warning: Mention character dead
Junkyu melumat bibir Jihoon.
Labium merah kenyal yang ia lumat, tidak membuat pemiliknya goyah.
Karena memang akan selalu begitu.
Jihoon tidak pernah sekalipun membalas ciuman Junkyu, sepanas apapun kondisi mereka jawabannya tetap sama.
Pria yang lebih tinggi ini tau akan hal itu, namun dirinya hanya ingin Jihoon melupakan sejenak permasalahan yang dideritanya. Dirinya tidak sanggup melihat orang yang dari dulu ingin ia lindungi gemetar kehilangan arah.
Dan dia akan menentang siapapun yang menyakiti tuannya barang seinchi pun.
Meskipun orang itu orang yang Jihoon lindungi sekalipun dirinya tidak peduli. Karena Junkyu mengutamakan Jihoon atas segala hal apapun.
Junkyu melepas pagutannya beberapa saat kemudian. Dihapus linangan air mata yang masih keluar dari sudut mata manis jihoon dengan punggung tangannya.
"Hentikan . . semuanya akan baik-baik saja"
Junkyu mengusap pipi halus pria dihadapannya
"Tolong tenangkan dirimu, jika terlalu menggebu-gebu seperti ini, kamu akan pingsan lagi"
Tangan jihoon berpindah pada pinggang Junkyu, memeluknya dengan erat sembari menyenderkan kepalanya pada dada Junkyu. Dirinya mencoba mengatur nafas lebih baik lagi supaya mampu untuk berfikir jernih kembali.
". . . aku bingung" jeda Jihoon "aku tau seharusnya aku tidak meninggalkan pria itu seperti ini. Tapi semua orang berada di pihaknya"
Junkyu mengusap punggung Jihoon lembut "jangan terlalu menyalahkan tuan Yoshinori. Tanpa pertolongan tuan Yoshi, kondisi keluarga Amaryllis akan semakin terpuruk begitupula hotel Amaryllis posisinya akan sangat berbahaya"
Jihoon tidak terima perkataan Junkyu, nafas yang baru aja ia atur mendadak menjadi tak karuan kembali
"Pertolongan?!! siapa yang membutuhkan pertolong dari orang seperti dia?! aku tak pernah sekalipun menginginkan bantuan seperti itu! "
"Neneklah yang memutuskan semuanya sendiri! "
Jihoon memundurkan kakinya beberapa langkah
"Aku mengakui bahwa dia memiliki kemampuan yang bagus, jadi aku tau dia berhasil melakukan apa yang memang tidak bisa kulakukan . . . karena dia berasal dari keluarga Ezaxton"
Suara tertawa dikeluarkan. Junkyu tau itu bukan merupakan tawa seseorang yang terhibur oleh suatu hal seperti penonton theater yang kerap kali dihadirin oleh banyak bangsawan. Tawa itu, tawa keputus asaan. Jihoon telah putus asa akan banyak hal hingga dirinya tidak tau lagi bagaimana untuk mengekspresikan hatinya.
Dia benar-benar terpuruk dalam.
"Dia pria yang berbahaya yang tidak bisa dipercaya . . . dia adalah pria dari keluarga Ezaxton!"
Junkyu masih menatap Jihoon
"Bahkan jika sekarang dia terlihat seperti menyelamatkan Amaryllis, gak akan lama dia akan menunjukkan warna aslinya! dia akan menjadikan Amaryllis menjadi milik keluarga Ezaxton . . . kemudian jika aku menganggu . . ."
Jihoon mencengkram keningnya yang berdenyut
"Dia akan membunuhku selayaknya dia membunuh Ayah, Papi, dan kak Yeonjun"
Hatinya termat sakit, keluarganya kesayanganya yang selalu berada disisinya semua pergi meninggalkan. Dirinya merasa marah. Marah sangat hebat. Terlebih pelakunya berada satu atap dengan dirinya, berjalan kesana kemari dengan bebas pada rumah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaryllis [ Kyuhoon // Yoshihoon ]
FanficBerokus pada abad ke 20 Amaryllis, bunga yang disimbolkan sebagai cinta, ambisi, keseriusan begitu sangat dihormati. Namun, apakah makna tersebut berlaku untuk penghuni mansion ini? atau hanyalah representasi satu makna dari makna lainnya? ⚠ mature...