Pagi harinya hawa disekitar mereka terasa sangat dingin, Hanan menggunakan jaket tebal untuk menjemput makanan di tempat ketring, dia juga membawa kupon milik Hadorik supaya Hadorik tidak perlu lagi keluar asrama.
Setelah menunggu didalam antrian yang panjang akhirnya Hanan berhasil mendapatkan dua bungkus nasi dan lauk lengkap, air minum dan lalapan, hanan berlari cepat meninggalkan gedung ketring itu, selain alasannya hawa diluar dingin Hanan juga tidak mau Hadorik menunggu terlalu lama dengan perut kosong.
gedung ketring terletak lumayan jauh dari asrama para santri, siapapun yang ingin buru-buru makan maka dia harus berlari membawa makanannya keasrama, sebab ketring tidak menyediakan bangku dan ruangan untuk makan.
Hanan menyeka keringatnya yang membanjiri wajahnya,dia baru saja berlari dari gedung ketring . dia berjalan cepat masuk kedalam asrama, saat dia sampai Hadorik memang sudah menunggu dengan pakaian yang rapi.
Hanan menyiapkan makanan yang baru saja dia bawa, dia menyajikannya dengan indah lalu meletakkannya di depan Hadorik.
"Maaf antriannya panjang, maaf juga' kalau aku membuatmu menunggu dengan perut kosong."Hadorik tampak tidak mempermasalahkan hal itu, mengambil nasi yang Hanan sajikan lalu mereka makan bersama.
"Assalamualaikum,. mas Hadorik-nya ada?"
Tiba-tiba suara lembut Nisa membuat Hanan berhenti mengunyah, dia melirik dari jendela sebentar, di saat itu Hadorik berjalan keluar menemui Nisa, ketika Hanan kembali duduk dia sudah tidak melihat Hadorik didepannya.
Hanan tidak mau berpikir jauh, meski omongan basa basi hadorik menolak dia dengarkan dengan jelas, tetapi pada akhirnya Hadorik tetap menerimanya.
Hadorik membawa makanan itu masuk dan meletakkannya di antara mereka, tetapi Hanan tidak melirik sama sekali pada makan itu, dia hanya memakan setengah dari porsi nasi yang pihak ketring berikan, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Hadorik memperhatikan wajah Hanan yang kelam ketika dia meninggalkan nya sendirian, Hadorik menaruh kembali makanan yang nisa berikan padanya lalu membawanya keluar asrama.
Ketika Hanan sampai di kelas dia membuka buku dan menulis beberapa kata secara acak, dia memang memasang wajah prustasi tetapi dia berusaha untuk meminimalisir seseorang menebak perasaan nya saat itu termasuk Hadorik.
Hadorik membersihkan bekas makanan, membuangnya lalu bersiap ke sekolah, saat dia sampai di kelas Benar dugaannya Hanan berada dikelas sendirian.
Hadorik meletakkan dua bungkus roti coklat di depan Hanan kemudian duduk di bangkunya, tanpa menoleh dia berkata pelan. " Kau tidak memakan makanannya sampai habis, roti itu bisa mengganjal perutmu jika kau lapar sebelum makan siang."
Hanan tidak bersuara, dia menjatuhkan wajahnya di meja, diam sambil memejam mata.
Hadorik melihat jadwal pelajaran di sisi lain kelas lalu menyiapkan kitab untuk guru yang akan mengajar di kelasnya, dia sibuk melakukan kegiatan yang bisa membuat dia tidak bertanya kenapa Hanan tiba-tiba kehilangan nafsu makan, tetapi pada titik akhir yang bisa dia lakukan hanyalah bertanya, supaya dia mendapatkan jawaban.
Hadorik kembali berdiri di samping meja Hanan, melirik roti yang dia berikan tak disentuh sedikitpun oleh Hanan.
Selama Hadorik berdiri disana beberapa santri masuk,tidak ada yang berani berkata apa apa bahkan Yusman tidak berani mendekati Hadorik karena melihat wajah Hadorik yang tampak tidak biasa.
Setelah puas mendiamkan Hadorik, Hanan baru mulai mengangkat wajah, dia menatap mata Hadorik dengan tatapan kekhawatiran, ketika Hadorik melihat tatapan itu, Hadorik tidak dapat menebak bagaimana suasana hati Hanan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Hanan Hadorik
General Fictionboy love.. bl... Ngak di revisi, bijak lah dalam membaca, ini hanya piksi belaka