𝐁𝐀𝐁 𝟏

83 23 27
                                    


Sudah dua minggu A-yin bekerja menjadi pelayan di kediaman Chen, ia menjalani pekerjaanya dengan tekun para pelayan lain juga suka dengan kinerjanya. Hari ini sangat sibuk para pelayan tengah membersihkan seluruh ruangan, A-yin dengar hari ini Tuan Muda kediaman Chen pulang dari perjalanan bisnisnya. Kini A-yin tengah mengelap piring-piring dengan sangat hati-hati, orang kaya memang sangat tidak masuk akal, piring-piring ini bila di jual bisa memenuhi kebutuhan hidup ke selamanya. Batinya Ia tak sanggup lagi memikirkan perbedaan hidupnya dengan taun muda Chen, walau umurnya tak jauh tapi perbedaan hidup nya sangat jelas. A-yin hanya bisa menghembuskan nafasnya, memikirkan hal ini membuatnya makin sakit hati saja.

"Semangat, hidup hanya sesaat." Lirihnya.

Kini seluruh pelayan sudah berada di aula menyambut kedatangan tuan mudanya. Semua pelayan membungkuk anggun ketika Chen Rion-- tuan mudanya memasuki aula dan berseru dengan kompak. "selamat datang tuan muda Chen." Rion mengangguk dengan senyum ramahnya. Rumor mengatakan Tuan muda di kediaman Chen sangat ramah, setelah melihatnya sendiri A-yin menyetujui hal itu. Sangat ramah, rupawan, Rambut hitam, berkulit putih, matanya sedikit sipit, dan manis.

Seumur hidup A-yin ia belum pernah menjumpai lelaki yang seperti tuan mudanya ini. Rupawan, A-Yin tergagap sekejap melihat tuan mudanya ia langsung menundukan wajahnya. Ia sangat malu, semur hidupnya baru kali ini dia malu. A-Yin memang tak tau malu, buat apa malu selama yang ia lakukan benar malu hanyalah penghambat menurut A-Yin. Bila ia memiliki sifat itu bagai mana nasibnya di masa depan, apa dia hanya akan duduk diam karena menahan malu.
"Fang Yin."

Mersa di panggil A-yin langsung melihat ke arah sumber suara itu, Aiguo--kepala pelayan kediaman Chen. Sedang kerepotan membawa barang-barang Rion kedalam, dengan sigap A-Yin membantu pria tua itu.

"Fang Yin, kenapa kau memilih pekerjaan menjadi pelayan?, wajah mu cantik kenapa kau tak menjadi penari opra saja?"
"Tidak ada alasan khsus tuan, saya memang tidak pilih-pilih pekerjaan apa pun itu akan saya lakukan, dan menjadi penari opra sangat berat saya merasa kurang pantas dengan dunia itu."

Tuan Aiguo hanya mengangguk, mendengar jawaban A-yin yang terdengar masuk akal itu. Menjadi penari opra memang tidak seindah kenyataan. Sangat melelahkan, tapi pekerjaan mana yang tidak melelahkan bahkan tidur saja melelahkan. Setelah menata barang-barang tuan mudanya, A-Yin bergegas kembali ke dapur, disana pasti banyak hal yang bisa A-Yin lakukan dan benar di dapur sangat sibuk. Sebentar lagi perjamuan kepulangan taun mudanya akan di muali, para pelayan sibuk mondar mandir dari aula ke dapur membawa berbagai sajian yang telah di buat oleh juru masak.

"Huh, hari ini sangat sibuk, hingga tak ada waktu untuk mengistirahatkan pinggangu sejenak."
Wang Xia menyetujui. "Benar, sangat sibuk."
Aml menyahut denag nada tak enak. "Ini masih perjamuan biasa Fang Yin, kau masih dua minggu disini sudah mengeluh saja."

A-yin hanya tersenyum mendengar perkataan Aml, ia sudah biasa mendengar celaan semacam itu di hidupnya. Sudah seperti makanan sehari hari baginya. Maka dari itu A-yin tak ambil pusing dengan perkataan Aml, hinaan hanyalah perkataan bukan hal besar jadi tak perlu di perpanjang. Bahkan orang terdekat saja bisa menghina, apalagi orang yang tak dekat.

"A-yin tak usah di ambil hati, dia selalu seperti itu."
" Tidak masalah A-Xia, aku sudah biasa di cela itu hanay perkara kecil, sudah Sora mari tidur sudah malam, masih ada hari esok yang lebih melelahkan." Wang Xia hanya mengangguk, temannya ini memang sangat tidak peduli dengan sekitar ia memang seperti itu dari muda. Wang Xia adalah teman A-Yin, ia lah yang merekomendasikan A-Yin bekerja di kediaman Chen. Maka dari itu Wang Xia tak enak hati bila seseorang menghina tingkah A-Yin.

Hari hari berjalan dengan lancar, A-Yin melakukan pekerjaannya dengan tekun dan giat. Seseklai ia juga mengambil cuti dan bersenang-senag dengan Wang Xia, tetapi takdir tak tinggal diam menyaksikan kehidupan A-Yin yang tenang. Hari ini semua pelayan di kumpulkan di aula entah karena apa, semua pelayan tampak tegang. A-Yin yang baru saja masuk ke dalam aula di buat bingung dengan kegaduhan ini.
" Wang xia, kenapa?."
" Pencuri."

A-yin hanya mengangguk paham, tapi ada yang aneh seluruh orang menatapnya dengan tatapan curiga. A-yin yang merasa di tatap, mengerti sekali pasti seluruh orang curiga padanya mengingat ia adalah seorang bandit dulunya. Bandit tetaplah bandit, sekalipun berubah menjadi pelayan yang cantik. Batinnya, A-yin tak menghirau kan tatapan orang – orang ia merasa dirinya tak salah." A-yin kau tak mencurikan?."

" Kau tak percaya aku?."Wang Xia diam ia juga tak tahu, tapi yang jelas bukan A-yin pelakunya itu lah yang tercetak jelas di wajah Wang Xia. Ia tahu betul kemana saja gadis itu tadi seharian.

" Fang yin! Darimana saja kau seharian?!" Ucap Tuan Chen.
" Berjalan-jalan tuan."
" Kau pikir siapa kau bisa berjalan-jalan?."
" Hamba juga manusia tuan."

Ucapan A-yin terkesan berani, gadis itu memang tak kenal takut tapi ia tak tahu situasi dan tempat. Semua orang menunduk takut, Tuannya itu sangat keji berbeda dengan sifat Tuan muda yang amat ramah dan dermawan.

" Sudah lah saying, jangan pedulikan dia sekarang yang penting adalah liontin giok ku." Ujar Nyonya Chen pada suaminya itu.
" Geledah semuanya!."

Semua terlihat tegang, tapi A-yin tidak ia terlihat santai. Kenap harus takut selagi bukan aku pelakunya. Batinnya, Wang Xia juga terlihat santai ia melihat temannya itu tatapan yang tidak bisa di jelaskan.
" A-Yin." Panggilnya lembut, A-yin melihatnya jengah bisa di pastikan pria itu akan mengodanya.
" Mata ku tak salah lihat bidadarikan?." Dan benar ucapan bodoh itu keluar dari mulutnya lagi.
" Kau bisa, bisanya mengodaku di tengah – tengah keributan."
" Selagi aku bisa melihat mu, aku akan mengodamu."
" Mulutmu sangat manis,"
" Tentunya, apa kau mau merasakannya?."
" Kau ingin ku tending?."
" Jika kau mau."

A-Yin bersiap ingin menendang Wang Xia, tapi pergerakakannya itu terhenti kala seorang penjaga masuk dengan berlari dan berseru." K-ketemu, Liontin giok Nyonya sudah ketemu!." Semua orang menegang mendengarnya. " Dimana?."

" D-di kamar F-fang yin." A-yin terkejut, tapi sejurus kemudian ia tertawa semua memandangnya aneh. Wang Xia ia tak bisa berkata-kata lagi melihat perubahan sikap A-yin gadis ini memang sulit di tebak." A-Yin kau bukan pelakunyakan?."

" Hahaha, A-Xia bukanya kau tahu sendiri?."A-yin hanya merasa lucu ia tertawa geli meliaht hal bodoh ini. Astaga, dunia ini suka sekali mempermainkan ku.batin A-yin tak tahan dengan kegilaan takdirnya.

Bersambung......

Hallo gimana nih penasaran enggak sama kelanjutan takdir ku : Pelayan yang manis, bila penasaran jangan lupa Vote dan berikomentar. Segini dulu ya sampai ketemu di Bab selanjutnya, apakah A-yin yang mencuri? Ayo coba tebak!!!!

Terimakasih dan maaf bila ada typo bertebaran.

TAKDIR KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang