2. Annyeong

84 27 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Pukul 10.00 malam jaemin baru saja tiba di rumahnya, begitu jaemin masuk ke kediamannya. Ia disambut oleh beberapa penjaga rumah yang menyapanya ramah dan dibalas anggukan kecil dari jaemin.

Jaemin memang anak orang kaya. Ayahnya seorang pengusaha yang sangat terkenal, dan ibunya seorang desaigner terkenal.

Namun, hubungan yang dikatakan keluarga itu kini sudah rusak. Ayah dan ibu jaemin telah bercerai beberapa tahun yang lalu dikarenakan ada orang ketiga. Ayah jaemin selingkuh dengan wanita lain yang tak lain itu sahabat ibunya sendiri. Kini, ayah jaemin sudah menikah dengan wanita lain pula sebab wanita yang dulu merusak keluarga jaemin sudah menghilang dari kota tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Sementara sang ibu masih sendiri, lebih mementingkan usahanya dibanding dengan urusan percintaan. Jaemin sendiri tinggal bersama sang ibu sementara kakak laki-lakinya dengan sang ayah.

Jaemin tahu keluarga mereka sangat terkenal. Bahkan jaemin sendiri juga cukup terkenal menjadi putra dari lim yoona, sang ibu. Dan calon penerus perusahaan lim Corp begitulah mereka mengenalnya. Tapi, jika boleh jujur jaemin tidak pernah merasa senang dengan julukan itu.

Jaemin mempunyai cita-cita sendiri. Jaemin suka memotret ia ingin menjadi pothografer handal dan ia juga ingin memiliki studio sendiri. Untuk seorang jaemin mendapatkan itu semua adalah hal yang mudah apalagi jika ia mengunakan kekuasaannya namun jaemin tidak mau sebab jaemin ingin melakukannya dengan usahanya sendiri lagipula jika ia melakukan itu ia juga tak akan bisa. Sebab ibunya akan tegas menghalangi dan tak akan mengijinkannya.

Jaemin masuk kedalam rumah, suasana rumah seperti biasa, sepi. Ibunya jam segini belum pulang dan hanya ada beberapa asisten dirumah besarnya ini.

Jaemin menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Ruangan gelap menyambut kedua matanya saat pintu kamar ia buka, jaemin memang selalu meninggalkan kamarnya dengan keadaan gelap dan juga jaemin tak mengijinkan seorangpun untuk masuk ke kamarnya.

Menyalakan lampu, dan menaruh tasnya dimeja belajar. Jaemin langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama jaemin selesai dengan urusannya bersih-bersih kini pemuda Na itu duduk di bangku belajarnya mengambil sebuah kamera yang ia simpan di meja. Mengutak-atik kamera dengan jarinya, jaemin menemukan sebuah foto yang dia ambil beberapa waktu lalu.

Seorang gadis yang duduk dibawah pohon dengan mata terpejam dan earphone yang selalu menutupi telinganya.

Iya, itu dahyun. Bisa dibilang sudah hampir dua tahun jaemin menyukai gadis pucat itu namun, ia tak pernah berani untuk mendekat apalagi mengungkapkan rasa sukanya seperti kebanyakan orang. Jaemin hanya diam memperhatikan dari kejauhan.

Namun, akhir-akhir ini ia selalu terusik saat sadar bahwa banyak orang yang menyukai dahyun. Yang pertama dan yang jaemin sangat waspadai yaitu jungwoo, sahabat dahyun yang kemana-mana selalu dengan dahyun. Entah kenapa jaemin merasa jika jungwoo itu memiliki perasaan yang lebih ke dahyun dan itu membuatnya takut jika dahyun luluh akan pesona jungwoo bahkan jaemin pernah berpikir untuk menjadi seperti jungwoo tapi perkataan haechan membuat jaemin sadar, jika menjadi orang lain belum tentu bisa membuat orang lain menyukai kita dan mungkin saja mereka justru akan membenci kita.

Sekelebat memori berputar dikepala jaemin, saat ia tak sengaja mendengar percakapan jungwoo dan dahyun yang terlihat sangat dekat. Juga, beberapa laki- laki yang mendekati gadis itu, sebagai pengamat jaemin tahu jika dahyun sering tidak memperdulikan mereka tapi bisa saja gadis itu berubah pikiran.

Jaemin merasa takut sekarang, takut kehilangan gadis yang mampu membuat hatinya menghangat dan membuat hidupnya lebih bersemangat.

"Mungkin sudah waktunya aku untuk mendekatinya" Guman jaemin disertai senyum tertahannya.

****

Pagi ini dahyun berangkat sekolah diantar oleh sang ayah, yoongi. Yang kebetulan pagi ini sedang tidak sibuk, yoongi seorang dokter di salah satu rumah sakit di seoul. Setiap hari ia disibukan dengan pekerjaannya bahkan pulangpun sangat jarang, kadang dua minggu baru bisa pulang.

Sebenarnya dahyun dan chenle, adiknya. Sangat rindu dengan sang ayah. Apalagi ibu mereka yang sudah meninggal saat melahirkan chenle. Mereka berdua jadi kurang kasih sayang orangtua ditambah yoongi juga menjadi lebih pendiam saat kehilangan sang istri dan sejak saat itu yoongi lebih sibuk di rumah sakit dan jarang berkomunikasi dengan kedua anaknya.

Berbeda dengan dahyun yang masih menatap kepergian mobil sang ayah. Jaemin yang baru turun dari mobil langsung menunjukkan senyumnya kala melihat dahyun yang tak jauh darinya.

Mulai hari ini jaemin akan berusaha untuk mendekati dahyun sesuai dengan ilmu yang diberikan haechan. Tadi malam jaemin sampai rela membuang rasa malunya dan menghubungi haechan agar bisa mendapat petuah darinya.

Itu adalah pertama kalinya jaemin meminta bantuan haechan.

Menetralkan detak jantungnya, jaemin melangkahkan kakinya mendekat ke arah dahyun. Tepat hanya beberapa langkah jaemin melirik dahyun sebentar sebelum melanjutkan langkahnya.

"Annyeong dahyun-ssi"

Jaemin tak berharap mendapat jawaban dari gadis dingin yang disapanya. Apalagi dahyun terkenal dengan sifat masa bodo nya dan ta pernah membalas sapaan atau senyuman orang lain. Namun, semua perkiraan itu sirna saat dahyun membalas sapaannya dan itu membuat jaemin tersenyum lebih lebar.

Bisa dipastikan jaemin hari ini akan terus tersenyum dan lebih semangat.

Dahyun yang seakan baru tersadar langsung menoleh. Ditatapnya pungung yang sudah menjauh itu dengan sebuah kernyitan di dahi.

"Apa aku tadi baru saja membalas sapaannya"

****

Jaemin ragu untuk melangkah saat netranya menangkap sosok dahyun yang berdiri tak jauh darinya. Sore ini hujan kembali turun, dan sepertinya dahyun tak membawa payung hari ini. Terlihat dari wajah paniknya saat hujan belum juga terlihat ingin berhenti.

Seminggu ini jaemin memang lebih sering menampakan dirinya di depan dahyun walau hanya sekedar menyapa dan tersenyum namun itu adalah sebuah kemajuan yang cukup pesat di hidup jaemin.

Namun, saat melihat dahyun yang sendirian seperti ini jaemin masih saja belum berani untuk mendekatinya padahal jika di lihat ini adalah kesempatan yang bagus.

Jaemin melangkah dengan cepat, tangannya reflek menahan pergelangan tangan dahyun saat melihat dahyun ingin menerobos hujan. Tepat saat itu pula, dahyun yang terkejut menoleh ke belakang membuat wajahnya menatap tepat kedua manik mata jaemin dengan jarak yang lumayan dekat.

Bak sebuah drama keduanya terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya dahyun menarik tangannya dan membuat jaemin tersadar.

"Ah mian" Ucap jaemin dengan memalingkan wajahnya. "Emm_ aku hanya ingin memberikan ini untukmu"

Tatapan bingung dahyun tujukan.

"ah, itu hujan. Jadi, aku ingin memberi ini untukmu. Bukankah besok seragamnya masih dipakai jadi tak baik untuk hujan-hujan meski kau suka hujan" Jaemin menutup mulutnya ketika dirinya merasa keceplosan.

Jaemin harusnya tak sampai mengucapkan itu jika ia tak mau dahyun mengira dirinya seorang stalker.

"Aku pergi dulu" menyerahkan payungnya jaemin langsung berlari mengejar teman sekelasnya namun suara dahyun menghentikan langkahnya di bawah guyuran hujan.

"Apa kita pernah melakukan ini sebelumnya?"

****

Aku tuh paling ngga bisa kalau buat cerita yang partnya banyak atau kaya series gini. Pasti ditengah-tengah suka kehilangan alur cerita. Jadi, aku takut banget kalau cerita ini ngga selesai dan tiba-tiba ilang atau ceritanya makin ngalur ngidul ngga jelas. Dan buat kalian yang baca kecewa

Semoga itu ngga akan terjadi ya, dan semoga aku bisa nyelesain book ini..

Jangan lupa tinggalin vote dan komennya.

When This Rain Stop (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang