Prolog

244 13 0
                                    

Aisha Amelia Pradipta. Seorang gadis cantik dengan hijab di kepalanya, yang menutupi seluruh mahkotanya. Wajah bulat dengan pipi tembam, mata tajam dan belo', hidung mancung juga bibir merah alami. Sungguh cantik ciptaan Allah yang satu ini.

Aisha saat ini berkisar 18 tahun  dan sedang menempuh pendidikannya di pesantren Al-Iman. Aisha seorang yang bar-bar dan sering membuat onar.

"Nakal itu wajib, biar ada kenangan pas udah gak di sini." ucap Aisha setiap dicap nakal dengan para ustadzah dan teman seangkatan.

Di umurnya ini, ia mengagumi seorang Gus di pesantren, Taufik Afnan Al Fauzan namanya.

Taufik Afnan Al Fauzan, seorang Gus, yang masih berumur 23 tahun, wajahnya yang tampan membuat banyak santri juga menyukainya. Wajah dingin tak terbaca selalu ia tampilkan di setiap kesehariannya.

Sejak kepulangan Taufik dari Kairo, Mesir, Aisha selalu saja mengejarnya, dan bahkan kadang menggombalinya. Tak tahu malu memang. Tapi hal ini juga yang membuat Aisha menyesal kemudian.

"Ngapain kamu ikutin saya?" tanya Taufik.

"Ngikut langkah jodoh itu gapapa loh, Gus," ucap Aisha menunjukkan senyum lebarnya.

"Jangan kejar saya terus, Aisha! Banyak lelaki yang suka sama kamu, terima salah satunya, dan jauhi saya!" sentak Taufik mulai jengah.

"Sebanyak apapun orang yang suka sama saya, kalau saya sukanya dengan Gus, ya saya maunya tetep Gus!" balas Aisha lagi, tak mau kalah.

"Kamu ini wanita, tidak sepantasnya mengejar laki-laki. Di mana urat malu kamu sebagai muslimah?!" bentak Taufik dengan wajah memerah.

Taufik menghela napas sekali. "Terserah! Saya tidak suka kamu mengejar-ngejar saya, dan mengharapkan cinta saya. Karena saya, tidak akan pernah mencintai kamu!" ucap Taufik langsung pergi.

Aisha mematung ditempat.

"Ke--kenapa aku jadi begini ya Allah," gumamnya dengan setetes air mata yang tiba-tiba saja luruh.

Aisha menangis habis-habisan di bawah pohon, di taman belakang pesantren. Selang beberapa menit, ia menghapus jejak air matanya.

"Lo kuat, Syah! Akan gue turutin apa mau lo, Gus! Lo bisa, semangat Asiha!" semangatnya 45 dengan tangan mengepal diudara.

Seminggu lebih beberapa hari kemudian, ujian telah selesai, para santri di liburkan. Dan Aisha sudah resmi menjadi alumni Al-Iman.

Baru saja berbahagia bisa lulus dengan menjadi juara umum, ia malah mengetahui kabar jika ia dijodohkan dengan sang Kakek, membuat ia menjadi murung kembali.

"Hiks. Terus jodoh Gus Taufik siapa, dong kalo bukan gue! Huwa ... gak ikhlas!"

***

"Ofik bisa cari sendiri, Abi. Jangan main jodoh-jodohan, ah!" renggut Taufik memeluk Uminya.

"Abi ini sudah tua, tinggal kamu yang belum menikah, kan? Apa kamu mau Abi tiada, baru kamu menikah? Apa kamu membenci Abi-mu ini, Fik?" tanya Abi Sufyan berturut-turut.

Taufik menggeleng cepat. "Gak gitu, Bi." ucapnya dengan kepala menunduk. "Iya, Ofik terima perjodohan ini," ucapnya lagi.

Siapa sangka, seorang gadis yang menjaga jarak, dan seorang Gus yang tak suka kehadiran seorang gadis itu malah menjadi suami istri karena perjodohan.

*Takdir memang membingungkan, sama kayak cerita ini yang membingungkan.

TBC

Meraih Cinta Gus GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang