahu anak MIPA 1.

"Untuk yang ingin menjadi perwakilan boleh daftar kepada sekertaris OSIS kita yaitu kak Ananta, mungkin sudah pada mengenalnya. Jika belum kalian bisa melihat nomer kak Ananta di banner yang ada di mading. Sekian informasi yang dapat saya sampaikan, jika ingi di tanyakan sebaiknya dipendam saja soalnya saya males jawab." ucapan terakhir dari Riko itu membuat anak MIPA 1 tertawa.

"CEILAH! PAK KETUA SEPERTINYA CAPEK!" teriak Ridho dengan rusuhnya.

"Diem lo Ridhol!" ketus Riko membuat Ridho semakin tergelak.

Sementara di tempat duduknya Arasya tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya, di mata Arasya itu terlihat sangat lucu.

"Itu pak ketua kenapa?" tanya Arasya dengan kekehan kecil.

"Lagi budrek kali," ucap Raya dengan tawa yang menggelegar.

***

"Raya ayo ke aula, liat banner event musikal," ucap Arasya kepada Raya.

"Mau ngapain liat banner? lo mau daftar juga?" tanya Raya yang di angguki oleh Arasya.

Raya yang melihat anggukan dari Arasya itupun langsung berdiri dari duduknya, memandangi Arasya dengan kagum dan terbinar.

"Lo tampil solo dong!" pekik Raya dengan histeris.

"Iyalah," jawab Arasya seadaanya.

"Selama ini lo punya bakat menyanyi? kok gue gak tau sih" kesal Raya dengan muka yang cemberut.

Arasya hanya menggeleng kepalanya saja. Arasya memegang mempunyai bakat dalam bidang musik, Arasya sendiri memang sangat menyukai musik. Karena ibu dari Arasya juga seorang yang menyukai musik, bahkan kerap kali manggung. Akan tetapi itu dahulu, kini ibu Arasya telah pulang ke pangkuan tuhan, meninggalkan semuanya yang ada di dunia.

***

Devan memasuki rumahnya dengan kakinya secara perlahan, berjalan dengan santai tanpa menghiraukan keberadaan sang ayah dan bundanya yang sedang berada di ruang televisi.

"Devan" Nino-ayah Devan bersuara.

Devan membalikkan badannya untuk menghadap kearah ayahnya.

"Apa?" tanya Devan tanpa minat.

"Nanti malam temui ayah di ruang kerja, kamu akan belajar tentang dunia bisnis," ucap Nino dengan tegas.

Devan menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia sangat tak menyukai tentang dunia bisnis. Devan lebih menyukai dunia musik, dunia miliknya yang menenangkan.

"Apa penting?" tanya Devan malas.

"Iya!, sangat penting. Karena kamu adalah satu-satunya anak ayah dan kamu harus menjadi penerus ayah di dunia bisnis," Nino memandang Devan dengan datar.

"Sangat membosankan, buat saja anak baru agar aku tak menjadi satu-satunya" tanpa banyak bicara lagi Devan pergi meninggalkan ayah dan bundanya.

***

Devan merebahkan dirinya di kasur miliknya. Devan menatap atap kamarnya dengan pandangan kosong, pikirannya berkelana memikirkan perkataan Ayahnya tadi.

"Aku gak suka semua itu," lirih Devan dengan sendu.

Devan memejamkan matanya, tanpa di sadari satu tetes air mata mengalir keluar dari mata Devan. Devan sangat tidak menyukai tentang dunia bisnis yang selalu ayahnya bicarakan, Devan tidak menyukai tentang ayahnya yang selalu melarangnya dalam bidang musik.

Devan bangkit dari kasurnya, berjalan menuju balkon kamarnya. Devan membuka kaos yang ia kenakan, membuangnya dengan asal. Tinggallah Devan yang hanya memakai celana pendek selutut tanpa atasan.

Devan mengambil sepuntung rokok, lalu membakarnya. Menghisapnya dan menghembuskan asapnya ke atas dengan mata yang terpejam. Beginilah Devan jika sedang tak baik-baik saja, Devan memilih melampiaskan semuanya dengan menghirup nikotin yang tak sehat.

Dengan sebatang rokok, dan kopi menjadi teman Devan di malam yang penuh dengan angan itu.

****

Jangan lupa pencet tanda bintangnya yaaa!!

-TERIMA KASIH TELAH MEMBACA-

(060423)

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang