9. berbagi tempat tidur.

1.1K 56 0
                                    

Hanan sengaja tidak masuk pada pelajaran pertama, dia meminta izin dengan alasan menelpon keluarganya yang sedang sakit', akhirnya ustad abu yang mengajarkan di mata pelajaran pertama dikelas nya itu memberikan izin.

Seluet mata nya melihat asrama sudah kosong, dia segera masuk dan mengunci pintu. Ia mengeluarkan koper besar yang berisi peralatan penting, terdapat beberapa potongan besi, obeng, baut,ada juga obeng kecil, pengguntingan besi dan lain-lain.

Ia mengambil pengguntingan besi itu, lalu menyolok kabelnya di listrik, Hanan memang selalu siap dengan peralatan seperti itu.

Hanan mencoba memotong dua buah tiang ranjang yang menghubungkan antara ranjangnya dengan ranjang di atasnya, sambil memotong Hanan juga sering kali melihat keluar, takut perbuatan diketahui orang lain.

untung suara mesin itu sangat halus,  Hanan membuat potong itu tidak sampai terputus, Hanan berencana untuk memperlihatkan besi itu ketika ambruk nanti bukan sengaja dipotong melainkan sudah tidak kuat menahan beban orang di atasnya hingga akhirnya amruk.

Setelah semua pekerjaan itu selesai ia menepuk tangannya, menepis debu dan mengusap keringat, dia kembali menyimpan barang barangnya dan menatanya dengan rapi. Tidakblupa  tersenyum melihat kearah ranjang tua itu, 'maaf, tapi aku tidak punya pilihan lain.'

"Hadorik, siang ini kau akan menghajar ku, tapi nanti malam, aku akan tidur di samping mu.Rasanya tidak sabar melihat kekesalanmu hahah..."

(๑♡⌓♡๑)

"Bagaimana mana Hadorik, apa kamu sudah mempertimbangkan permintaan kami kemaren?"

"Maaf ustad, saya sampai saat ini belum memikirkan nya."

" Hadorik, kami sudah mendapatkan nilai Hanan Minggu ini, dan nilainya sangat buruk, bahkan tulisannya tidak bisa di baca. Saya sangat berharap kamu bisa membimbing nya, kami pengurus sepakat  untuk membebaskan kamu dari bimbingan santri kelas satu, dengan begitu kamu bisa pokus membimbing Hanani Kholiq"

Hadorik merasa berat untuk memutuskan, ia tidak ingin terlibat dalam segala hal bersama Hanan, baginya Hanan itu sangat mengganggu, ia jauh Lebih ingin menghindar, tapi dia belum memiliki alasan untuk menolak dengan halus.

Hadorik membuka kertas jadwalnya, ada 5 santri baru yang dia bimbingan sekarang, dan semuanya akan dilepaskan hanya karena pengurus ingin dia membimbing Hanan.

, wajahnya tampak berat, dia jauh lebih setuju membimbing 10 santri baru dari pada satu santri bernama Hanan itu. Seandainya dia bisa memilih.

Hadorik menghela napas, meja di depannya penuh dengan kertas tulisan Hanan, Hanan memang belum pernah menulis hurup Hijaiyah sebelumnya, dan tulisannya sekarang tidak bisa juga di anggap tidak layak, sebab dia sudah berusaha.

"Iya ustad, saya akan setuju menjadi pembimbing Hanan,".
Hadorik tidak punya alasan untuk menolak, dia tetap menerima nya dengan wajah berat. Ketiga pengurus didepannya tersenyum puas, salah satu dari mereka menepuk bahu Hadorik bangga.

"Kami tau kamu anak yang baik Hadorik, semoga saja selama dalam bimbingan kamu santri bernama Hanan  itu bisa memiliki kemajuan, memang  agak membutuhkan waktu yang lama, tapi kami percaya kamu bisa melakukan nya. Apa lagi sekarang dia sekelas dengan kamu dan sama juga jadwal kelas mandirinya, dia akan lebih sering bertemu dengan kamu".

Hadorik sebenarnya sangat malas untuk menjadi pembimbing, karena menjadi pembimbing itu sangat sulit membagi waktu, tetapi dia sudah menyepakati dengan setengah hati.

BL Hanan HadorikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang