Part 1

516 36 4
                                    

Awal abad ke-20
House of Amaryllis, kerajaan Muradhevia

"Anu . . . bukankah seharusnya kita bertemu jam 9 pagi hari ini? ini sudah lewat 40 menit"

Hujan sedari malam tadi tidak hentinya mengguyur mansion Amaryllis ini. Bahkan jam kayu yang terbuat dari kayu jati kokoh itu jarumnya sudah berhenti di angka 9 dan 8

"Sstt diam. Jangan membuatmu kelihatan belum pernah datang ke sini. Jam saat beliau kesini itulah waktu janjiannya"

"Ahhh jadi itu alasan kenapa anda menutup toko ketika akan berangkat kesini ya? tapi pasti ada alasannya kan kenapa tiap pemilik toko perhiasan terbaik dikerajaan datang ke sini tiap hari?"

Dibukakan koper yang ada diatas pahanya oleh seorang wanita yang menjadi salah satu pemilik toko termewah pada masa itu.

"Hanya untuk satu koper perhiasan ini?" tanya yang lebih muda.

"Tentu saja! tidakkah kau tau jika kita kehilangan beliau, kita yang akan bangkrut?. Ini adalah kehormatan dan kebanggaan bagiku, karena tuan jihoon memakai perhiasanku, maka aku tak boleh menyerah"

Binaran mata tercipta pada bawahan sang owner perhiasan "Yah, sepertinya begitu. Karena ini pertemuan pertama saya secara langsung, saya jadi sangat gugup"

Tapi sang bawahan menatap bosnya dengan keheranan "Tapi apa yang dilakukan tuan jihoon sampai ia terlambat pagi ini?"

Nyonya pemilik perhiasan itupun hanya tersenyum "Yah, tentu saja. Bercinta sepanjang malam dengan selir kesayangannya. Apalagi alasan dia tidur larut kalau bukan itu?"

Bawahannya itu membelalak matanya kaget "Ap . . . apa? selirnya?"

"Iya. Ada seseorang pria yang selalu dia bawa seperti boneka kesayangannya. Mungkin beliau akan membawanya kesini"








.


.


.

Suara guntur. Derasnya hujan membuat suara yang ramai didengar diikuti dengan bau petrichor yang menyengat.

Sekeliling ruangan hancur berantakan.

Botol wine jatuh diatas nakas. Topeng yang berada dilantai yang digunakan pemiliknya saat di pesta semalam. Belum lagi pakaian yang ikut berserakan.

"Ah. kepalaku sakit"

Jihoon mencengkram keningnya kuat kuat.

Setelah itu, ada tangan yang menggemgam pergerakan tangannya manakala dirinya sedang mengerang kesakitan.

"Tidurlah lagi. Aku suka mendengar suara hujan"

Pria yang tertidur disebelah jihoon menatap kedua matanya "Hujan turun sejak pagi tadi, jadi sinar matahari belom masuk dan masih gelap. Kamu juga harus tidur lebih lama, karena semalam banyak minum akohol dan kepalamu pasti sakit"

Jihoon tak mengidahkan perbuatan junkyu pada tangannya. "Para penjual perhiasan datang hari ini. Mungkin mereka sudah ada disini sekarang"

Ya. pria yang berada satu selimut dengan jihoon adalah junkyu. Yang banyak dibicarakan oleh orang-orang sebagai selir dari jihoon.

"Ah . . . ada tamu rupanya"

Rasa pusing yang dirasakannya, sebisa mungkin ia abai. Karena, hal yang akan ia lakukan sebentar lagi akan jauh lebih penting dari rasa sakit dikepalanya.

Sementara ia berusaha merileksan diri, ada sebuah sambungan bagai listrik yang membuat bahu jihoon tegang.

"Hari ini . . . tanggal berapa?!"

Amaryllis [ Kyuhoon // Yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang