BK-12

12 0 0
                                    

Bahkan dengan tangan kamu bebas, kamu tidak bisa lepas dariku. -Bintang Sirius Alfa

Selamat membaca...

🌠🌠🌠

Dibawah langit hamparan bintang-bintang, berdiri seorang perempuan. Ia tengah mendongak, menatap langit dengan ribuan bintang mengisi gelapnya langit malam, kompak memancarkan cahaya.

Bibir perempuan itu tertarik membentuk senyuman, entah apa yang ia pikirkan. Nalurinya liar membayangkan kebahagiaan yang entah kapan akan terwujud. 

"Disini lo rupanya!" Lamunan Dewi buyar. Kalimat sarkas tersebut begitu berani mengganggu ketenangan Dewi. Namun ketika tahu milik dari suara tersebut, kini Dewi hanya mampu menghela pasrah.

Dewi berbalik, kini tatapannya malah terpaku pada wajah datar namun bercahaya di terpa sinar malam dari rembulan. Senyum tipis pun nampak pada wajah Dewi. Entah kenapa perasaan nya menjadi sedikit aneh. Perasaan lama yang tidak pernah singgah dalam benaknya membungkus relung hati yang terasa nyaman.

Sudah berapa lama Dewi menatap wajah itu? sampai-sampai ia tidak sadar jika pemilik wajah kini berada tepat di depan wajahnya.

"Mikirin ciuman pertama kita ya?"

Astaga Bintang!

Dewi merutuk kalimat sakral pada lelaki tersebut. Dewi tak pernah mengira jika lelaki itu benar-benar mengungkit hal yang pernah terjadi diantara mereka. Padahal Dewi mati-matian tiap malam bahkan sampai tiap saat agar kejadian itu tidak berputar terus menerus di isi kepalanya.

Dewi memilih untuk menjauhkan wajahnya lantas mendorong tubuh Bintang agar menjauh dari tubuhnya.

Lelaki itu terkekeh. "Ya kalau Lo mikirin juga gakpapa, gak masalah gue. Mau ngulangin juga boleh banget!" Serunya kelewat santai. Yang bahkan membuat Dewi hampir ingin memelintir leher Bintang.

Andai kata Dewi mampu bersuara, ia pasti sudah akan mengumpati Bintang sampai mampus. Tapi sayang, Dewi tak mampu. Beruntung nya ia bisu.

Bintang berdiri bersisian di samping Dewi. Ikut mendongak, melakukan hal yang sama seperti perempuan itu. Terdengar helaan nafas samar dari mulut Bintang, "Sorry soal perkataan gue yang kemarin."

Lamat-lamat namun pasti, Dewi mendengar kata maaf. Benarkan Bintang mengatakan maaf?

"Gue gak ada maksud buat,,," Bintang menolehkan wajah menatap Dewi yang ternyata sudah memfokuskan tatapan padanya. "Ngehina lo, gue cuman,"

Tangan Dewi terangkat, jari telunjuk serta jempolnya menyatu membentuk "O" dengan senyum khas menenangkan nya.

"I'M okey." Ditambah bibir Dewi yang jelas mengucap dua kata meski tak ada suara.

Kedua mata Bintang lurus menatap terpaku pada bibir mungil bergerak tanpa suara itu. Lama, hingga mampu membuat Dewi merasa aneh atas tatapan Bintang

"Bibir Lo, cantik banget ternyata."

🌠🌠🌠

Dewi turun dari angkot setelah ia mengulurkan uang biaya pada sang sopir. Dengan memperbaiki lengan baju yang kebesaran di tubuhnya, Dewi lalu mulai melangkahkan kaki untuk memasuki gerbang tinggi gedung kampus kebanggaan nya.

Bersyukur sekali Dewi bisa berkuliah di tempat ini. Padahal seharusnya, Dewi berada di sekolah yang berkebutuhan khusus sepertinya. Namun karena otak cerdas serta kekurangan yang harus di lebihkan, Dewi mampu melanjutkan pendidikan di tempat ini.

Senyum Dewi mengembang ketika tubuhnya sudah memasuki kelas sesuai jurusan yang ia pilih. Terlalu kecepatan ia tiba di kampus sesuai jadwal dosen yang menjanjikan. Namun meski begitu, sudah ada beberapa orang yang duduk diam di dalam kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BINTANG KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang