Hanan sampai di pesantren tengah malam, dia langsung dipersilahkan beristirahat karena mengantuk berat, Fendi yang mengantar harus pulang sendiri kekota sekalipun perjalan mereka terhitung jauh.
Suara kajian nyaring terdengar, Hanan menutup kedua telinganya dengan bantal, dia juga menendang tinga ranjang yang terhubung dengan ranjang lain di atasnya. Suara benturan itu cukup kencang membuat Hanan harus menahan sakit yang menyebabkan dia terbangun.
Hanan dengan malas perlahan duduk, kakinya memakai sendal karet berjalan sempoyongan mencari seklar lampu.
Setelah lampu menyala, Hanan terkejut melihat tempat tinggalnya sekarang, semalam Hanan tidak menghidupkan lampu, jadi dia hanya menaruh barang dan langsung tidur bahkan pintu kamar itu masih terbuka. . Keterkejutan Hanan bertambah saat seorang laki-laki berdiri didepan pintu terbuka dengan memakai sarung Koko dan peci.
"Assalamualaikum, nak Hanan ya, santri baru yang datang semalam?"
"Iya, waalaikusalam"
"Ooh iya iya, mari kita pergi ke masjid"
"Hah?, E iya"
Meski ragu-ragu Hanan tetap mengikuti kaki laki-laki itu.
Saat berjalan pulang, Hanan hanya diam, sampai mereka tiba di kamar semula.
"Sekarang santri masih banyak yang belum datang, kamu bisa beristirahat dulu disini. Nanti kalau namanya santri sudah di tempel di pintu, kamu cari sendiri kamar kamu dan pindahkan barang kamu ke tempat itu, paham kan"
"Eh ngak pak. Begini saya ini kan sendiri, kenapa ada banyak bangat ranjang kek gini, ini bukannya ranjang panti asuhan ya pak. Maaf ni ya pak, saya agak agak kurang paham tempat ginian"
"Ini pesantren, dia punya aturannya sendiri sama kek sekolah pada umumnya, tetapi disini ada beberapa aturan tambahan, dan termasuk aturan asrama".
"Tunggu, asrama?, Ini maksudnya, saya tinggal di asrama, jadi anak pengungsian pak?" Hanan sangat terkejut, dia tidak menyangka akan tinggal di tempat pengungsian.
" Pokoknya nanti akan ada pengumuman pencarian kamar, kamu cari sendiri kamar kamu dan pindahkan barang kamu, menemukan kelas juga seperti itu, kamu hanya perlu mencari nama kamu di depan pintu setiap kelas. Jika kamu menemukan nya itu berarti kelasmu, jika tidak ada, kamu bisa melapor pada pengasuh. Saya pergi dulu. Assalamualaikum".
Hanan menyipitkan matanya, dia mengusap wajah sambil berjongkok di tanah. "Aku sedang di tipu"
Hanan mengambil telponnya dan memencet nomor dengan prasaan kesal.
"Hallo".
"Kau membawaku ketempat pengungsian".
"Tidak itu pesantren"..
"Ini panti asuhan"
"Itu pesantren Hanan, kau sendiri yang ingin tidak terlacak. Itu satu-satu tempat yang aku pikirkan."
"Sialan kau, aku terjebak disini, lalu harus bagaimana".
"Nikmati saja."
"Jangan mentertawakan aku"
"Tenang saja. Oiya kapan kapan aku akan mengajak Zain mengunjungi mu, jangan kabur sebelum kami kesana, sebab kau tidak akan berjalan pulang kan. Maksud ku tidak ada kendaraan umum disana.
Hanan melempar ponselnya kekasur, dia mengusap wajah prustasi.
....
Berada di dalam ruangan itu semakin membuat Hanan prustasi, apa lagi sekarang para santri mulai berdatangan, terlalu banyak orang dan terlalu berisik didalam, akhirnya Hanan memutuskan keluar dan menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Hanan Hadorik
General Fictionboy love.. bl... Ngak di revisi, bijak lah dalam membaca, ini hanya piksi belaka