BK-1

172 39 331
                                    

Hati-hati, akulah gelap yang mungkin saja mencuri sinarmu diam-diam. -Dewi Kirana

Selamat Membaca..

🌠🌠🌠

Seorang Dewi tidak akan pernah takut jika harus mematahkan tulang leher di dalam cengkraman nya ini. Dengan menarik napas menghirup udara, perempuan yang berpakaian serba hitam itu menilik malas pada wajah Deni yang ketakutan.

"Wi, setelah Lo berhasil bunuh anak orang. Mungkin, besok-besok Lo yang di bunuh" sela Riana, sahabatnya.

Tak ada suara yang harus di keluarkan Dewi, yang ada hanya raut wajah yang kentara bahwa perempuan itu tengah menahan kesal dengan terus mencengkeram erat leher lelaki di depannya.

"A-ampun!" Ucap Deni terbata. Lelaki itu sudah tak sanggup menghirup udara lagi. 

Dewi terus mengencangkan cengkraman nya di leher Deni yang tadinya menampakkan wajah tengil kini sudah terdengar ringisan di mulutnya.

"Setelah ini gue gak akan ganggu Lo lagi!" Lanjut Deni. Sambil menampilkan tatapan memohon. Bahkan ia melirik Riana yang berdiri takut di samping Dewi, berharap Deni mendapatkan bantuan dari Riana itu.

Dewi menatap sengit lelaki di depannya. Ia tidak percaya. Sudah berulang kali lelaki itu mengganggu nya namun baru kali ini Dewi bertindak. Deni kira Dewi hanya perempuan lemah yang ketika di tindas akan terlihat mengenaskan. Itu salah.

Dewi jika sudah terlanjur marah, maka ia akan membalas. Tak mungkin baginya hanya diam saja, sedangkan ia memiliki ilmu beladiri yang baik. Buktinya Dewi mampu mengalahkan lelaki yang hanya mengandalkan mulut lembenya saja.

Sedangkan Riana yang tahu Dewi tidak akan berhenti sebelum puas melampiaskan kekesalannya hanya bisa mendesah pasrah.

Dewi tidak memiliki pilihan selain berbuat seperti ini. Ia tahu, mungkin setelah ini akan ada banyak cobaan yang di hadapi Dewi. Tetapi jika ia terus saja diam, tak akan ada keadilan baginya.

"Lo kalau mau jadi jagoan jangan disini!" Suara berat itu milik dari sepasang mata tajam yang tengah menatapnya sinis di balik kacatamata hitam. "Lepasin gak?"

Dewi mengernyitkan dahi. Menatap lelaki di hadapannya dari ujung kepala sampai kaki, tanpa sadar melepaskan Deni yang kini terduduk dengan memegangi dada. Riana yang berada tidak jauh dari sana buru-buru menarik tangan Dewi. "Ayo, Wi."

Bukannya menurut, Dewi malah tetap diam dan menatap balik lelaki yang baru saja bersuara itu.

"Gue pemilik kampus, Lo gak ada hak buat keributan disini." Tekan lelaki itu.

Kedua perempuan itu terkesiap. Riana bahkan sudah gemetaran di tempat dimana dia berdiri.

Dewi kemudian menatap sahabatnya. Menyuruhnya agar menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun sebelum Riana ingin menggeleng, Dewi sudah menyentaknya agar segera bersuara.

"M-maaf. Ini hanya kesalah pahaman. Lelaki ini terus saja membully kami. Teman ku hanya membalas atas apa yang di lakukan lelaki ini"

"Gue gak bicara sama Lo!" Geramnya pada Riana. Dan Riana pun menunduk ketakutan.

Dewi masih diam tidak bereaksi. "Yang gue ajak bicara tuh dia. " Lalaki itu kemudian memfokuskan tatapan pada Dewi. "Apa Lo bisu sampai gak balas ucapan gue hah!"

Siapa pun yang mendengar perkataan lelaki itu barusan mungkin akan tertawa atas ucapan yang mengatakan Dewi yang bisu.

"Dia memang bisu" ujar Riana pelan karena takut. Sedangkan Dewi tak menghiraukan, ia cukup diam dengan ekspresi sebagai jawabannya.

BINTANG KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang