PART 7

218 20 3
                                    

"Sekarang . . . Apa yang anda lakukan?!"

Junkyu berang. Dirinya tidak habis pikir apa yang ada di pikiran orang itu. Ia tahu kalo orang itu akan selalu mengabaikan Jihoon apapun yang pria itu lakukan, tapi sekarang? bukan saja hatinya yang terluka, kini Yoshi sudah bisa menyakiti Jihoon dari luar.

"Sudahlah" Yang lebih muda meringis kecil. "Apa yang kalian berdua lakukan sih . . . AH!"

Tidak hanya lengannya yang terluka, nyatanya pergelangan kakinya membengkak. Mungkin yang terburuk bisa retak. Sial sekali rasanya akhir-akhir ini.

Junkyu yang melihat pergelangan kaki Jihoon membiru itu tidak tinggal diam. Lantas ia menggendong Jihoon dengan mudah. Tangan yang muda otomatis melingkar dileher yang lebih tua manakala dirinya diangkat dengan kedua tangannya.

Sebelum membawa pergi, Junkyu menatap sinis Yoshi yang hanya mengamati mereka.

Mengamati dan menyilangkan tangan dengan ekspresi datarnya. Seperti bukan sesosok manusia, karena ketiadaan hati yang dimilikinya


.


.


.





Junkyu dengan telaten menggantikan kemeja putih Jihoon yang terkena noda darah itu, dengan satu pasang baju tidur. Kemudian dengan hati hati membersihkan sisa sisa noda darah yang ada di jari hingga lengan tuannya. Memberikan akohol membuat Jihoon meremat bahu Junkyu menahan rasa panas yang menjalar. Terakhir yang dilakukan Junkyu pada lengan Jihoon, memasangkan perban sebelum dirinya turun mengurus kaki Jihoon yang membengkak.

"Apa yang kamu bicarain sama dia? kenapa hanya kalian berdua aja?" tanyanya bertubi-tubu.

"Kami hanya kebetulan bertemu dan saling sapa . . saya perkirakan tuan Yoshi tidak tau jika aku sedang disana"

Junkyu melilitkan perban pada pergelangan kaki Jihoon

"Daripada itu, jika kamu jatuh dan yang terkena pinggiran vas bunga itu kepalamu, masalah bisa lebih parah daripada ini" Junkyu menghelakan nafas "Bukankah udah beberapa kali aku bilang, tolong ganti sepatu yang membuatmu gampang tergelincir itu, itu sangat berbahaya. Aku akan bilang Jaehyuk supaya kamu tidak perlu menggunakannya lagi"

Jihoon mengangkat kakinya yang sudah selesai diperban. Dirabanya bahan kapas itu yang melilit kulitnya dengan pelan.

"Aku memakainya . . karena aku menyukainya"

Sekali lagi respon Junkyu hanya menghelakan nafas melihat Jihoon menekukan kedua lututnya.

Tapi ada beberapa beban yang ada dibenak Jihoon mengenai kejadian tadi. Karena, tidak peduli seberapa buruk hubungannya dengan Yoshi, pria itu bisa bisanya melukai orang lain tapi sama yang dilakukannya hanya memberikan respon yang terlihat sangat tidak peduli akan hal itu.

"Bagaimana wajahnya tidak berubah sedikitpun" batinnya.

"Apa karena dia berasal dari keluarga Azexton? semakin tau tentang rahasia mereka lebih dalam semakin menderita hidup yang kamu jalani"

Jihoon menggertak giginya

"Memangnya siapa dia sampai berani memperlakukan aku seperti itu? beraninya dia memukulku? . . . terlebih aku kesal  dan tersinggung"

Jihoon menenggelamkan kepalanya pada kedua lututnya

"Kenapa juga aku harus jatuh disana . . memalukan"

Dirinya merasa kecil. Merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Malu akan janji kepada orang tua dan kakaknya.

"Dia hanya menepis tanganku, tapi rasanya aku terdorong oleh sesuatu seperti batu"

Amaryllis [ Kyuhoon // Yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang