Tekan Bintang!
Pembaca gelap menyingkir!Satu bulan berlalu dengan sangat cepat. Pesantren Al-Iman pun sudah selesai dengan ulangan kelas 3 aliyah. Seminggu lagi akan diadakannya ujian sekolah.
Aisha dkk saat ini sedang duduk di bawah pohon mangga di depan asramanya.
"Syah, lulus pondok kamu mau lanjut kemana?" tanya Sefti.
"Kalo aku sih mau kuliah pertanian ke Jogja, terus kalo lulus mau buka toko kue, aku mau jadi sastrawan ...." Pamer Mila mengusap dagunya bak Om2 c*bul.
"Gak nyambung, Mila!" tonyor Sefti di kepala Mila.
"Cita-cita aku banyak, Sep, gatau mau jadi apa," Balasnya.
"Yaudah si, aku juga nanya Aisha bukan kamu," Sewot Sefti.
"Apa ya .... Aku maunya kuliah aja, tapi aku gatau mau pilih jurusan apa, secara kita anak IPS, susah nyari jurusan yang nanti bakal berasil. Ah gatau lah, aku bingung." pasrah Aisha.
"Hm ... Gak semua harus anak IPA kok yang sukses, Syah! Kesuksesan gak dilihat dari apa jurusan kita sekarang, kan?" balas Dila bijak.
"Iya, sih ... tapi jurusannya sikit ah!" keluh Aisha lagi.
"Belum juga dicari tau, masa udah ngeluh, sih. " potong Winda, salah satu teman kelasnya.
"Nanti deh kalo udah keluar dari sini aku nyari info sebanyak mungkin. Kalo gak kuliah, rasanya capekin doang belajar selama ini." putus Aisha cepat.
Kiara yang sedang melintas tak sengaja mendengar ucapan Aisha berdecih. "Cih!"
Kelimanya menoleh menatap Kiara.
"Apaan sih, Ki, kamu kira keren kek gitu?" Ucap Mila.
Kiara menoleh dan menaikkan alisnya sebelah. "Hah?"
"Ish! Ngeselin banget sih kamu!" Kesal Sefti siap menghajar.
Kiara tak gentar, ia malah menyilangkan tangannya di depan dada dengan tampang dingin. "Apa, gak senang?"
Sefti maju selangkah. "Kamu nanya balik? Jelas-jelas kamu yang gak senang sama kita-kita. Iya, kan?!"
"Udah, Sef. Gausah diperpanjang, nanti kita masuk BK loh!" peringat Dila.
Kiara memilih abai, ia melintas masih dengan smirk yang mengejek ke arah Aisha dkk.
"Ngapasih dia tu kelihatan jahat banget, gapernah dididik sopan santun apa sama orang tuanya," kesal Mila.
Dita yang mendengar itu melotot lantas menggeplak bibir Mila, "Astaghfirullah Mil, kamu kalau gak suka sipat Kiara ya jaga bawa-bawa orang tuanya. Semua gak ada sangkut pautnya," nasehatnya.
"Ck, belain aja terus," balas Mila tak mau kalah.
"Mil, inget, kita sebagai manusia biasa gak boleh memiliki sifat dendam ataupun benci. Bahkan sampai membenci orangnya. Coba kamu bayangin kalo saat ini kamu benci sama Kiara, tapi kamu ga tau kan apakah suatu saat hidayah, Allah berikan untuk Kiara. Terus, dia malah lebih baik dari kamu. Gimana tuh?" jelas Dila panjang lebar.
Mila merenung, ada benarnya juga. "Ya ... abisnya aku kesel sih, Dil. Kenapa coba dia kayak gitu ke kita,"
Seseorang dari belakang menyahuti ucapan Mila. "Kamu hanya melihat dia dari satu arah. Bahkan kamu gak melihat dari sisi yang lainnya, kan?" tunjuk Gus Taufik pada Kiara yang sedang membantu temannya yang sedang terjatuh. Dan entah sejak kapan dia di sana.
"E--eh, Gus?" para santriwati itu lantas berdiri dari duduknya dan menunduk melihat Taufik.
"Gabaik bergosip. Terlebih dia teman kalian. Bisa di bilang kalian gak jauh beda dong sama dia," Gus Taufik beranjak dari tempat itu.
Sefti memelas. "Mampus kan, di grebek langsung sama Gus Taufik, kalo gini udah ke cap jelek nih kita,"
"Gus Taufik ganteng banget ya," lain yang dibahas, lain lagi kalau si Aisha ini.
"Gak nyambung, Aisha!" kesal mereka kompak.
***
Mila berjalan di sekitaran taman pondok, dekat dengan perbatasan Santri wan dan Santriwati.
"Kiara!" Mila berteriak memanggil Kiara.
Kiara yang merasa terpanggil membalikkan badannya. ia hanya menaikkan alisnya sebelah seolah bertanya ada apa.
"Aku mau minta maaf," ucap Mila to the point.
"Buat?"
Mila menjulurkan tangannya. "Maaf tadi sempet ngomongin kamu yang nggak-nggak."
Kiara menaikkan lagi sebelah alisnya. "Oh." ia langsung berjalan kembali untuk kembali ke kamarnya.
"Apa dia marah, ya? Ah gamungkin lah." gumam Mila menatap punggung tegap Kiara.
Mila hendak berbalik lagi, dan entah ada angin apa ia bisa ber pas-pasan dengan Ustad Rifki.
"Eh, assalamu'alaikum, Ustad," ia menunduk.
"Wa'alaikumussalaam. Em ... kamu anak kelas IPS 1 kan?" tanyanya.
Mila mengangguk saja, wajahnya sudah merah saat ini. Salting kan dia broww..
"Iya ustad, apa ustad cari saya?
"Tidak."
BOM!
Tidak jadi salting Mila ini. Ah, tau begini ia tak akan bertanya seperti itu kan kesannya seolah ingin ditanya-tanya.
"Ooo gitu ya, Tad. Terus ustad tanya tadi apa ada sesuatu hal yang ingin disampaikan?" tanyanya sedikit formal.
"Ah iya betul, tolong panggilkan santriwati bernama Kiara ya. Tolong sampaikan bahwa ia ditunggu di Ndalem," ucapnya.
Mila menyeryit bingung. "Kenapa dia di panggil ke Ndalem ya?" keponya dalam hati.
"Baik Tadz, kalau begitu saya pamit panggil Kiaranya dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam."
***
"Assalamu'alaikum, Kiara," panggil Mila berdiri di depan pintu kamar Kiara.
Kiara yang sedang membaca buku menoleh menatap Mila, ia lantas menaikkan sebelah alisnya.
"Itu, tadi---," belum sempat Mila menyelesaikan sudah ia potong.
"Udah gue maafin, sekarang pergi." ucapnya dingin.
"Iya makasih. Tapi aku mau sampein sesuatu. Kamu dipanggil ke Ndalem sama Ustadz Rifki," ucapnya.
Kiara mendongak dengan alis menyatu. "Kenapa?" tanyanya.
"Kenapa apanya?" tanya Mila yang tak faham. Kiara ini orangnya irit bicara sekali, ia saja bingung memahami satu kata yang di lontarkannya.
Kiara merotasikan matanya, "kenapa gue dipanggil?"
"Ooh, itu .... Eh, aku gatau sih. Intinya mah kamu dipanggil. Yaudah ya, aku mau ke kamarku."
"Ck, kapan masalah ini kelar!" desis Kiara.
TBC
Training setelah hp rusak dan Alhamdulillah sekarang login pakai hp mamaku. Pendek banget chapt ini... huft
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Gus Galak
Fiksi RemajaCerita ini mengisahkan seorang santriwati yang mengagumi Gusnya. Aisha Amelya Pradipta, namanya. Gadis bar-bar yang selalu mengharap cinta Gus bernama Taufik Afnan Al Fauzan, Gus cuek tapi tampan. "Gus jangan cuek-cuek, dong, kan saya takut." _Aisha...