BK-4

26 4 18
                                    

Setiap orang memiliki mimpi buruk, bahkan ketika mata terbuka - Dewi Kirana.

Selamat membaca...

🌠🌠🌠

Sedikit sekali kesadaran yang di dapatkan Dewi saat ini. Saat merasa dirinya sudah di turunkan di sebuah bangku di lorong sepi, pipinya di rangkum telapak tangan yang besar. Menyebarkan hangat seketika.

"Bernapas..." Tutur suara rendah itu. Dengan tubuh yang keseluruhannya menggigil, Dewi mengikuti. Perlahan napasnya mulai teratur meski cengkraman Dewi di lengan Bintang masih erat. Sinar rembulan dari atas langit menyinari mereka berdua, menciptakan siluet keduanya dengan jarak yang dekat.

Keduanya berdiam diri dalam remang. Tanpa bergerak dan hanya diiringi tarikan napas berat Dewi. Lalu retina matanya di hantam sinar terang ketika lampu kembali menyala.

Dewi gelagapan menatap sekitar, seolah memastikan tempatnya kini sudah tidak berada di dalam ruangan yang tadi.

"Lo mau ngerobek baju gue?"

Pertanyaan itu membuat Dewi menatap kesamping. Dalam jarak yang begitu dekat, mencengkeram kuat baju kaus lelaki itu. Berhadapan langsung dengan dua mata tajam yang menjurus tepat ke arahnya.

Dewi buru-buru melepas cengkeramannya. Masih tersisa syok akibat kegelapan. Ia lalu merogoh hp di saku celana. Mengetik cepat dan menyodorkannya pada Bintang.

Tadi mati lampu, gelap banget.

Bintang memutar bola matanya. "Gue juga tau."

Dewi menatap Bintang sekejap lalu kembali mengetik. Bintang menunggu, kalau sampai yang perempuan itu ketik tidak penting, maka Bintang akan menarik hp itu dan melemparnya.

Kamu kan yang matiin lampu. Terus sengaja nyerang aku. Maksud kamu gitu, apaan?

Bintang menaikkan alis ketika matanya sudah terarah pada wajah Dewi yang sudah menyipit kesal.

"Bukan gue yang matiin lampu. Yah kebetulan aja pas listrik mati, gue langsung nyerang Lo."

Dewi menahan kesal, lelaki itu benar-benar menyebalkan bagi dirinya. Andai Dewi tak memiliki masalah dengan laki-laki itu, tak mungkin bagi Dewi membuang waktu seperti ini.

Aku takut gelap, siapapun orang yang bakal mau mukul aku, pasti aku juga akan tetap kalah.

Bintang menaikkan dagu, paham atas ketikan itu. "Artinya, Lo anggap diri Lo masih jagoan ketika gue serang pas gak gelap, gitu?"

Dewi menggeleng tegas. Tidak juga, Tapi yang pasti Dewi akan tetap tidak bisa melawan jika dia di serang di keadaan yang gelap. Dewi tak suka gelap. Hanya ketika gelaplah perempuan itu tak berdaya.

"Ah, sudahlah. Gue mau balik."

Bintang menggeser tubuh Dewi menjauh. Namun ketika akan beranjak, Dewi kembali menahan lengannya.

"Apa?"

Bintang menahan dengusan ketika harus menunggu lagi Dewi untuk mengetik. Sangat melelahkan.

Pembicaraan tentang utang gim--

Bintang menghentikan jari Dewi bergerak. Bintang sudah tahu kemana pembahasan itu.

"Gak jadi, gue mau balik. Besok lagi aja."

Dewi melotot. Semudah itu? Kesal Dewi membatin. Kini ia pun menyorot mata Bintang dengan amarah.

Bintang melepas cekalan Dewi dan lantas memasuki ruang musik kembali karena ponsel yang ia tinggalkan di dalam sebelum mengangkat tubuh Dewi.

BINTANG KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang